NovelToon NovelToon
KARMA Sang Pemain Cinta

KARMA Sang Pemain Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat / Pelakor jahat / Balas dendam pengganti
Popularitas:26.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Naura, seorang gadis desa, terjerat cinta pria kaya raya—Bimo Raharja, saat memulai pekerjaan pertama di kota.

Pada suatu hari, ia harus menahan luka karena janji palsu akan dinikahi secara resmi harus kandas di tengah jalan, padahal ke-dua belah pihak keluarga saling mengetahui mereka telah terikat secara pernikahan agama.

"Mas Bimo, tolong jangan seperti ini ...." Naura berbicara dengan tangis tertahan.

"Aku menceraikan kamu, Naura. Maaf, tapi aku telah jatuh cinta pada wanita lain."

Baru saja dinikahi secara agama, tapi tak lama berselang Naura ditinggalkan. Masalah semakin besar ketika orang tua Naura tahu jika Bimo menghamili wanita lainnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16. Hadiah dan Malapetaka

Siang harinya, Bimo membawa Naura ke salah satu pusat perbelanjaan mewah di kota.

Begitu mereka masuk, Naura tertegun melihat interior megah mall tersebut.

Lampu-lampu kristal berkilauan, toko-toko berderet dengan merek-merek terkenal, dan orang-orang berjalan dengan pakaian elegan.

“Mas, kita mau ke mana?” tanya Naura, suaranya terdengar gugup.

Bimo menggenggam tangannya.

“Kita belanja. Aku ingin kamu memilih apa pun yang kamu suka.”

Naura menggeleng. “Tapi, Mas, aku—”

Bimo menghentikannya dengan tatapan lembut.

“Jangan bilang tidak. Kali ini, biarkan aku memanjakanmu.”

Mereka masuk ke sebuah toko tas mewah. Naura merasa canggung saat disambut oleh pelayan yang mengenakan seragam rapi.

Mereka langsung menunjukkan koleksi terbaru kepada Bimo, yang dengan santai menunjuk beberapa tas untuk dicoba oleh Naura.

“Coba yang ini, Sayang,” ujar Bimo sambil menyerahkan sebuah tas kulit berwarna krem dengan desain elegan.

Naura mengambilnya dengan ragu, lalu mencobanya di depan cermin. Ia terkejut melihat betapa cantiknya tas itu di tangannya.

“Lihat, itu cocok sekali untukmu,” kata Bimo sambil tersenyum puas.

“Tapi, Mas, ini pasti sangat mahal,” bisik Naura.

Bimo tertawa kecil. “Kamu tidak perlu khawatir soal harga. Yang penting kamu suka.”

Setelah memilih tas, Bimo mengajak Naura ke toko pakaian dan sepatu.

Ia tampak begitu antusias memilihkan berbagai barang untuk Naura, sementara gadis itu hanya bisa mengikuti dengan perasaan campur aduk antara bahagia dan canggung.

Saat mereka keluar dari mall dengan beberapa kantong belanjaan, Naura menatap Bimo dengan wajah bingung.

“Mas, kenapa Mas melakukan semua ini? Aku tidak pernah meminta apa pun.”

Bimo berhenti sejenak dan memandang Naura dengan serius.

“Karena aku ingin kamu tahu betapa pentingnya kamu bagiku. Aku ingin melihatmu bahagia, Naura.”

Naura terdiam. Hatinya perlahan mulai luluh.

Kemudian malam harinya, Bimo membawa Naura ke sebuah restoran rooftop dengan pemandangan kota yang indah.

Lampu-lampu kota berkelap-kelip seperti bintang di kejauhan, menciptakan suasana yang begitu romantis.

“Kamu tahu, Naura,” ujar Bimo sambil menatapnya dengan mata berbinar, “setiap kali aku melihatmu, aku merasa hidupku menjadi lebih lengkap.”

Naura tersenyum malu-malu. “Mas selalu saja menggombal.”

“Ini bukan gombal,” jawab Bimo sambil menggenggam tangannya.

“Aku serius. Kamu membuatku merasa seperti pria paling beruntung di dunia.”

Mereka menghabiskan malam itu dengan penuh canda tawa.

Naura mulai merasa lebih nyaman di dekat Bimo, dan ia tidak bisa memungkiri bahwa hatinya semakin terpaut pada pria itu.

Esok harinya, Bimo mengajak Naura pergi ke sebuah vila di daerah pegunungan.

Perjalanan mereka diisi dengan obrolan santai dan lagu-lagu romantis yang diputar di mobil.

Naura merasa seperti sedang hidup dalam mimpi.

Setibanya di vila, Naura terpesona dengan keindahan tempat itu.

Vila tersebut dikelilingi oleh pemandangan pegunungan yang hijau, dengan udara segar dan suara burung yang menenangkan.

“Mas, ini terlalu indah,” ujar Naura sambil memandang sekitar dengan mata berbinar.

“Tidak ada yang lebih indah dari kamu,” balas Bimo sambil menggenggam tangannya.

Mereka menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di taman, menikmati makan malam romantis, dan berbicara tentang banyak hal.

Naura merasa benar-benar bahagia. Untuk pertama kalinya, ia mulai melupakan segala keraguan yang pernah menghantui hatinya.

Malam itu, saat mereka duduk di balkon vila, Bimo merangkul Naura dengan penuh kehangatan.

“Kamu tahu, Naura,” ujar Bimo pelan, “aku ingin hubungan kita tidak hanya berhenti di sini.”

Naura menoleh, menatapnya dengan bingung.

“Apa maksud Mas?”

“Aku ingin kita benar-benar menjadi keluarga. Aku ingin menikahimu secara sah,” jawab Bimo dengan suara penuh keyakinan.

Naura terdiam. Kata-kata itu membuat hatinya berdebar, tetapi juga mengingatkannya pada segala hal yang pernah ia ragukan.

“Aku tahu ini tidak mudah untukmu,” lanjut Bimo. “Tapi aku akan melakukan apa pun untuk membuatmu bahagia.”

Di vila yang begitu tenang, malam itu, Naura merasa semakin tenggelam dalam cinta yang ia miliki untuk Bimo.

Namun, di sisi lain, bayang-bayang masa lalu Bimo dan segala kerumitan di sekitarnya terus mengintai, mengancam kebahagiaan yang baru saja mereka bangun.

****

Pagi itu, Bimo membuka pintu kamar dan menemukan Naura sedang duduk di depan cermin, mematut dirinya dengan tas baru yang ia berikan kemarin.

Tas itu tampak kontras dengan gaya Naura yang sederhana, tetapi justru semakin mempercantik penampilannya.

Bimo tersenyum dan mendekat.

“Kamu suka?” tanyanya, menatap bayangan Naura di cermin.

Naura menoleh, wajahnya sedikit canggung.

“Mas, aku suka... tapi aku tidak yakin ini cocok untukku. Aku tidak terbiasa dengan barang mahal seperti ini.”

“Naura,” kata Bimo sambil duduk di sebelahnya, “kamu tidak perlu merasa canggung. Kamu adalah bagian dari hidupku sekarang, dan aku ingin kamu memiliki semua yang terbaik.”

Naura tersenyum kecil, tetapi di dalam hatinya, ia merasa sedikit ragu. Apakah ia benar-benar pantas mendapatkan semua ini?

*

Keesokan pagi di rumah keluarga Bimo.

Pagi itu, Naura baru saja selesai merapikan barang-barang belanjaannya dari hari sebelumnya.

Tas bermerek, sepatu, dan beberapa perhiasan kecil yang diberikan Bimo kini tersusun rapi di kamar.

Namun, hati kecilnya masih diliputi perasaan campur aduk—antara bahagia dan sedikit bersalah.

Saat ia melangkah ke ruang makan, Nina sudah menunggunya di sana dengan tatapan dingin.

Gadis itu menyesap kopinya dengan angkuh, senyumnya mencibir saat melihat Naura.

“Wah, tas baru lagi?” kata Nina dengan nada sarkastis, matanya menyorot tajam ke arah barang-barang yang dibawa pelayan ke kamar Naura semalam.

Naura mencoba tetap tenang. “Mas Bimo yang membelikan, Mbak Nina.”

“Ya, tentu saja,” Nina menyahut, matanya melirik ke arah Naura dari atas ke bawah.

“Bimo memang murah hati, ya? Sayang sekali kemurahan hatinya diberikan pada orang yang salah.”

Naura mengepalkan tangan di bawah meja, berusaha mengabaikan provokasi Nina.

Beberapa jam kemudian, Naura sedang berjalan menuju taman untuk menikmati udara segar.

Langkahnya perlahan, pikirannya masih melayang pada semua hal yang terjadi selama beberapa hari terakhir.

Namun, ia tersentak ketika mendengar suara deru mobil mendekat dengan cepat.

Nina, yang sedang mengendarai mobil kecil miliknya, tampak melajukan kendaraan dengan kecepatan yang tidak wajar.

Naura mencoba menyingkir, tetapi mobil itu tiba-tiba meluncur ke arahnya.

"Naura, awas!" teriak seorang pelayan yang kebetulan berada di dekat sana.

Naura melompat ke sisi jalan, tetapi bahunya tetap terkena ujung mobil. Tubuhnya terdorong hingga terjatuh ke tanah.

Nina dengan santai keluar dari mobil, ekspresinya dingin.

“Oh, maaf. Aku tidak sengaja. Kamu tahu, kan, jalanan di sini memang licin.”

Naura meringis kesakitan, tangannya memegang bahunya yang memar. Ia menatap Nina dengan mata berair.

“Mbak Nina, kenapa Mbak melakukan ini?”

“Melakukan apa?” Nina menyeringai.

“Kalau kamu merasa ini salahku, ya, maaf saja. Aku cuma ingin berkendara di properti keluargaku sendiri.”

Bimo, yang baru saja keluar dari dalam rumah, melihat kejadian itu dan segera berlari menghampiri Naura.

“Naura! Kamu baik-baik saja?” tanyanya panik, membantu Naura berdiri.

Naura hanya mengangguk kecil, meskipun wajahnya masih meringis menahan sakit.

“Nina!” suara Bimo menggelegar, matanya menyala penuh amarah.

“Apa-apaan ini? Kenapa kamu menabrak Naura?”

Nina mengangkat bahu dengan ekspresi acuh tak acuh.

“Itu bukan salahku. Dia yang tidak tahu diri berjalan di tempat yang salah.”

“Kamu sudah keterlaluan, Nina!” Bimo berteriak.

“Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak mengganggu Naura!”

Nina melipat tangan di dadanya, wajahnya tetap tidak berubah.

“Oh, jadi sekarang kamu memilih perempuan itu daripada keluargamu sendiri?”

“Ini bukan soal memilih,” balas Bimo.

“Ini soal kamu bersikap seperti manusia!” hardiknya dengan tatapan penuh emosi.

Naura menunduk, hatinya hancur mendengar semua pertengkaran ini. Ia merasa menjadi penyebab keretakan di keluarga Bimo.

Malam harinya, Bimo membawa Naura ke kamarnya.

Ia duduk di samping Naura, memegang tangan gadis itu dengan lembut.

“Naura, aku minta maaf atas apa yang Nina lakukan,” katanya penuh penyesalan.

“Aku akan memastikan dia tidak mengganggumu lagi.”

Naura menggeleng pelan. “Mas, aku tidak mau menjadi beban untuk Mas. Aku tidak mau menjadi penyebab pertengkaran di keluarga Mas.”

“Kamu bukan beban,” Bimo menatapnya dalam-dalam.

“Kamu adalah orang yang paling berarti bagiku. Aku tidak peduli apa pun yang orang lain pikirkan.”

Naura hanya terdiam, tetapi hatinya penuh dilema.

Ia mencintai Bimo, tetapi segala konflik ini mulai membuatnya lelah.

Di ruangan lain, Nina menatap keluar jendela dengan mata penuh kebencian.

Ia mengepalkan tangannya, berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan membiarkan Naura mengambil alih posisi penting di hati Bimo.

(Bersambung)

1
Nina_Melo
lagi, yang banyak
Nina_Melo
update yang banyak dong
Adinda
aku suka pria yang kejam dan tegas,semangat raka.
Lintang Lia Taufik: Terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Teddy
semangat bikin bab barunya
Lintang Lia Taufik: Makasih ya
Samantha: Hmmm Tedy
total 2 replies
Nina_Melo
suka /Drool/
Adinda
jangan mau kembali sama bimo naura, kamu berhak bahagia bersama pria lain.
Lintang Lia Taufik: Wah terimakasih sudah mampir.
total 1 replies
Antonio Johnson
lanjut
Antonio Johnson
like
Samantha
up
Samantha
suka
Teddy
like
Nina_Melo
Gas,
Lintang Lia Taufik: Makasih ya Nina
total 1 replies
Teddy
kasian
Nina_Melo
lanjut, gak sabar tunggu perbucinan
Nina_Melo
lanjut
Samantha
up
Teddy
selalu ada sih drama terselubung. Di manapun itu
Nina_Melo
Makin serem ya
Antonio Johnson
weh, tegang bacanya
Nina_Melo
sadis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!