Elle, seorang barista di sebuah kedai kopi kecil di ujung kota, tanpa sengaja terlibat perselisihan dengan Nichole, pemimpin geng paling ditakuti di New York. Nichole menawarkan pengampunan, namun dengan satu syarat: Elle harus menjadi istrinya selama enam bulan. Mampukah Elle meluluhkan hati seorang mafia keji seperti Nichole?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Absolute Rui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19: Titik Balik
Suasana di dalam gudang itu semakin mencekam, dengan percikan api dari senjata yang terbuka menambah ketegangan. Pintu utama gudang terbuka lebar, sementara asap tembakan masih mengepul. Para pengikut Aaron, yang tiba-tiba membelot, mencoba melarikan diri ke pintu belakang, meninggalkan Aaron dengan tatapan marah yang semakin tajam. Nichole merasakan tubuhnya semakin lemas, namun masih ada satu perasaan yang terus menggema dalam dirinya—kekhawatiran terhadap Elle.
“Elle…” suara Nichole serak, namun ada ketegasan dalam nada itu. Ia merasakan rasa sakit yang semakin menjalar di tubuhnya, tetapi yang lebih menakutkan adalah perasaan kehilangan yang melanda hatinya. “Kau… kau harus pergi. Ini terlalu berbahaya.”
Elle yang masih mendekap erat tangan Nichole merasa ketegangan di antara mereka semakin memuncak. Jantungnya berdebar kencang, namun ia tidak bisa hanya berdiri diam. “Aku tidak akan pergi tanpa kau,” jawab Elle dengan tegas, meskipun suara ketakutan masih terdengar di balik kalimatnya. “Kita akan keluar bersama-sama.”
Keduanya saling berpandangan dalam diam, dan untuk sesaat, dunia sekitar mereka terasa seperti berhenti sejenak. Meskipun bahaya mengintai, meskipun situasi terasa begitu berbahaya, mereka tahu bahwa mereka tidak akan saling meninggalkan. Nichole menggenggam tangan Elle dengan sisa-sisa kekuatannya.
“Aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan lebih lama,” Nichole berkata dengan suara hampir putus asa. Ia bisa merasakan darahnya mengalir begitu cepat, dan setiap gerakan semakin terasa sulit. “Tapi aku tidak akan membiarkanmu jatuh ke tangan mereka.”
Mata Elle mulai berkaca-kaca, namun ia menahan diri untuk tidak menangis. “Jangan bicara seperti itu,” jawabnya sambil menarik Nichole lebih dekat. “Kau akan baik-baik saja. Kita akan keluar dari sini.”
Tapi ketika Elle berusaha mengangkat Nichole, langkah-langkah kaki terdengar mendekat. Tiba-tiba, dari kegelapan gudang, muncul seorang pria berpakaian hitam, senjata terhunus di tangannya. Ia tampak serius, penuh tekad. Matanya penuh perhitungan.
“Jangan bergerak,” pria itu berkata dengan suara dalam dan tajam. “Jika kau mencoba melawan, aku tidak akan ragu untuk menembak.”
Elle menatap pria itu dengan mata penuh ketegasan. Ia tahu bahwa mereka tidak memiliki banyak pilihan. “Kau bekerja untuk Aaron?” tanyanya dengan suara keras, meskipun hati kecilnya merasakan ketakutan.
Pria itu mengangguk pelan. “Aku dulu, tapi sekarang aku sudah berubah pikiran. Aaron tidak tahu apa yang sebenarnya ia inginkan.” Ia berjalan mendekat, kemudian memandang Nichole yang terbaring lemah. “Aku datang untuk membantu kalian keluar.”
Mata Elle membelalak. “Apa maksudmu? Kau ingin membantu kami?”
Pria itu mengangguk sekali lagi. “Aku tahu ada banyak hal yang tidak kalian ketahui, tapi jika kalian ingin hidup, kita harus keluar dari sini secepat mungkin.”
Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari kejauhan. “Lari, cepat!” suara itu terdengar familiar, penuh peringatan. Itu adalah suara Victor.
Tiba-tiba, beberapa pasukan Aaron menyerbu masuk ke dalam gudang, menembakkan senjata mereka ke segala arah. Pijakan kaki mereka yang berat dan langkah-langkah tergesa-gesa membuat suasana semakin kacau. Tak ada waktu lagi untuk berpikir panjang.
“Bertahan!” teriak Victor, yang dengan cepat memimpin pasukan untuk bertempur melawan para pengikut Aaron. “Kalian berdua, cepat pergi!”
“Jangan, Victor!” Nichole berteriak, tetapi tubuhnya semakin lemah. Ia merasa hampir tidak mampu mengangkat tubuhnya sendiri. “Jangan tinggalkan kami!”
Victor menatapnya dengan tatapan serius. “Tidak ada waktu untuk bicara, Nichole. Kalian harus keluar dari sini sekarang.”
Elle menggenggam tangan Nichole lebih erat. “Kita tidak bisa pergi tanpa Victor, Nichole. Jika kita pergi sekarang, semuanya akan sia-sia.”
Nichole menatap wajah Elle dengan penuh kebingungan dan rasa khawatir. “Apa yang kau maksud? Victor akan… akan mati jika kita meninggalkannya!”
Elle menatap dengan mata yang penuh keyakinan. “Kita harus percaya padanya. Kita tidak bisa menyelamatkan dia jika kita tidak menyelamatkan diri kita sendiri terlebih dahulu.”
Nichole menghela napas panjang, merasakan betapa sulitnya keputusan ini. Tetapi ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu. Ia harus mempercayai Elle, bahkan jika itu berarti meninggalkan Victor untuk sementara waktu.
“Baiklah…” Nichole akhirnya berkata, suaranya serak. “Kita keluar dari sini.”
Namun, sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, sebuah ledakan besar mengguncang tanah di sekitar mereka. Api menyembur dari sisi gudang, menghancurkan dinding dan menciptakan kekacauan. Segera setelah itu, sebuah tembakan terdengar dari kejauhan, menembus kegelapan malam.
“Cephalus!” teriak pria yang membantu mereka, melompat ke depan dan berlari ke arah ledakan. “Tunggu di sini!”
“Tidak, kau tidak bisa pergi!” teriak Elle, mencoba untuk menghentikan langkah pria itu. Namun, pria itu menghilang ke dalam asap, meninggalkan mereka di tempat yang tak menentu.
Nichole merasa bingung dan panik. “Apa yang terjadi? Kenapa dia pergi begitu saja?”
Elle menarik Nichole dengan cepat. “Kita harus pergi, Nichole! Tidak ada waktu untuk bertanya!”
Dengan langkah cepat dan penuh ketegangan, mereka berdua berlari melalui lorong gelap yang penuh asap dan api. Nichole berjuang untuk tetap bergerak, meskipun tubuhnya semakin lemah, setiap langkah terasa begitu berat.
“Aku… aku tak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan…” Nichole mengeluh, merasa semakin lemas.
“Tidak ada waktu untuk itu!” Elle menjawab dengan penuh tekad. “Kita keluar dari sini sekarang, Nichole!”
Tetapi saat mereka sampai di pintu keluar, mereka menemukan bahwa mereka terjebak. Pintu utama tertutup rapat, dan di luar pintu itu berdiri pasukan Aaron, siap menunggu.
“Tidak ada jalan keluar,” ujar suara di belakang mereka, dan mereka berdua berbalik untuk melihat Aaron berdiri di sana, menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian.
“Kau sudah terlalu jauh, Nichole,” kata Aaron dengan suara penuh ancaman. “Kau dan semua yang kau cintai… akan hancur di sini.”
Namun, Nichole tidak menyerah begitu saja. Dalam situasi yang paling genting sekalipun, ia tahu bahwa ini adalah saat untuk bertahan. “Kami tidak akan berhenti. Kami tidak akan menyerah.”
Dengan satu gerakan cepat, Nichole mengarahkan senjata ke arah Aaron, bertekad untuk tidak membiarkan pertempuran ini berakhir tanpa perjuangan.
“Ayo, Elle,” bisiknya, penuh tekad. “Kita bisa melawan ini.”
...To be Continued...
Aku membaca sampai Bab ini...alurnya bagus cuma cara menulisnya seperti puisi jdi seperti dibuat seolah olah mencekam tpi terlalu..klo bahasa gaulnya ALAY Thor...maaf ya 🙏...Kisah yg melatar belakangi LN dn itu soal cium" ketua mafia hrsnya lebih greget ngak malu"... klo di Indonesia mungkin sex tdk begitu ganas krn kita mengedepankan budaya timur..ini LN sex hrnya lbih wau....dlm hal cium mencium..ini mlah malu" meong 🤣🤣🤣🤣🤣