Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Ingat saat dimana Lara meminta Ibra agar suaminya itu tidur bersama dengan Ayuna? Malam itu Lara pikir Ibra benar-benar mengabulkan permintaannya dengan senang hati, namun ternyata salah besar.
Lara justru mendapatkan fakta bahwa Ibra keluar dari salah satu kamar tamu yang ada di lantai bawah sana. Lalu, darimana Lara bisa mengetahui hal itu?
Tentu saja Lara mendapatkan laporan dari salah satu pelayan yang tidak sengaja berpapasan dengan Ibra saat ia akan mulai bekerja. Dan setelahnya Lara kesal bukan main, namun ia juga tak mendiamkan Ibra sama sekali.
"Ibu yakin mau pakai ini?" Semua skenario yang sedang Lara bentuk di dalam kepalanya langsung buyar begitu saja ketika mendengar suara Farah.
"Kalau nggak pakai ini, aku nggak akan bisa punya anak. Kamu juga tau kan kalau waktuku udah nggak banyak lagi, Farah." Terkadang Farah pun jadi merasa prihatin sendiri melihat kehidupan Lara yang begitu menyedihkan ini.
"Kamu pulang sana, ini udah malam. Nanti sisa kerjaannya langsung kirim ke email aja ya, aku ke kamar dulu." Sebelum benar-benar berlalu dari ruang makan yang sudah sepi itu, Lara memberikan dua kali tepukan di bahu Farah.
Malam ini Lara akan melakukan rencananya dan tidak akan membiarkan Ibra kabur lagi. Kalau perlu, Lara sendiri yang akan mengantarkan Ibra sampai ke kamarnya Ayuna.
Setibanya di kamar, Lara tak menemukan keberadaan Ibra sama sekali. Lalu tak lama ia bisa mendengar suara air yang bergemericik, Ibra sedang mandi rupanya.
Ini adalah saat yang tepat bagi Lara untuk melancarkan aksinya, ia lantas mendekat ke arah nakas kecil yang berada tepat di sebelah ranjang dan segera mengambil secangkir teh hangat di sana.
Teh itu milik Ibra, suaminya itu memang sempat meminta dibuatkan teh hangat pada salah satu pelayan tadi.
"Ini pasti berhasil, kan?" Dua tetes cairan bening sudah Lara masukkan ke dalam minuman itu dan ia juga menggunakan pipet untuk mengaduknya agar tercampur dengan rata.
Tahu apa yang barusan saja sedang Lara lakukan? Ia mencampurkan teh itu dengan obat perangsang yang ia dapatkan atas bantuan Farah.
"Sayang." Lara hampir saja menjatuhkan botol obat itu saat mendengar suara Ibra yang begitu tiba-tiba dari balik punggungnya.
"Ya?" Untungnya Lara juga pintar bermain peran sehingga ia bisa dengan mudah mengatur ekspresi wajahnya agar tak terlihat mencurigakan.
"Minggu depan aku haru ke Jepang." Kalimat itu Ibra sampaikan dengan suara yang melemah menandakan kalau ia sangat enggan untuk melakukan hal itu.
Berbeda sekali dengan Lara yang justru tersenyum dengan sangat lebar, tidak ada sedikit pun raut kesedihan di wajah cantiknya.
"Ajak Ayuna juga ya, Mas? Biar kamu ada yang ngurusin di sana nanti, hitung-hitung sekalian pendekatan juga sama dia." Apa yang bisa Ibra harapkan dari istrinya ini? Perasaan sedih setelah tahu kalau mereka akan berpisah selama beberapa saat? Tapi sayangnya hal itu tak akan pernah terjadi.
"Enggak, aku perginya sama Asher aja kaya biasanya." Mungkin Ibra sudah terlampau malas dengan topik obrolan ini sehingga ia lebih memilih untuk duduk di pinggir ranjang lalu meraih cangkir teh miliknya sendiri.
"Kenapa sih kamu itu kok kayanya anti banget sama Ayuna? Kemarin kamu bohong, kamu itu nggak beneran tidur sama Ayuna kan?" Tadinya Ibra hanya tinggal menyesap teh hangat miliknya, namun urung saat mendengar penuturannya Lara.
Tunggu sebentar, darimana Lara tahu kalau Ibra tidak berada di kamar Ayuna semalaman? Padahal ia sudah memastikan sendiri kalau Lara tak mengikutinya sama sekali.
"Iya maaf, aku ngaku salah karena udah bohong sama kamu. Tapi harusnya kamu juga paham kalau aku nggak akan mau nyentuh perempuan lain selain kamu, Lara." Lagi-lagi kesabaran yang Ibra miliki harus diuji oleh orang yang sama.
"Aku bakalan maafin kamu asalkan kamu pergi ke Jepangnya sama Ayuna, dan kamu juga harus beneran tidur sama Ayuna malam ini." Ibra tidak pernah merasa semuak ini sebelumnya, dan yang lebih parah adalah perasaan itu justru muncul berkat istrinya sendiri.
Tidak peduli dengan kenyataan kalau Lara pasti sedang menunggu jawaban darinya, Ibra justru lebih memilih untuk menyesap tehnya terlebih dahulu. Otaknya butuh distraksi sebentar agar tidak menimbulkan amarah di hatinya nanti.
Sepertinya Ibra terlalu menikmati teh hangatnya sampai ia tidak menyadari kalau saat ini Lara sedang menatap ke arahnya sembari bersorak bahagia di dalam hati. Rencananya malam ini sudah dipastikan berhasil.
"Yasudah, kalau gitu aku pergi dulu. Kamu tidurnya jangan terlalu larut, i love you." Silakan katakan kalau Ibra adalah budak cinta, karena memang kenyataannya seperti itu. Lihat saja buktinya sekarang, ia memilih untuk kembali menuruti keinginan Lara.
Lara yang melihat kepergian Ibra malah jadi berdebar sendiri. Tadi Lara mendapatkan informasi kalau obat yang ia gunakan bekerja dengan sangat cepat, dengan itu Lara sangat berharap kalau Ibra bisa langsung merasakannya begitu memasuki kamar Ayuna.
Mari tinggalkan Lara yang sedang berdebar, dan beralih pada Ibra yang kini sudah berdiri dengan tegap di depan pintu kamar Ayuna. Dengan perasaan yang luar biasa ragu, Ibra menaikkan kepalan tangannya bermaksud untuk mengetuk.
Belum juga permukaan kulitnya bertemu dengan permukaan pintu, Ibra tiba-tiba saja merasa sekujur tubuhnya panas dan ada sesuatu yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Lebih tepatnya di bagian selatan tubuhnya.
"Lara." Ibra menggeram saat ia mulai sadar dengan apa yang sedang terjadi pada tubuhnya saat ini dan hanya ada satu nama yang terlintas di dalam kepalanya.
Ini salah, Ibra tidak bisa tidur di kamar Ayuna dengan hasrat yang sedang memburu saat ini. Ibra juga tak mau melakukan hubungan badan dengan Ayuna di saat seperti ini karena rasanya sangatlah salah.
Mau tak mau Ibra harus berjalan dengan cepat menuju ruangan yang ada di ujung lorong dan langsung memasukinya dengan cepat. Itu adalah ruangan olahraga.
Ini adalah sebuah rahasia. Ibra cukup sering mendatangi tempat ini saat perasaan ingin menyentuh Lara lebih jauh muncul di dalam dirinya, hal itu Ibra lakukan karena ia tidak ingin menyakiti wanita yang amat ia cintai itu. Jadi, Ibra lebih memilih untuk berolahraga saja sampai perasaan itu menguap bersama dengan keringatnya nanti.
Sementara itu di sisi lainnya, ada Ayuna yang sedang merasa bosan di dapur sana. Tadinya ia ingin duduk sambil melamun di sana, tapi bukannya melamun Ayuna malah merasa bosan setengah mati. Ditambah lagi ia belum bisa tidur sama sekali.
"Bosannya, aku harus ngapain ya ini?" Wajar saja kalau Ayuna merasa bosan, karena biasanya pada pukul segini gadis itu pasti masih sibuk bekerja di cafe.
"Keliling aja deh, kan masih ada banyak ruangan yang belum aku lihat isinya." Akhirnya Ayuna memutuskan untuk menjelajahi kediamannya untuk sementara ini, mumpung sedang sepi juga. Jadi tak ada salahnya, kan?
Sebenarnya ada satu ruangan yang ingin sekali Ayuna datangi, yaitu ruangan membaca. Saat kedatangannya untuk pertama kali ke tempat ini, Lara mengatakan kalau di mansion ini terdapat ruangan khusus membaca yang di dalamya ada banyak sekali buku.
Hanya saja Ayuna tidak tahu dimana letak ruangan yang sangat ingin ia datangi itu berada. Sepertinya ia harus berkeliling terlebih dahulu, dan Ayuna juga tak merasa keberatan sama sekali.
Perhatian Ayuna malah teralihkan pada sebuah pintu yang letaknya tak terlalu jauh dari posisinya berdiri sekarang. Pintu itu sedikit terbuka dan Ayuna bisa melihat adanya cahaya dari celah kecilnya.
Jangan bilang kalau ada maling yang datang dan ingin merampok rumah ini. Ayuna tentu tidak bisa hanya diam saja, karena ini keadaan yang sangat berbahaya bagi mereka semua.
Meskipun tubuhnya sedikit bergetar, namun Ayuna tak mengurungkan niatnya sedikitpun dan justru semakin mendekat ke arah pintu itu. Ayo tangkap pencuri yang jahat itu!
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/