Bismillahirrohmanirrohim.
Siapa sangka dirinya akan terjebak di dalam novel buatan kakaknya sendiri, selain itu, sialnya Jia harus berperan sebagai Antagonis di novel sang kakak, yang memang digambarkan untuk dirinya dengan sifat yang 100% berbanding terbalik dengan sifa Jia sebenarnya di dunia nyata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hainadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan harap
...Bismillahirrahmanirrahim....
...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...
...بسم الله الر حمن الر حيم...
...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....
...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...
...🍒Selamat membaca semua🍒...
Baru saja turun dari mobil milik Raymon, Jia sudah melihat kelakuan menjijikkan dua manusia yang tidak tahu tempat itu. Dia menggeleng kepalanya pelan
"Astaga, mataku semakin hari semakin tidak suci lagi," kesal Jia.
"Apa orang-orang di tempat ini selalu memiliki kelakuan seperti hewan, tidak tahu tempat!sungguh memalukan!"
Alih-alih pergi dari sana Jia justru mendekati Raka dan Sania yang belum menyadari kehadirannya, kedua insan itu asik dengan tingkah mereka. Jadinya sengaja Jia menendang botol kaleng di depannya.
Krek!
Tuk!
"UPS..."
Jia menutup mulutnya mengunakan satu tangan tak menyangka tendangannya akan tepat sasaran mengenai jidat Raka. Sungguh saat ini Jia sedang menahan tawanya melihat Raka sebal sendiri sedang mencari pelaku yang baru saja menendang botol kaleng.
"Sial, siapa!" kesal Raka matanya kesana kemarin mencari pelakunya. Aksinya harus terhenti oleh perbuatan Jia.
Di tempatnya Jia tidak bisa lagi menahan tawanya, dia akhirnya tertawa puas. Tanpa sadar jika Raymon belum pergi dari tempatnya, dia diam-diam tersenyum melihat tingkah Jia tak lupa memotret perempuan itu dari mobilnya. Asisten Liu tidak berani berkomentar melihat tingkah bosnya itu.
"Semoga saja nona Jia cepat berpisah dengan suaminya itu, aku kasih juga melihat tuan Raymon mengagumi istri orang, walaupun terlihat nona Jia tidak menyukai suaminya," gumam asisten Liu se pelan mungkin.
Kembali pada Jia yang sedang tertawa puas, akhirnya dia mengehentikan tawanya mulai berjalan mendekati Raka dan Sania.
"Ayo kita mulai memainkan peran, Jia," dia tersenyum penuh arti.
"Kalian berdua sedang apa disini?" Jia menatap Raka dan Sania berganti, ekspresi wajahnya dibuat se penasaran mungkin menuntut jawaban dari Raka maupun Sania.
Kedua orang itu terlihat cukup kaget melihat kedatangan Jia yang tiba-tiba. "Jia, sejak kapan kamu disini?" Sania bertanya dengan nada ragu.
"Aku? Entahlah, tapi aku baru saja kesini untuk mencari botol kaleng yang tidak sengaja aku tendang," jelas Jia pura-pura tidak tahu apa-apa.
Padahal dia rasanya ingin tertawa puas melihat wajah Raka yang merah padam, tapi juga menghela nafas lega.
"Kalian baru pulang?" Jia menatap keduanya menyelidiki.
"Raka yang baru saja pulang Jia. Aku memang ingin kesini menemui Tante Gita, tapi tak sengaja bertemu Raka dia baru pulang dari kantor jadi aku menyapanya." Jia mengangguk saja mendengar penjelasan Sania.
"Baiklah, lanjutkan kegiatan kalian berdua yang sempat tertunda, aku masuk dulu."
"Maksud kamu apa Jia?" baru saja Jia hendak melangkah pergi, tapi suara Raka menghentikan langkahnya.
"Apa? Bukankah kalian berdua sedang berbincang? Memangnya kegiatan apa yang sedang kalian lakukan," selidiki Jia, tak menyangka Raka akan terperangkap dengan sangat cepat.
"Tidak ada Jia, tolong jangan salah paham," jelas Sania cepat, dia juga menghentikan tindakan Raka yang terlihat akan marah pada Jia.
Tanpa disadari diam-diam Sania menatap kesal pada Jia. 'Perempuan ini kenapa belum mati, bukan aku sudah menyewa para pembunuh bayaran, sungguh tidak becus mengurus satu perempuan saja tidak bisa!'
Jia tersenyum tipis melihat reaksi Sania. 'Bagaimana Sania, kau pasti terkejut melihat aku masih hidup berdiri dengan baik di depanmu. Jangan harap kau bisa membunuhku dengan mudah, bermimpi saja! Dasar gadis menyebalkan dan merepotkan.'
"Tidak perlu panik begitu Sania, aku tau kok kamu dan Raka hanya sebatas sahabat saja, jadi aku tidak akan salah paham akan kedekatan kalian berdua," usai mengatakan hal tersebut Jia bergegas pergi meninggalkan Raka dan Sania yang menatap punggungnya dengan tatapan berbeda.
"Untung saja Jia tidak melihat apa yang kita lakukan," ucap Sania menghela nafas lega.
Dia menatap Raka yang masih terus menatap kepergian Jia tanpa berkedip, tentu saja tingkah Raka itu membuat Sania kesal.
'Harusnya dia mati saja!' semakin kesal saja Sania, tidak ingin membuat Raka terus menatap kepergian Jia, Sania bergelayut manja pada Raka.
"Raka, ayo masuk disini dingin aku sudah tidak kuat!"
Seakan sadar dari apa yang dia lakukan Raka tersenyum menatap Sania seraya mengelus pucuk kepala gadis itu dengan sayang. Perhatian Raka membuat Sania tersenyum puas, dia yakin Raka sangat menyayanginya.
"Baiklah ayo kita masuk, tapi lepas dulu. Ingat Sania ini rumah keluargaku jangan sampai mereka tahu hubungan kita yang sebenarnya."
Walau berat hati, Sania tetap melepaskan pelukannya dari Raka. Sementara itu di kamar Jia menyadari sesuatu.
"Aku baru ingat, di dalam novel ini tanggal 23 November 2023 disebutkan jika itu pertama kalinya Jia melakukan bunuh diri, atau sebenarnya Jia memang tidak berniat bunuh diri tapi semua rencana Sania ingin membunuh Jia seperti yang aku alami malam ini, tapi kakak membuat ceritanya seakan Jia lah yang berniat bunuh diri, benar-benar penuh misteri."
Tapi dia tidak ingin berlama-lama memikirkan hal itu untuk saat ini karena Raka pasti akan segera masuk ke dalam kamar. Jadi dia kembali bersikap seperti biasnya, sebenarnya Jia sudah malas satu kamar dengan Raka, tapi cukup bersyukur karena pria itu jarang pulang di malam hari tentu saja Jia tahu pria itu pergi kemana.
Baru hendak mengistirahatkan tubuhnya, Jia kembali mendengar suara bising dari lantai bawah. Dia menghembuskan nafas kasar.
"Apa rumah ini tidak bisa seharian saja tidak ada keributan!" jengah Jia.
Jelas dia tau siapa biang kerok dari keributan yang terjadi. Tidak ingin keributan di lantai bawah semakin larut dan berakhir menganggu tidurnya Jia bergegas turun berniat menghentikan keributan yang terjadi.
"Mama," sapa Jia pada sang mertua ketika sudah berada di lantai bawah.
"Jia," sahut Gita merasa tidak enak karena melihat menantunya harus mendengar kekacauan yang terjadi.
"Ada apa, Ma? Jia mendengar keributan dari kamar. Memangnya apa yang terjadi?"
Tanpa dijelaskan sebenarnya Jia sudah tau apa pemicu keributan di malam hari rumah besar ini, tapi dia harus tetap mendengar penjelasan mertuanya lebih dulu.
"Mama hanya menegur Sania, tapi Raka membentak mama. Mama hanya mengatakan lebih baik Sania datang besok jangan malam-malam begini," jelas Gita membuat Jia mengangguk paham.
"Ma, Jia tau maksud mama pada Sania baik, tapi Sania juga memiliki maksud yang sama dengan mama. Dia ingin bertemu mama, ingin bersama mama, dia merindukan mama bukan begitu Sania?" Jia beralih menatap Sania walaupun tangannya setia mengelus tangan Gita.
Dengan cepat Sania mengangguk. "Apa yang Jia katakan betul Tante, Sania hanya rindu dengan Tante Gita."
Melihat Sania dan Gita sudah baikan Jia beralih menatap Raka. Bagaimanapun Jia tidak akan membuat hubungan Sania dan Gita renggang, jika itu terjadi hanya akan membuat Jia susah keluar dari keluarga Raka.
"Dan untuk kamu, bisa bukan bicara baik-baik dengan mama? Tidak usah teriak-teriak tidak jelas, kupingku sakit mendengarnya!" tatapan kesal Jia dilayangkan pada Raka.