NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kedua Om Komandan

Menjadi Istri Kedua Om Komandan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Adinda Aisyah Zakirah adalah gadis berusia 19 tahun.

"Kakak Adinda menikahlah dengan papaku,"

tak ada angin tak ada hujan permintaan dari anak SMA yang kerapkali membeli barang jualannya membuatnya kebingungan sekaligus ingin tertawa karena menganggap itu adalah sebuah lelucon.

Tetapi, Kejadian yang tak terduga mengharuskannya mempertimbangkan permintaan Nadhira untuk menikah dengan papanya yang berusia 40 tahun.

Adinda dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Apakah Adinda menerima dengan mudah lamarannya ataukah Adinda akan menolak mentah-mentah keinginannya Nadhira untuk menikah dengan papanya yang seorang duda itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 22

Adinda menatap jengah ke arah orang yang telah menggantikannya.

“Padahal masih banyak mienya, tidak perlu main rebut segala!” gerutunya Adinda.

Adinda mengambil segelas air putih untuk suaminya yang masih terbatuk-batuk. Kedua bola matanya Baruna berair, hidungnya memerah bahkan telinganya ikut memerah saking tak kuatnya menahan rasa pedis mie buatannya Adinda.

Adinda menepuk-nepuk punggung lebarnya Baruna,” minum Om,”

Baruna buru-buru meminum airnya hingga tandas tak bersisa, setelah minum barulah kondisinya agak stabil meski masih sedikit kerasa pedisnya.

“Astaghfirullah aladzim Adinda kamu masukin cabenya berapa biji sih? Kok pedesnya mengalahkan bon cabe level 9!” sungutnya Baruna yang mengipasi mulutnya berusaha agar rasa cabe segera menghilang.

“Om juga sih yang salah tapi malah menyalahkan cabe rawitnya! Coba meminta baik-baik bakal saya kasih yang gak ada cabenya,” protes Adinda.

Adinda berjalan ke arah kompor dan kembali menuangkan mie ke dalam mangkok yang masih mengepulkan asapnya.

“Emangnya Om jam segini belum makan?” Tanyanya sambil menyodorkan sebuah mangkok ke depan suaminya.

Adinda menukar mangkok yang berisi mie pedas dan mie yang baru diambilnya.

“Om belum makan karena tungguin kamu pulang,” ngaku Baruna kembali menyendok mienya yang kali rasanya pas di lidahnya.

“Ngapain nungguin saya? Padahal langsung ke dapur sudah bisa makan atau tinggal minta sama bi Asih atau bibi Lia sudah bisa makan,”

“Karena Om gak bisa tenang makan sedangkan kamu ada di luar sana gak tau pergi kemana,” jujurnya Baruna lagi.

Adinda awalnya senang mendengarnya tetapi dia segera menyadarkan dirinya sendiri kalau ucapan suaminya hanya sekedar basa-basi belaka.

“Itu namanya buang-buang waktu saja, tidak perlu nungguin istri kontraknya Om!” ketusnya Adinda.

Adinda tidak lagi membalas ucapan dari suaminya itu, dia melanjutkan acara santap malamnya yang sudah terlambat.

“Masakanmu enak juga rupanya,” pujinya Baruna.

Adinda hanya mendengarkan semua yang diucapkan oleh suaminya karena perutnya sudah berbunyi keroncongan minta diisi makanan.

Baruna tersenyum simpul,” kapan-kapan boleh masakin lagi makanan untuk Om?” harapnya Baruna.

“Bukannya dulu Om hanya memintaku sebagai ibu sambungnya Nadhira, pekerjaan Ibu rumah tangga seperti memasak, mencuci, menyapu beberes rumah tidak perlu saya kerjakan kenapa sekarang memintaku untuk memasak! Seenak itukah masakan buatan tanganku sampai-sampai Om pengen dimasakin lagi?”

“Om suka dengan cita rasa masakanmu, apakah salah kalau Om meminta kepada istriku sendiri?” Baruna menaik turunkan alisnya ke arah Adinda.

Adinda berjalan ke arah wastafel untuk membersihkan peralatan masak dan makan yang barusan dipakainya.

“Om bantuin kamu yah,” pintanya Baruna.

Adinda belum mengatakan setuju apa tidak, Baruna sudah membantu Adinda.

“Jangan dipaksakan melakukan hal yang tidak pernah Om lakukan! Akan berakhir tidak baik!” ketus Adinda.

Adinda melanjutkan menggosok piringnya tanpa peduli dengan reaksi dari Baruna.

“Om sama sekali tidak pernah memaksakan diriku untuk melakukan hal yang tidak Om inginkan dan nggak om sukai. Tapi, kali ini Om melakukannya murni karena suka dan karena om ingin meringankan pekerjaan istriku,” jelasnya Baruna.

Adinda melirik ke arah suaminya dan sedikit terkejut melihat wajah tampan suaminya yang sedikit lebam dan sedikit bengkak.

“Kayak anak TK saja yang habis berantem,” sarkas Adinda.

Adinda mengelap tangannya sampai kering kemudian menarik tangannya Baruna seperti anak kecil yang akan dimarahi oleh ibunya karena sudah berbuat nakal.

“Kita mau kemana?” Tanyanya Baruna yang tidak melepaskan tangannya.

“Kita akan pergi mancing ikan!” ketus Adinda.

Baruna paham maksudnya Adinda dan dia tersenyum karena diperhatikan oleh istri kecilnya itu.

“Om duduk di sini, saya akan ambilkan kotak p3knya dulu, jangan kemana-mana tungguin!”

Baruna bersyukur karena istrinya meskipun marah padanya tapi, masih begitu perhatian padanya.

Baruna terus memperhatikan apa yang dilakukan oleh Adinda hingga istrinya sudah duduk di hadapannya.

“Mungkin agak sedikit perih, pasti Om bisa menahan rasa sakitnya,”

Adinda mulai mengobati beberapa bekas lukanya Baruna sedangkan Baruna terus menatap intens gadis remaja yang ada di hadapannya dengan tatapan memuja.

“Entah apa yang terjadi padaku? Entahlah apa aku sudah mencintaimu? Tapi, apa yang aku rasakan saat ini sungguh aku bahagia melihatmu, aku tidak tenang jika tidak melihatmu,” batinnya Baruna yang terus memperhatikan Adinda yang begitu cantik di matanya.

Adinda sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang diperhatikan dengan seksama oleh pria yang beberapa hari ini membuat moodnya berantakan.

“Kamu dengan Kanaya sama-sama membuatku tak sanggup berpaling dari dirimu. Tapi, kamu sungguh berarti selalu istimewa dihati. Kamu sanggup membuatku melupakan masa kelam ketika aku ditinggalkan oleh Kanaya,” Baruna kembali membatin.

“Sakit gak, Om?” Tanyanya Adinda.

“Nggak sakit kok karena orang cantik yang mengobatiku,” ujarnya.

Adinda tersenyum smirk mendengar ucapan suaminya,” baiklah aku akan kerjain Om Baruna.”

Adinda mengoles cream sedikit menekan ke dalam pipinya Baruna yang terluka.

“Auhh sakit!” Keluhnya Baruna.

“Dasar tadi katanya kalau diobati sama orang cantik gak sakit tapi tau-taunya ngeluh juga,” ejek Adinda kemudian menyimpan semua obat yang dipakainya ke dalam kotak p3knya.

“Gimana ga sakit kalau kamu tekan dengan kuat,” sanggah Baruna.

“Alasan saja!”

Adinda hendak bangkit dari posisi duduknya tapi segera dicegah oleh Baruna.

Baruna memeluk tubuhnya Adinda dari arah belakang,” jangan pernah tinggalkan Om, apapun yang terjadi! Aku mohon jangan pergi dari hidupku karena tak akan mampu menjalani sisa hidupku tanpamu.”

Adinda tersenyum kaku mendengar perkataan Baruna,” jangan pernah sekali-kali berbicara yang tidak sesuai dengan kenyataan Om.”

“Kalau memang seperti itu kenyataannya yang terjadi padaku Kamu mau apa?”

“Saya tidak bisa percaya begitu saja Om jangan sampai apa yang Om rasakan sebenarnya untuk almarhumah Mbak Kanaya. Jangan berikan harapan palsu padaku, Om.”

Adinda melepas pelukan suaminya kemudian berjalan meninggalkan Baruna yang masih berdiri mematung memandangi istrinya.

Baruna mengusap wajahnya dengan gusar,” apa sesulit itu kah kamu mempercayai ketulusan dan kesungguhan hatiku?”

Adinda berjalan ke arah kamar mandi karena ingin membersihkan tubuhnya dan memanjakan tubuhnya dengan berbagai perawatan wajah hingga kulit tubuhnya.

Adinda duduk di depan meja riasnya ketika Baruna berjalan ke arah kamar mandi. Adinda hanya melirik sepintas tanpa berbicara sepatah katapun.

Adinda mengatur beberapa bantal seperti biasanya sebelum dia tidur sebagai pembatasnya.

“Kenapa banyak banget bantalnya! Bukannya biasanya hanya tiga saja?” Protesnya Baruna.

“Tangannya Om suka curi-curi kesempatan! Kan Om sendiri yang bilang tidak akan pernah melakukannya kalau belum ada rasa cinta. Ok! Saya setuju tapi namanya manusia itu paling munafik bisa saja ngomongnya gak nyentuh ujung-ujungnya meluk juga!” sindir Adinda.

“Kalau Om sudah mencintaimu apa kamu bersedia melakukannya dengan Om?” Tanyanya Baruna.

Deg!

Adinda tidak menduga jika Baruna akan berbicara seperti itu. Karena Baruna sangat mencintai mendiang istrinya.

“Haha!! Om jago ngelucu juga rupanya,” Adinda merasa perkataannya Baruna tidak masuk akal dan hanya lelucon.

Tanpa basa-basi Baruna menindih tubuhnya Adinda sedangkan Adinda yang diperlakukan seperti itu langsung berteriak histeris.

“Ahhh!!” Teriak lantang Adinda sambil menyilangkan satu tangannya di depan dadanya.

Tangan satunya menutup mulutnya rapat-rapat.

“Kenapa kau menutupinya! Apa kamu takut? Kan kamu sendiri yang bilang kalau semua perkataan Om itu hanya lelucon jadi tidak perlu Kamu tutupin juga dada kamu yang tepos itu,”

Adinda yang dikatai seperti itu langsung melepaskan tangannya dan kembali menantang pria dewasa yang berada di atas tubuhnya.

“Jadi Om mau bukti kalau punyaku itu tidak tepos!?” Kesalnya Adinda.

Baruna bersorak gembira karena Adinda masuk jebakan Batman.” Yes!! Kena tipu juga! Lain kali aku akan melakukan hal sama.”

Adinda hendak membuka kancing piyama tidurnya dengan motif bunga-bunga itu, tapi terhenti karena mendengar suara deringan ponselnya.

Adinda reflek mendorong tubuhnya Baruna hingga terjengkang ke atas lantai.

“Argh!!” Baruna berteriak kencang karena bokongnya terbentur dengan lantai cukup keras.

Adinda mengulurkan tangannya, “Maaf Om, saya tidak sengaja,” Adinda menarik tangannya Baruna untuk berdiri.

Tapi, apa yang terjadi bukannya Baruna yang bangun malah Adinda yang terjatuh tepat ke atas tubuhnya Baruna. Dengan posisi yang cukup ambigu.

“Ahh!!”

Kedua bibir Adinda langsung menempel di bibir seksinya Baruna yang merah karena tidak pernah tersentuh nikotin sedikitpun.

“Kesempatan besar nih!” Monolog Baruna.

Baruna tidak menyia-nyiakan kesempatan besar yang jarang terjadi, walaupun badannya kesakitan karena ditindih oleh Adinda tapi baginya itu tidak masalah.

Baruna menekan tengkuk lehernya Adinda dan mulai melu**mat bibir mungil Adinda yang merah merona seperti buah ceri.

Keduanya saling mem**belit lidah, ber**tukar saliva. Adinda mulai mampu membalas dan mengimbangi permainan bibirnya Baruna. Tangannya Baruna menelusup ke balik piyama tidurnya Adinda.

1
Ai srk
gak pernah asi kali yah Om 🤣🤫😂
Ai srk
manis banget si Om
Amiera Ismail
aku yakin dia itu mantan kekasih adinda
Amiera Ismail
romantisnya Om Baruna
Amiera Ismail
ya Allah ampun deh Om pikirannya ke sono mulu
Amiera Ismail
hahaha diolok-olok
Amiera Ismail
perlu beli kayaknya alat ginian
Amiera Ismail
ceritanya sangat menghibur
Chaca Lee💗
apakah dia Azriel???
Chaca Lee💗
cor juga 😂🤭
Chaca Lee💗
sudah terang-terangan mengungkapkan perasaannya
Yuliana Tunru
apa pak.pol mantan x adinda dulu ya..smoga nadhira benar2 dicintai ya bkn krn apa2 x..lanjutttt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nanti akan terjawab Akak 😚🥰🙏🏻

insha Allah besok lanjut nya 🥰🥰
total 1 replies
Abz
jangan bilang yg sekampung sama adinda , lupa nama nya 🤭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kakak pinter banget Aah nebak nya 😂🤭
total 1 replies
Fadila Bakri
Alhamdulillah mereka sudah bahagia
Masitha Hamrud💗
bahagia selalu pasutri
Farhana
lanjut kakak
Farhana
oh tentu bakal hati-hati
Masitha Hamrud💗
dasar pelakor gak punya akhlak
Farhana
semoga kapok
Farhana
dilawan memang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!