Hi hi haaayyy... selamat datang di karya kedua akuu... semoga suka yaaa 😽😽😽
Audrey dipaksa menggantikan adiknya untuk menikah dengan seorang Tuan muda buangan yang cacat bernama, Asher. Karena tuan muda itu miskin dan lumpuh, keluarga Audrey tidak ingin mengambil resiko karena harus menerima menantu cacat yang dianggap aib. Audrey yang merupakan anak tiri, harus rela menggantikan adiknya. Namun Asher, memiliki rahasia yang banyak tidak diketahui oleh orang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asher yang berlebihan
“Tuan, apa yang terjadi kepada Nyonya Audrey?”
Kane datang menyambut kedatangan Asher. Setelah Franklin memberitahukan jika Asher akan ke rumah sakit, Kane bergegas menunggu Asher.
“Luka lecet dan memar. Tolong, segera obati dia.” Pinta Asher dengan suara tegas.
“Silakan bawa masuk Nyonya ke dalam, Tuan,” ucap Kane mempersilahkan.
Tanpa menjawab, Asher membawa tubuh Audrey ke ruangan di mana Kane melangkah. Sesampainya di ruangan tersebut, Asher membaringkan di atas tempat tidur pasien.
“Urus dia dan operasi dia.”
Mendengar ucapan Asher, Audrey dan Kane tercengang. Sontak, Audrey dan Kane membuang pandangan heran kepada Asher.
“Tuan, bukankah itu terlalu berlebihan? Nyonya hanya mengalami luka ringan. Diberikan obat merah dan istirahat juga sembuh,” ucap Kane.
Asher menatap wajah Kane dengan lekat tanpa ekspresi. “Jika istriku terkena tetanus, dan tidak segera diobati dengan benar, dampaknya bisa fatal. Kakinya akan di amputasi, tangannya di potong dan lebih mengerikan lagi, jika tubuhnya mengeluarkan belatung, bagaimana? Apakah kamu akan bertanggung jawab atas dampak itu, hah!” ucap Asher dengan keseriusan.
Audrey, yang sejak tadi hanya mendengarkan dengan diam, memandang Asher dengan tatapan penuh kekhawatiran. Meski dirinya merasa sedikit terganggu dengan keputusan Asher yang terlalu protektif, ia juga merasa terharu melihat betapa perhatian dan peduli Asher terhadap dirinya.
“As-Asher, tapi aku sungguh-“
“Diam!” bentak Asher. “Aku lebih tahu kebaikanmu,” sambung Asher dengan tegas.
Audrey tertunduk sambil menggigit bibir bawahnya. ‘Apa-apaan dengan orang ini? Sampai sejauh itu dia berpikir? Bagaimana bisa, dia mengkhawatirkan aku seperti itu. Ucapannya lebih tepat seperti mengutukku,’ Audrey membatin.
Diposisi Kane masih merasa skeptis. Ia menganggap tindakan Asher terlalu berlebihan dalam merespon luka kecil Audrey.
“Tuan, aku mengerti kekhawatiran Anda terhadap Nyonya, tapi aku yakin dengan pemberian obat dan istirahat yang cukup, luka Nyonya akan sembuh dengan sendirinya. Operasi hanya akan menyebabkan rasa tidak nyaman, dan mungkin juga risiko lainnya,” kata Kane dengan serius.
Asher menghela nafas panjang. Ia merenung sejenak, berusaha mencari jalan tengah agar semua pihak merasa puas. Audrey tetap diam dan menunggu keputusan Asher.
“Baiklah, Kane. Jika kamu yakin dia akan sembuh tanpa operasi, lakukanlah perawatan yang menurutmu terbaik untuk Audrey. Aku tidak ingin ada risiko yang bisa membuat keadaan Audrey semakin buruk. Setelah kamu mengobatinya, antar dia ke ruang VVIP,” kata Asher dengan tegas.
Kane membuang nafas panjang. “Tuan, Nyonya Audrey tidak perlu di opname. Setelah aku mengobatinya, Nyonya bisa langsung pulang,” jelas Kane.
“Ini perintah!” tekan Asher menatap tajam ke arah Kane.
Kane mengangguk tunduk, tanpa ragu ia menerima perintah Asher. Ia segera mendatangkan alat perawatan medis dan mulai membersihkan luka Audrey dengan hati-hati. Sementara itu, Audrey masih terdiam dalam pikirannya.
‘Mungkin Asher benar, aku harus mempercayainya. Ya... Meski terkadang, keputusannya terlalu berlebihan, tapi aku tahu dia hanya ingin melindungiku,’ pikir Audrey dalam hati.
Saat Kane sedang memberikan obat-obatan yang diperlukan. Asher menatap ke arah Audrey. “Audrey, aku tinggal sebentar. Aku ada urusan,” ucap Asher.
Audrey hanya mengangguk. Setelah melihat anggukkan Audrey, Asher bergegas keluar dari ruangan di mana Kane sedang mengobati istrinya.
“Akkhh... Sendiku sakit sekali,” gumam Asher meringis saat dia berada di luar ruangan.
Franklin yang melihat Asher seperti kesakitan bergegas menghampiri tuannya itu dengan perasaan khawatir.
"Tuan, mau aku ambilkan kursi roda?" tanya Franklin sambil merangkul pundak Asher.
Asher menggeleng. "Tidak perlu, aku ingin melatih kakiku agar lebih terbiasa dengan sesuatu yang berat," jawab Asher.
"Kalau begitu, Tuan duduk dulu." Franklin menuntun Asher menuju ke arah bangku.
Setelah duduk, Asher merasa lega bisa sedikit istirahat. Asher menopang belakang kepalanya pada dinding sambil memejamkan mata. Sedangkan Franklin masih berdiri di dekat Asher, Franklin selalu siap jika sewaktu-waktu Asher membutuhkan bantuan.
"Franklin, laporan apa yang kamu terima? Siapa dalang di balik penculikan Audrey?" tanya Asher dengan mata terpejam.
"Dari penyelidikan, jika dalam di balik penculikan ini adalah anak perempuan dari Group Berton, Tuan," jawab Franklin.
Asher menyeringai mendengar laporan yang Franklin berikan. "Jadi wanita itu masih dendam terhadapku? Baiklah, aku akan bermain halus,” bisik Asher dengan senyuman jahat yang muncul di bibirnya.
“Tekan proyek yang akan diambil alih oleh Group Berton. Mereka pikir, mereka sedang bermain dengan siapa? Berani sekali mereka mengusik wanitaku.” Titah Asher kepada Franklin.
“Baik, Tuan.” Jawab Franklin
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di dalam ruangan Kane sudah selesai memberikan perawatan pada Audrey. Luka lecet dan memar di tubuh Audrey telah dibersihkan dan ditutup dengan perban.
“Nyonya, lukamu akan sembuh dengan sendirinya selama kamu memperhatikan kebersihan dan memberikan waktu istirahat yang cukup. Tapi, sepertinya, tuan akan protektif dengan dirimu. Ya... Setelah kejadian ini, tentu Nyonya akan di awasi dengan ketat,” ucap Kane.
Audrey mengangguk dengan rasa lega. Meskipun ia merasa agak terganggu dengan proteksionisme Asher, ia juga menghargai kepeduliannya.
Setelah Kane memberikan saran-sarannya, Audrey tahu bahwa ia harus berhati-hati dan memperhatikan kebersihan luka-lukanya agar tepat waktu sembuh.
“Tapi, Kane, aku juga ingin mengerti mengapa Asher begitu khawatir dan melibatkan operasi. Apakah benar luka kecil seperti ini bisa dengan mudah berkembang menjadi sesuatu yang serius?” tanya Audrey dengan rasa ingin tahu.
Kane mengangguk serius. “Iya, memang tidak semua luka kecil akan berakhir dengan risiko besar. Tapi, ada beberapa kondisi tertentu seperti infeksi, tetanus, atau luka yang tidak sembuh dengan sempurna yang bisa menjadi masalah serius. Mungkin, Asher melihat potensi itu dalam lukamu dan berusaha melindungimu dengan segala cara, walaupun terlihat berlebihan.”
“Terima kasih, Kane. Karena sudah mengobati lukaku,” ucap Audrey.
“Sama-sama, Nyonya. Nah, sekarang, Nyonya duduk di kursi roda, ya!” ucap Kane.
Audrey mengerutkan alisnya. “Kenapa aku harus duduk di kursi roda? Aku masih sanggup untuk berjalan,” ucap Audrey yang merasa heran.
“Nyonya turuti saja. Aku akan mengantar Nyonya ke ruang inap. Nanti, Nyonya pura-pura lemas dan sekarat, ya. Jika tidak begitu, tuan akan menendang bokongku!”
Audrey terkekeh mendengar ucapan Kane. Meskipun ia masih merasa ragu dengan keputusan Asher, ia memutuskan untuk mempercayainya. Audrey bersedia mengikuti saran Kane karena ia tahu bahwa Asher hanya ingin melindunginya sebaik mungkin.
“Baiklah, mari kita berakting,” ucap Audrey.
“Tunggu sebentar, aku akan mengambil kursi rodanya.” Kane bergegas mengambil kursi roda. Tak lama, dia pun kembali. “Ayo, Nyonya, duduk!” Kane mempersilahkan.
Audrey pun segera duduk. Setelah Audrey duduk di kursi roda, Kane mulai mendorongnya keluar dari ruangan perawatan menuju ruang inap.
Sesampainya di luar ruangan, Kane dan Audrey tidak menemukan siapa-siapa. “Loh, Asher ke mana?” tanya Audrey dengan sorot matanya mencari keberadaan Asher.
🌼🌼🌼
Maaf yaa, kemaren ga up krn kurang fit. Doain ya biar sehat selalu dan rajin up tiap hari...
And thank's gesss krn udh dukung akuu... 😽😽😽
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/