Vino Bimantara bertemu dengan seorang wanita yang mirip sekali dengan orang yang ia cintai dulu. Wanita itu adalah tetangganya di apartemennya yang baru.
Renata Geraldine, nama wanita itu. Seorang ibu rumah tangga dengan suami yang cukup mapan dan seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Entah bagaimana Vino begitu menarik perhatian Renata. Di tengah-tengah kehidupannya yang monoton sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berkutat dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak, tanpa sadar Renata membiarkan Vino masuk ke dalam ke sehariannya hingga hidupnya kini lebih berwarna.
Renata kini mengerti dengan ucapan sahabatnya, selingkuh itu indah. Namun akankah keindahannya bertahan lama? Atau justru berubah menjadi petaka suatu hari nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Lingkaran
Diusapnya pipi Renata penuh sayang. Dikecupnya kening Renata cukup lama dan bergumam dalam hati, 'seandainya kamu, Ran, yang ngomong itu sama aku.' Vino pun memeluk Renata lebih erat.
"Kamu kok gak jawab?" rajuk Renata. Ia berharap Vino mengatakannya juga.
"Mbak udah tahu perasaan aku sama Mbak kayak gimana sejak pertama lihat Mbak di pesta ulang tahun waktu itu," lirih Vino seraya memainkan rambut Renata yang dipeluknya. "Tapi Mbak, ada sesuatukah tadi sampai Mbak nekat buat datengin aku kayak gini?"
"Gak ada sih. Cuma gak tahu deh. Kemarin Gavin pulang cepat. Harusnya Aku seneng tapi aku justru berharap dia pulang malam seperti biasa. Tadi juga sama, dia malah pulang cepat. Padahal aku pengen ketemu sama kamu."
"Wah, Mbak udah beneran bucin sama aku nih kayaknya? Bentar lagi jangan-jangan Mbak bakal cerain Gavin," canda Vino.
"Enggak sih kalau itu," tegas Renata. "Perceraian adalah langkah terakhir kalau hubungan aku sama Gavin bener-bener di ujung tanduk. Kalau cerai demi bareng sama kamu, jujur aku gak bisa. Aku gak mau Nathan punya orang tua yang bercerai. Kayak aku dulu. Aku gak mau."
"Di ujung tanduk itu gimana contohnya?" tanya Vino tak mengerti.
"Dia selingkuh."
"Mbak akan langsung mutusin buat cerai kalau Gavin selingkuh?" Vino cukup terkejut.
"Iya. Mirisnya aku yang malah selingkuh sekarang," keluh Renata. "Padahal aku paling gak suka namanya orang ketiga. Dulu orang tua aku juga cerai karena orang ketiga. Aku benci sama papaku sampai sekarang karena membuat aku gak punya keluarga yang utuh. Tapi aku malah ngejilat ludah sendiri sekarang."
"Mbak jangan ngomong gitu. Semuanya udah takdir, Mbak. Jangan terlalu dipikirin ya," Vino menenangkan.
Renata tak menjawab. Tiba-tiba saja rasa bersalah menyeruak ke permukaan hatinya. Ia bangkit dari pelukan Vino dan menjambak rambutnya kesal. 'Ren, lo lagi ngapain sih?' Diraihnya pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya.
"Mbak mau pulang?" tanya Vino sedikit tak rela.
"Harusnya aku gak ke sini," ucap Renata dengan nada menyesal.
Vino menggunakan celana boxernya dan segera menghampiri Renata yang sudah kembali berpakaian. "Mbak, jangan ngomong gitu."
"Aku kayak kehilangan akal sehat semenjak kenal kamu, Vin." Renata mengusap kasar wajahnya.
"Mbak," Vino memeluk Renata lagi. "Mbak..."
Renata mendorong tubuh Vino menjauh dan pergi begitu saja ke luar apartemen. Vino hanya bisa menatapnya dengan helaan nafas kasar.
Hari-hari pun berlalu. Perselingkuhan itu benar-benar sudah menjebak Renata. Ia seakan tak bisa keluar dari lingkaran swtan itu. Renata akan menyesal setelah melakukannya dengan Vino. Namun kemudian keesokan harinya tak peduli siapa yang memulai, mereka kembali bersama, memanfaatkan waktu saat Gavin tak ada dan Nathan di tempat les.
Jarak antara keduanya semakin hilang. Renata bahkan menyimpan kunci apartemen Vino sekarang.
Hari itu Gavin kembali berkata bahwa ia ada dinas di luar kota. Tidak akan terlalu lama katanya, hanya 3 hari, pada akhir pekan pula. Tidak seperti biasanya, biasanya ia akan menyiapkan keperluan Gavin dengan sedih karena harus ditinggal. Kali ini Renata malah menantikan Gavin segera untuk pergi.
Bertepatan dengan itu, Nathan juga dibawa oleh orang tua Gavin untuk berakhir pekan bersama dan akan menginap selama satu malam di hotel yang mereka sewa.
"Jadi Mbak bebas dong weekend ini?" tanya Vino senang. Mereka berada di tempat tidur Vino, berpelukan setelah melakukan aktivitas panas tepat saat Vino baru pulang bekerja.
"Iya. Malam ini doang. Aku udah bilang gak terlalu enak badan. Sama mertua aku Jadi Nathan doang yang liburan sama mertua aku."
"Dasar nakal berani bohong sama mertuanya," goda Vino.
"Ini juga gara-gara kamu. Kapan lagi kita punya waktu berdua kayak gini?"
"Iya deh, iya. Seneng banget akhirnya kita bisa punya waktu yang lumayan lama buat bareng-bareng. Oh iya, mertua Mbak gak nginep di sini?"
"Mereka dapet voucher nginep gratis di hotel itu. Jadi sayang kalau gak dipakai katanya."
"Kalau gitu gimana kalau kita main keluar? Kita ngedate?" ajak Vino.
"Ngedate?" ulang Renata. Rasanya itu bukan ide yang bagus. "Aku takut ada yang kenal sama kita dan lihat kita gimana?"
"Ya mainnya ke tempat yang agak jauh dan tempat yang kira-kira bakal jarang didatengin sama kenalan kita."
"Kemana?"
"Club."
"Hah? Kamu udah gila, aku gak mau dateng ke tempat kayak gitu."
Circle Renata memang tak pernah ada yang dateng ke tempat seperti itu. Hanya Mona yang Renata tahu dulu sering datang ke tempat seperti itu. Namun setahu Renata, Mona sudah tak pernah pergi ke tempat seperti itu sekarang.
"Gak apa-apa, Mbak. Aku juga jarang banget malah bisa dihitung jari aku dateng ke club malam. Tapi serius deh Mbak harus nyobain sekali ke tempat kayak gitu. Kalau Mbak ternyata gak cocok, ya udah kita cari tempat lain. Gimana?" bujuk Vino.
Renata menimang sesaat. Kemudian, "ya udah deh. Tapi kita perginya misah ya. Kita ketemu di tempat."
Vino begitu bersemangat. "Okay. Aku siap-siap dulu ya. Mbak juga."
Renata pun bangkit dari tempat tidur Vino dan berniat pergi untuk bersiap. Saat melewati kamar yang selalu tertutup di sebelah kamar yang Vino tiduri, Renata berhenti. Ia merasa penasaran karena kamar itu selalu tertutup.
"Vin, di kamar itu ada apa? Kok gak pernah kebuka?" tanya Renata.
Vino keluar dari kamarnya sambil menggunakan kaosnya. "Oh itu, itu tempat aku simpen kamera dan foto-foto aku."
"Oh ya? Aku pengen lihat dong," ucap Renata seraya meraih gagang pintu kamar itu. Namun seketika Vino mencegahnya.
"Udah nanti aja. Sekarang Mbak siap-siap dulu, dandan yang sksi biar gak saltum."
"Sksi gimana maksudnya?"
"Ya masa ke club pake baju main biasa. Harus agak terbuka gitu, Mbak," ujar Vino dengan tatapan nakal.
"Gak mau. Aku bakal pakai baju biasa aja. Kalau ternyata gak boleh masuk atau saltum, ya udah pergi aja dari tempat itu, cari tempat lain."
Vino terkekeh. "Ya udah deh, aku cuma godain Mbak aja kok. Pakai baju yang menurut Mbak nyaman, okay?"
Kemudian Renata pun bersiap. Mereka tidak pergi bersama dan akan bertemu di club yang akan mereka kunjungi.
Tiba di sana Renata mencari keberadaan Vino di parkiran. Namun Vino tidak terlibat batang hidungnya. Hingga ia mendapat kabar bahwa Vino sudah berada di dalam.
Renata pun keluar dari dalam mobilnya dan berjalan menuju club tersebut. Tiba-tiba saja sebuah suara menyapanya.
"Renata?"
Renata sontak berbalik dan melihat salah satu sahabatnya di sana, "Mona?"
semoga endingnya membahagiakan semuanya sich 🤭😁🤪
move on vino dari Rania 💪
lanjutin jaa Renata ma vino 🤭🤭🤭 situ merasa bersalah sdngkn suami mu sendiri dh selingkuh duluan 🙈😬😞😞