Arsyila Maharani harus terpaksa melalui hari- hari yang sulit, hanya karena sebuah kesalahan satu malam yang di luar kendalinya.
Arsyila menjadi korban dari bos tempat Ia bekerja yang pada saat itu sedang terpuruk, kehilangan mahkota yang sangat berarti dua hari sebelum pernikahan mereka.
Mampukah Arsyila melalui hari- harinya ke depan, bukan hanya masalah dari keluarga nya dan juga masyarakat yang memandang dirinya hina.
Bagaimana Ia menghilangkan rasa trauma berat dalam hidupnya, apakah ada cinta tulus yang akhirnya menghampiri nya. Yuk simak kelanjutan nya disini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejujuran Arsy
\*\*\*
Seorang melangkah pelan, sangat pelan bahkan hampir tak terdengar derap langkah kaki. Manik mata di edarkan ke penjuru ruangan, mencari objek yang sangat ingin di lihat sejak kemarin.
Objek yang sudah membuat tidur nya terganggu dan membawa langkah nya kemari di pagi- pagi buta.
Lagi dan lagi sang empunya memergoki tingkah lakunya, kali ini rasa curiga itu semakin kuat.
" Alvaro ! "
" Ah Hai. "
Alvaro berjengkit karena terkejut mendengar namanya di panggil, tentu Ia tau siapa itu.
" Sekarang apalagi Varo. "
Arkan ingin tau apa alasan adiknya itu masih berada di negara ini dan bahkan berkeliaran kediaman nya di pagi- pagi buta.
" Tidak biasanya kamu menetap di Indonesia dalam waktu yang lama, apa ada alasan yang kuat untuk membuat mu bertahan disini. "
Arkan tau persis bagaimana sifat adiknya itu, sejak dulu Ia tidak pernah bisa bertahan lama di negaranya bahkan meskipun itu atas permintaan orang- orang terdekat nya.
" Memang kenapa Arkan, aku masih punya beberapa pekerjaan disini yang belum selesai dan aku berniat untuk menginap disini beberapa hari. Apa kamu keberatan. "
" Wanita ? " Arkan memicingkan mata, menelisik raut wajah pria itu.
" Sejak kapan kakak ku ini suka mencampuri urusan orang lain. "
" Aku tidak pernah tertarik untuk mencampuri urusan mu Alvaro, hanya saja tabiat mu itu terlalu mudah di tebak. Kalau memang tebakan ku benar maka ku mohon padamu untuk berhenti mempermainkan perasaan wanita. Berhentilah berpetualang, cukupkan hatimu dengan satu wanita saja agar hatimu bisa tenang. Ingatlah dalam dunia ini ada hukum karma, aku hanya takut nanti kamu akan merasakan sakit hati sebagai akibat dari semua perbuatan mu sekarang. Ingatlah bahwa apa yang kamu tebar itulah yang akan kamu tuai. "
" Arkan, kalau kamu memang keberatan aku disini karena merepotkan mu kamu tinggal bilang saja, tidak perlu mengutuk ku seperti itu. "
Arkan menghela nafas, sungguh Ia tidak bermaksud seperti itu. Sejak dulu Ia mengharapkan sang adik mau tinggal bersamanya, bahkan kalau perlu mereka bisa mengurus usaha mereka bersama-sama. Namun sayangnya Alvaro lebih suka mengurus usahanya sendiri di negeri orang.
" Bukan begitu Varo, aku sama sekali tidak keberatan, tinggallah disini selama yang kamu mau. Atau kamu ingin ikut aku ke peru....
" Tidak, tidak perlu. Aku di rumah saja, sebentar lagi Jo akan kemari untuk membahas beberapa pekerjaan dengan ku. Kalau kamu ingin bekerja maka segeralah berangkat. "
Arkan melirik jam arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, masih ada waktu satu jam sebelum rapat dengan beberapa investor.
" Ya sudah, aku berangkat dulu. Kalau kamu butuh sesuatu bilang saja sama Mbok Lastri, Mbok akan menyiapkan semua keperluan mu. "
Sesudah sarapan Arkan memilih pergi, meninggalkan adiknya masih dalam keadaan tidak tenang.
Arkan menggeleng kepala pelan di sertai helaan nafas yang berat, sungguh Ia masih merasa alasan yang di lontarkan adiknya begitu janggal namun berusaha Ia enyahkan.
Bagaimana pun juga Ia bahagia akhirnya Alvaro mau tinggal bersamanya. Mungkin saat ini hanya menginap, tidak menutup kemungkinan Alvaro akan mau di ajak kerja sama suatu saat nanti.
" Mbok, tolong buatkan kopi. Antar ke kamar ku ya, nanti ada teman ku yang datang kemari. "
Lastri hanya mengangguk mengiyakan, menatap punggung kokoh itu menjauh darinya dan menghilang di balik pintu.
" Sial, kemana perginya dia. Sejak tadi aku tidak melihatnya, apa dia sedang keluar. Padahal aku ingin.......
Pikiran kotor mulai menguasai pikiran nya, tidak bisa di pungkiri bahwa hasratnya yang selalu menggila selama ini hanya bisa di taklukkan oleh wanita itu.
Sampai asisten pribadi nya tiba pun orang yang di nanti belum nampak batang hidungnya, bahkan yang masuk ke kamarnya untuk mengantarkan pesanan yang Ia minta pun bukan wanita itu melainkan wanita tua yang Ia temui sebelum nya.
" Tuan, saya sudah batalkan...
" Cukup Jo, tolong kamu selidiki keberadaan gadis itu. Aku tidak menemukan keberadaan nya disini sejak pagi. "
" Baik Tuan. "
Meskipun awalnya bingung namun sebagai bawahan apa yang bisa Ia lakukan, selain melaksanakan semua perintah Tuan nya itu.
Entah bagaimana caranya Ia mendapatkan informasi Alvaro tidak pernah peduli, yang penting baginya adalah hasilnya harus ada di tangannya secepatnya.
" Masuk. "
Seperti biasa Jonathan masuk setelah di persilahkan oleh Alvaro, dan langsung menyerahkan hasil pencarian nya kepada Pria itu.
Raut wajahnya berubah- ubah, sesekali Ia melirik ke arah orang kepercayaan nya itu.
" Apa kamu yakin Jo. "
Jonathan mengangguk tegas, tentu saja Ia yakin. Sejauh ini Ia belum punya nyali yang cukup untuk memberikan laporan yang tidak terbukti pada Tuannya itu.
Bukan karena takut, hanya saja Ia merasa punya hutang nyawa. Seumur hidup Ia akan mengabdikan diri, dan kalau pun nyawa sebagai taruhannya pun Pria itu tidak akan keberatan.
Untuk hal itulah Jo selalu melakukan tugasnya dengan baik.
\*\*\*
Seminggu berlalu, sebelum ke supermarket Lastri menyempatkan mampir ke kontrakan nya hanya sekedar mengetahui kabar ponakan kesayangan nya.
Alhamdulillah Ia masih bertemu dengan Arsy yang baru saja hendak berangkat kerja.
" Eh Bude, ayo masuk. "
Bude Lastri yang sempat diam langsung menyunggingkan senyum melihat penampilan keponakan nya yang sudah terlihat rapi dan cantik.
" Hm kamu sudah bekerja ya. " Tanya Lastri
" Iya Bude, tiga hari yang lalu di tempat Larissa. "
" Apakah kamu menyukai pekerjaan mu, apakah kamu merasa nyaman. "
Arsy melihat ke khawatiran di wajah Bude nya, Ia pun tersenyum seraya meraih tangan Bude nya.
" Sangat suka Bude, Arsy senang kok bekerja disana. Bude tidak perlu khawatir, lagi pula disana ada Rissa, tidak akan terjadi apa- apa padaku. "
Lastri merasa lega namun tiba-tiba wajahnya kembali murung mengingat kejadian beberapa hari lalu.
" Bude kenapa, apa Bude ada masalah. "
Kini Arsy yang nampak khawatir, Lastri pun menceritakan sesuatu yang terjadi beberapa hari di rumah majikannya.
Jantung Arsy berdegub kencang, tubuhnya sedikit bergetar karena takut namun Ia berusaha mengatasi ketakutan nya.
" Bude hanya heran Nak, kenapa Tuan Alvaro malah mencari mu. Apa kalian saling mengenal sebelum nya atau jangan- jangan kamu keluar dari rumah Tuan Arkan karena Pria itu. "
Arsy menggeleng ragu, mencoba menyembunyikan semua nya pada Lastri namun sayang insting wanita itu sangat kuat sehingga akhirnya Arsy hanya bisa mengangguk membenarkan.
" Iya Bude, maafkan Arsy. "
" Katakan pada Bude, apa yang Pria itu lakukan padamu. Apa dia sudah berbuat sesuatu yang tidak baik padamu. "
Lagi-lagi Arsy hanya bisa mengangguk pelan, jujur mungkin yang terbaik. Jantung Lastri bertalu-talu. Sungguh hatinya seperti di iris- iris mendapati fakta yang menyakitkan ini.
Bagaimana Ia tidak tau kalau keponakan nya mendapatkan perlakuan tidak baik selama ini, bahkan ketika berada di dekatnya.
lope lope dah pokoknya ini mah cantik habis othor. next visual yang lain ya jangan lupa wiliam juga oke