NovelToon NovelToon
Tuan Muda Arogan

Tuan Muda Arogan

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kim Yuna

Seorang Ceo muda karismatik, Stevano Dean Anggara patah hati karena pujaan hatinya sewaktu SMA menikah dengan pria lain.

Kesedihan yang mendalam membuatnya menjadi sosok yang mudah marah dan sering melampiaskan kekesalan pada sekretaris pribadinya yang baru, Yuna.

Yuna menggantikan kakaknya untuk menjadi sekretaris Vano karena kakaknya yang terluka.

Berbagai macam perlakuan tidak menyenangkan dari bos nya di tambah kata-**** ***** sering Yuna dapatkan dari Vano.

Selain itu situasi yang membuat dirinya harus menikah dengan Vano menjadi mimpi terburuk nya.

Akankah Vano dan Yuna bisa menerima pernikahan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

"Ck, percaya diri anda bagus juga." Yuna tentu saja tidak percaya, ia tau ia bukan tipe Vano sama sekali jadi laki-laki itu pasti cuma membual saja.

"Oh iya, saya tidak mau jadi sekretaris anda lagi."

"Hm, aku juga tidak menginginkan mu bekerja. kau bersantai di rumah saja. Habiskan uangku." jika itu pria lain Yuna pasti meleleh. Dasar sombong batin Yuna.

Vano bersiap tidur karna besok mereka akan pergi bulan madu dan berangkat pagi-pagi sekali. Yuna dengan sigap menaruh banyak bantal di tengah-tengah ranjang sebagai benteng pertahanan sampai wanita itu bahkan tidak memakai bantal untuk alas kepala nya sendiri.

"Ingat batasnya! Anda jangan sampai melewati nya Tuan muda."

"Hm tidurlah cerewet! kau tidak lelah bicara terus." Vano berbaring miring berusaha tidur.

"Ck! dasar anak kecil." lirih Yuna yang nasihat di dengar oleh Vano. "Kau tinggi nya cuman sampai ketiakku Yuna! kau yang anak kecil, Dasar!"

"Diam! tidur sana!" Yuna menggerutu kesal karna Vano selalu saja menjawabnya.

"Malam Yuna." Vano mencoba romantis namun lagi-lagi ia dicueki.

Flashback...

"Tuan muda..." Adnan masuk ke kamar Vano, pemuda yang sama sekali tak ia duga jadi pendamping putrinya.

"Iya Om."

"Bagaimana perasaanmu hari ini?" Vano deg deg an tentu saja, sedari tadi berusaha menghapalkan ijab qobul.

"Tuan muda..."

"Iya Om?"

"Saya boleh minta tolong?"

"Iya?"

"Tolong cintai anak saya Yuna, dia gadis polos tidak pernah jatuh cinta sama sekali, tidak pernah pacaran dan tidak pernah punya teman laki-laki. Yuna pasti masih sangat terpukul karna kejadian terakhir ..."

"Maafkan Vano om, Vano yang salah..."

"Om percaya Tuan muda pasti menepati janji. Tuan muda, jika pada akhirnya Tuan muda dan Yuna tetap tidak bisa saling menerima, tolong jangan sakiti anak saya, kembalikan saja pada saya."

"Om... kenapa om berpikir begitu?" Vano tidak menyangka sama sekali dengan pemikiran Om Adnan sampai sejauh itu.

"Ini kekhawatiran seorang ayah Tuan muda, seorang ayah yang sangat mencintai putrinya."

Vano mengangguk paham, ia merasa bersalah sekali pada pria paruh baya di depannya. Om Adnan seumur hidup banyak berkorban untuk ayah dan kakeknya, jadi Vano akan berusaha sekuat tenaga tak mengecewakan pria itu lagi.

"Vano janji Om, bakal berusaha mempertahankan pernikahan ini sampai kapanpun. Vano bakal belajar mencintai anak Om."

"Tuan muda..."

"Ini bukan apa-apa dibandingkan apa yang sudah Om korbankan selama ini. Makasih Om atas segala apa yang Om korbankan untuk keluarga Vano." ujar Vano pada Om Adnan yang sebentar lagi berubah menjadi mertuanya.

"Sama-sama tuan muda saya juga berterima kasih Anda mau bertanggung jawab dan tidak lari.:

"Om apa aku sepengecut itu di maamu."

"Tidak ada yang tahu Tuan." ujar Vano tersenyum tipis

Flashback End...

Tidak lama terdengar suara dengkuran halus di belakang tubuhnya warna berbalik ia menatap jam yang sudah menunjukkan pukul 00.30 malam

Vano berharap mereka bisa berjuang bersama dan saling menerima seperti suami istri pada umumnya.

Pagi menyapa dunia Vano bangun dan tak sengaja tangannya menyentuh sesuatu yang empuk dan hangat

"Apa ini?"

Vano meremas-remasnya karena penasaran tetap saja dengan mata terpejam karena masih sangat mengantuk.

"Lembut dan hangat"

"Ah mesum!"

Plak!

Plak!

Plak!

"Vano!"

"Aww sakit Yuna!" Vano langsung membuka matanya dan mengusap pipinya yang ditampar istrinya berkali-kali , Yuna sendiri langsung bangun dari ranjang dengan mata melotot tajam pada suaminya dan menyilangkan tangan di depan dada.

"Maaf aku tidak sengaja." Vano sadar apa yang sudah tangannya lakukan.

"Anda sengaja kan, ngaku! nggak ngaku!" Amuk Yuna lagi sambil menunjuk-nunjuk muka Vano dengan tatapan marah, kesal, jengkel pokoknya campur aduk menjadi satu. Yuna melempar bantal ke arah Vano namun sayang tidak ada yang mengenai pria itu.

"Aku tidak sengaja Yuna sungguh."

"Menjauh dari saya, Tuan muda!" Yuna misuh-misuh sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar mandi.

Vano terkekeh, lucu juga wanita itu jika marah-marah. Vano melihat banyak sekali ekspresi di wajah istrinya sekarang, tidak lagi datar seperti tembok.

"Manis juga."

Vano membayangkan kepalanya yang sekarang berpikiran kotor, membayangkan rasa bibir ceriwis itu lagi. Sambil menunggu Yuna ia mengeluarkan koper dan menyiapkan baju mereka, setelah sarapan nanti mereka akan berangkat bulan madu.

Yuna keluar dari kamar mandi dengan tatapan berkilat marah.

"Maaf Yuna, tadi aku sungguh tidak sengaja."

"Anda sengaja."

"Tidak..."

"Minggir! menjauh dari saya 10 meter."

***

Sedangkan di kediaman Wira. Riana juga sedang merapihkan koper di bantu oleh Wita. Kemarin Riana tidak hadir sebab ia tidak kuat harus menyaksikan orang yang di cintai nya menikah dengan orang lain bahkan ia memutuskan untuk pergi hari ini juga.

"Nak... beneran kamu gak akan pamitan dengan Vano dan Vani?" Riana menggeleng, lagipula ia sudah membuat semua orang kecewa. Apalagi Vano, ia bahkan tidak punya muka menghadapi laki-laki itu.

"Nanti kirim pesan aja ma." Ujar gadis itu lirih. Riana tidak tahu apa ia masih pantas memanggil wanita di depannya ini mama lagi mengingat ia sudah mengecewakan keluarga ini.

"Nak ... ini kamu gak dipikirkan lagi? jauh loh sayang."

"Nggak ma, kesempatan gak datang dua kali." Wita tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Sudah siap?" tanya Wira dingin pada Riana yang hari ini berangkat ke Milan. Wira sudah berusaha memaafkan Riana namun ia tidak bersikap seperti awal lagi.

Wira dan Wita ikut mengantar sampai ke Bandara, Wita menangis kejer. Rasanya tak tega melepas anak yang sudah ia anggap putrinya pergi jauh. "Kamu harus sering telpon mama, Nak." Wita menatap istrinya jengah, memang hanya istrinya saja yang belum tau kalau Riana adalah penyebab Vano dalam masalah.

"Iya ma." Wita masih memeluk Riana.

"Nanti kalau sudah sampai telepon!" Wita mengusap air matanya dan langsung tersenyum lebar.

"Pa ... Riana pamit. Doakan Riana berhasil ya pa...hiks. Maaf kalau selama ini merepotkan kalian." Riana menangis. ia juga berat sebenarnya apalagi dalam kondisi seperti ini. Vano membencinya begitu pun Vani.

"Iya. Pergilah." Riana tersenyum tipis.

"Papa! Mama! selamat tinggal!" Teriak Riana dengan air mata bercucuran untuk terakhir kalinya. Wita tidak kuat dan masuk ke dalam dekapan Wira dan menangis tersedu-sedu.

"Syuut..." Wira menepuk-nepuk punggung istrinya yang berguncang hebat.

"Anak kita mas. Ya Tuhan, Riana ..."

"Biarkan Riana terbang menggapai mimpi nya sayang."

"Aku sedih. Aku udah kirim pesan sama Sandra tapi nomorku di blokir mas."

"Huh, lagian kamu, buat apa sih masih memperdulikan wanita itu."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Aiysah Maharani
lanjtan ya mana 🥲
kagome
Luar biasa
atik
lanjut thor, semangat
atik
gambar Visual nya kok gak bisa kebuka ya d hp ku thor, sayang banget padahal lagi penasaran sama wajah2 mereka
Kim Yuna: saya juga bingung kirain pas update bisa di buka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!