Demi menyelamatkan nama baik keluarganya, Audrey dipaksa menggantikan adik tirinya untuk menikahi Asher, seorang tuan muda yang dikenal cacat dan miskin. Audrey yang selama ini dianggap anak tiri yang tidak berharga, harus menanggung beban yang tak diinginkan siapa pun.
Namun, hidup Audrey berubah setelah memasuki dunia Asher. Di balik kekurangan fisiknya, Asher menyimpan rahasia besar yang bahkan keluarganya sendiri tak pernah tahu. Perlahan, Audrey mulai menyadari bahwa suaminya bukan pria biasa. Ada kekuatan, kekayaan, dan misteri yang tersembunyi di balik sosok pria yang diabaikan itu.
Ketika rahasia demi rahasia terungkap, Audrey mendapati dirinya terjebak di antara cinta, intrik, dan bahaya yang tak pernah ia bayangkan. Siapkah Audrey menghadapi kenyataan tentang Asher? Dan apakah takdir yang mempertemukan mereka adalah kutukan atau justru anugerah terbesar dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan
Setibanya di mansion, Audrey yang hendak membuka pintu mobil, tangannya di tahan oleh Asher. Audrey pun memutar kepalanya menatap ke arah Asher.
“Ada apa? Aku mau turun,” ucap Audrey.
“Jangan berjalan kaki, nanti kamu lelah. Biarkan aku yang menggendongmu,” balas Asher dengan wajah yang serius.
Audrey tersenyum kikuk melihat perubahan Asher. Sepertinya, Audrey menginginkan Asher yang sebelumnya daripada Asher yang sekarang.
“Asher, kakimu masih sakit. Kamu masih dalam masa terapi dan pemulihan. Seharusnya, aku yang merawatmu dan memperhatikanmu, bukan sebaliknya.”
“Jangan meremehkanku, Audrey. Aku lelaki dan ini adalah perintah! Jika istri tidak mematuhinya, kau akan menjadi istri-“
“Iya, iya. Asher Eadric, aku menyerah!” Audrey mengangkat kedua tangannya ke atas. “Sikahkan Tuan gendong aku ke dalam!” ketus Audrey.
Franklin yang melihat sikap Asher hanya mengulum tawa melalui kaca spion. ‘Awal yang baik, Nyonya Audrey. Semoga Tuan benar-benar menemukan kebahagiaan dan kenyamanan di dalam hidupnya.’ Franklin membatin.
Asher segera turun, sedangkan Audrey melipat kedua tangannya di dada menunggu Asher membukakan pintu untuknya. “Turun,” perintah Asher.
Audrey segera turun dan berdiri berhadapan dengan Asher. Asher segera meraih tubuh Audrey ke dalam gendongan lalu membawa tubuh wanita itu ke dalam.
“Oh... Tuan, teruslah bersikap seperti itu agar wajahmu tidak selalu tegang, Tuan,” gumam Luwan saat melihat momen tersebut. “ Musim hujan seperti ini benih akan tumbuh dengan subur,” lanjut Luwan penuh harap.
Asher membawa tubuh itu ke dalam kamar. Sesampainya di dalam kamar, Asher meletakkan tubuh Audrey di atas ranjang dan Audrey pun duduk di sisi ranjang.
Asher berjongkok di hadapan Audrey. Pria itu segera melepaskan alas kaki yang Audrey gunakan sambil berkata, “Pulihkan tubuhmu dan istirahatlah yang cukup.” Asher meraih kedua kaki Audrey dan meletakkan kaki itu ke atas ranjang.
Audrey menatap Ahser dengan rasa haru yang mendalam. Namun Audrey tidak suka jika Asher memperlakukan dirinya seperti wanita yang tidak dapat melakukan apa-apa.
“Jika sudah tidak ada lagi yang kau lakukan, keluar dari kamarku. Aku ingin tidur,” ucap Audrey sambil membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Asher berdiri, menatap tubuh Audrry yang telentang. “Kurasa, itu lebih baik agar kau segera sehat.” Asher mengusap rambut Audrey.
Deg!
Audrey terpaku dengan sikap Asher.
Apakah mimpi yang ia alami akan menjadi awal yang akan menjadi kenyataan? Setiap waktu yang berganti, selalu ada kejutan yang Asher berikan kepadanya.
“Selamat beristirahat, aku ada urusan. Ingat Audrey, jangan coba-coba keluar dari kamar kalau tidak aku izinkan,” ucap Asher.
Audrey membuang nafas panjang. Dia merasa campur aduk dengan perasaannya terhadap suaminya sendiri. Audrey mencoba memahami sikap Asher. Mungkin Asher hanya ingin memperbaiki hubungan mereka.
“Baik, aku janji,” jawab Audrey.
Asher memutar tubuhnya, dia berlalu dari kamar Audrey. Sesampainya di luar kamar, Asher menggelengkan kepalanya kasar sambil mengatur nafasnya.
“Apakah yang aku lakukan sudah benar?
Aku harus kembali membaca artikel mengenai cara-cara untuk memanjakan wanita,” gumam Asher dengan jantung yang berdebar.
Dengan langkah tegap, Asher melangkah ke arah ruang kejarnya.
“Tuan.” Franklin menyambut kedatangan Asher.
“Apa yang ingin kamu sampaikan?” tanya Asher sambil melangkah ke arah kursi.
“Kepala keluarga dari Grup Flavio membuat kekacauan di perusahaan utama Eadric, Tuan. Mereka meminta, jika Tuan tidak menemui mereka, mereka akan menyebarkan video penganiayaan yang Tuan lakukan kepada Devan, dan akan membawa masalah ini ke meja hijau,” lapor Franklin.
“Bungkam semua media, aku akan menemui mereka. Dan segera atur agenda pertemuan media. Karena aku ingin memperkenalkan Audrey kepada publik dan akan menggelar pernikahan yang resmi dengan Audrey!”
“Tuan, apakah Anda yakin dengan keputusan itu? Mungkin terlalu tergesa-gesa,” tanya Franklin dengan penuh kekhawatiran.
Asher menatap Franklin dengan tajam. “Tidak ada kata terlalu tergesa-gesa dalam hal ini. Dia bukan istri simpan atau rahasia. Publik harus tahu Audrey adalah istri sahku. Aku juga akan membuka identitasku yang sebenarnya kepada publik-“
“Tuan, masalah identitas Anda. Sepertinya, Anda harus berpikir terlebih dulu. Dan masalah pernikahan Anda, aku juga keberatan. Jika para pesaing bisnis mengetahui siapa Nyonya Audrey, aku rasa, Nyonya Audrey akan menjadi target dari lawan-lawan Anda, Tuan. Jadi, pikirkan lagi. Anda cukup dikenal sebagai Asher yang berasal dari keluarga buangan Eadric. Siapa Anda yang sebenarnya, tolong jangan diumumkan.” Saran Franklin.
Asher mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar, berusaha menenangkan diri. Dia menyadari bahwa Franklin benar dalam pendapatnya.
Penyebab utama pertikaian antara keluarga Eadric dan Flavio adalah hubungan Audrey dengan Asher. Jika Audrey menjadi terlalu terkenal atau expose-nya terlalu besar, itu bisa menjadi berbahaya bagi Audrey.
Setelah beberapa lama memikirkan kata-kata Franklin, Asher akhirnya mengambil keputusan yang menguntungkan bagi semuanya. “Baik, aku ambil saranmu, Franklin. Aku akan tetap berada dalam kehidupan pribadi dan menjaga rahasia identitasku. Aku tidak akan menggelar pernikahan resmi atau mengungkapkan status Audrey sebagai istri sahku. Kita akan tetap pada perjanjian yang sudah ada.”
Franklin menghela nafas lega. “Terima kasih, Tuan. Aku pikir itu adalah keputusan yang bijak.”
“Segera siapkan mobil. Aku ingin ke perusahaan menemui kepala keluarga Flavio!” perintah Asher.
Franklin mengangguk dan segera beranjak pergi untuk mempersiapkan mobil. Asher duduk di kursi kerja dengan berpikir keras. Dia tahu bahwa keputusannya untuk tetap menjaga pernikahan mereka dalam rahasia adalah yang terbaik, tidak hanya untuk Audrey dan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kelangsungan bisnis mereka.
Sementara Audrey, ia duduk di atas balkon kamarnya dan merasa bingung dengan situasi yang terjadi. Setelah Asher pergi dari kamarny, Audrey tertegun dengan pertanyaan yang memenuhi pikirannya. Mengapa Asher tiba-tiba berubah sikap menjadi lebih manis? Apakah dia benar-benar ingin memperbaiki hubungan mereka atau ada alasan lain di balik sikapnya itu?
Sambil menatap ke langit dan merasakan hembusan angin sejuk, Audrey berpikir bahwa mungkin ini adalah saatnya untuk mencoba lebih memahami Asher dan mengenal Asher lebih dalam agar mereka berdua dapat saling terbuka satu sama lain seperti nasehat yang diberikan neneknya.
Tok tok tok
Audrey terperanjat, dia segera menoleh ke arah pintu. “Siapa?” tanya Audrey.
“Saya Marta, Nyonya!” seru seorang wanita di depan pintu kamarnya.
Audrey mengerutkan alisnya. “Marta?” gumam Audrey. “Masuk!” teriak Audrey.
Pintu terbuka dan seorang wanita berpakaian formal mengenakan setelan jas hitam melangkah masuk. “Nyonya, perkenalkan, saya Marta yang diperintahkan oleh Tuan untuk mengawasi Anda.” Wanita tersebut memperkenalkan diri.
Audrey terkejut mendengar ucapan Marta.
“Mengawasiku? Mengapa Asher perlu mengawasiku?” tanya Audrey dengan sedikit kekhawatiran.
Marta tersenyum sopan dan duduk di kursi di dekatnya. “Nyonya, saya tidak bermaksud untuk mengawasi secara harfiah. Saya adalah seorang agen keamanan yang ditempatkan oleh Tuan untuk menjaga keselamatan Nyonya. Karena dua hari yang lalu Nyonya mengalami insiden penculikan. Maka dari itu, Tuan mengutus saya untuk menjaga keselamatan, Nyonya.”
Audrey mengangguk mengerti mendengar penjelasan Marta. Ternyata Asher begitu peduli kepadanya. Sampai-sampai, tanpa sepengetahuannya pun Asher memberikannya seorang pengawal wanita.
Namun, siapa Asher? Lagi-lagi, pertanyaan itu terbesit di dalam pikiran Audrey.
“Nyonya, ini.” Marta menyodorkan sebuah tas kepada Audrey.
“Oh... Tasku!” seru Audrey merasa bahagia, dia mengambil tas yang diberikan oleh Marta.
“Terima kasih Marta.”
“Sama-sama, Nyonya. Dalam perjalanan kemari, ponsel Anda terus berdering, Nyonya. Aku rasa ada yang penting.”
Audrey mengambil ponsel dari dalam tasnya dan melihat panggilan masuk dari Ayahnya, Bella dan juga beberapa pesan. Melihat ayahnya menelepon, Audrey hanya menyunggingkan bibirnya.
“Cih, aku tahu. Pasti Callie sudah mengadu perihal kejadian di toko perhiasan. Dan ayah tentu memintaku untuk pulang dan meminta memberikan penjelasan,” gumam Audrey.
Audrey mengeklik tombol pesan pada ponselnya.
“Kamu sudah mulai berani? Beginikah ajaran yang ibumu ajarkan? Pantas saja, kamu dengan tega mempermalukan adikmu sendiri. Pulang dan kamu harus minta maaf kepada Callie!” Pesan Dax.
Audrey membuang nafas berat saat membaca pesan ayahnya. Audrey tidak habis pikir dengan ayahnya yang bisa terpengaruh oleh Brianna. Padahal dulu, ayahnya adalah sosok yang penuh kasih. Semua berubah karena Brianna dan Callie yang terus memprovokasi ayahnya.
“Nyonya, Anda tidak apa-apa?” tanya Marta khawatir.
Audrey tersentak. “Aku tidak apa-apa,” jawab Audrey dengan cepat.
“Kuharap Nyonya selalu baik-baik saja.”
“Terima kasih, Marta.” Audrey kembali membaca pesan dari Bella.
“Audrey, apakah kamu tidak apa-apa? Tolong berikan kabar tentang keadaanmu. Karena aku ingin mengajakmu ke sebuah acara.” Isi pesan yang dikirim oleh Bella.
Salam kenal
Jangan lupa mampir ya 💜