Sebuah cerita horor yang mengikuti petualangan tiga orang sahabat sejati Maxim, Alexa Dan Leo yang tinggal diDesa Batu Chadas yang terletak diHolland Tengah. Pada malam Halloween tiba mereka memutuskan untuk menyelidiki sebuah Rumah Tua yang terkenal angker dan dihuni oleh penyihir yang bernama Hiltja. Ketiga nya terdorong rasa ingin tahu untuk menemukan bukti yang katanya dirumah tua itu terdapat sebuah kutukan yang berhubungan dengan dunia kegelapan. Setelah mereka berhasil mengungkapkan misteri rumah tua itu. Mereka menyadari bahwa rumah tua bukan hanya berhantu saja. Melainkan bisa menghubungkan dunia lain. yaitu Dunia manusia dan roh. yang memprediksi tentang kebangkitan roh roh jahat yang bisa membuat manusia diambang kehancuran antara hidup dan mati.
Bagaimana kah kelanjutan kisah ini. nantikan kelanjutan nya..
pesan moral yang bisa ambil. Dengan ketulusan dalam persahabatan bisa mengalahkan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12.TAMAT. PENGAKHIRAN PECAH NYA SEBUAH CERMIN
Pagi menyelimuti DESA BATU CHADAS dalam kesunyian. Tetes embun perlahan jatuh dari dedaunan, menghiasi hari yang baru saja dimulai. Alexa, Maxim, dan Leo berdiri diam, menatap pecahan kaca yang berserakan di lantai. Mereka akhirnya bisa menarik napas lega, tapi perasaan lega itu tak sepenuhnya mengusir ketegangan yang masih menggantung di udara.
Alexa terpaku, menatap pecahan-pecahan kaca yang berkilauan terkena cahaya samar. Dengan suara bergetar, ia berbisik,
“Apakah ini… benar-benar sudah berakhir?”
Maxim mengangguk perlahan di sebelahnya, meskipun sorot matanya masih terpaku pada pecahan kaca.
“Kita sudah menggambar simbol-simbol itu dan menghancurkan cerminnya. Seharusnya itu cukup untuk menutup gerbang selamanya.”
Tetapi, Leo terlihat gelisah. Ia memandang kedua sahabatnya dengan sorot khawatir.
“Tapi bagaimana kalau Hiltja masih bisa kembali? Bagaimana kalau ada cara lain baginya untuk kembali ke dunia kita?” Tanya Leo yang masih takut.
Pertanyaan Leo membuat Alexa dan Maxim terdiam. Kecemasan itu masih terasa nyata bagi mereka.
Ketiga sahabat itu tenggelam dalam keheningan yang mencekam hingga terdengar suara langkah kaki mendekat dari arah belakang.
Mereka berbalik, tubuh tegang, bersiap menghadapi ancaman yang mungkin datang. Tetapi saat mereka melihat sosok yang mendekat, ternyata itu hanya Pak Adward, tetua desa, yang datang dengan senyum lembut dan penuh haru.
“Kalian berhasil menutup gerbang itu, anak-anak,” kata Pak Adward dengan suara bergetar. “Energi Hiltja mulai memudar. Tak ada jalan lagi baginya untuk kembali.”
Alexa menghela napas panjang, seluruh ketegangan perlahan memudar. “Jadi… benar-benar selesai?” tanyanya, masih ragu.
Pak Adward mengangguk mantap. “Apa yang kalian lakukan malam ini telah menyelamatkan desa kita. Energi jahat itu tak akan kembali lagi.” gerbang dunia roh telah kalian tutup.
Ketiganya saling berpandangan, merasa lega, meski dalam hati mereka ada sisa ketegangan yang masih sulit dihilangkan. Namun, kini perasaan damai mulai memenuhi hati mereka.
"Benarkah Hiltja telah musnah??? dan kita telah menutup gerbang itu. kenapa aku belum yakin."ucap Alexa hati.
"Kita menaaang... max, kita menaaang.. lexa kita telah menang... "sorak Leo kegirangan.
"Jadi kami telah berhasil pak??? Tanya maxim memastikan lagi.
Pak Adward mengangguk dengan senyuman yang lebar. Kalian adalah hero kami. " ucap nya lagi.
Tanpa fikir panjang mereka pergi meninggalkan rumah tua itu. Dan pulang kerumah mereka bersama pak Adward. Yah.. tentu mereka sangat senang kerena telah menutup gerbang yang berbahaya itu. walaupun mereka telah berhasil tapi perasaan hati Alexa masih meragukan kalau gerbang itu memang telah ditutup untuk selama lamanya. Dia masih belum yakin.
DAN BEBERAPA HARI KEMUDIAN.
Alexa, yang biasanya menikmati pagi yang tenang, justru diliputi kegelisahan hari ini. Udara segar seolah tidak cukup untuk mengusir bayangan ketakutannya. Ia berjalan perlahan mencari udara segar, berharap udara pagi dapat membawa kedamaian.
Terlihat suasana desa yang asri membentang di hadapannya, dan ia memilih untuk berhenti sejenak, duduk di bangku kayu tua yang menghadap langit. Dengan perasaan ganjil yang mengganggunya tetap bertahan.
Tak lama kemudian, sesuatu menangkap perhatian Alexa sekelebat bayangan hitam di ujung matanya. Ia berbalik cepat, tapi hanya ada keheningan dan pepohonan yang berdiri tenang.
Alexa menghela napas panjang, mencoba meredakan debar jantungnya yang tak beraturan. Tapi pertanyaan itu tak mau pergi dari benaknya benarkah ritual yang mereka lakukan berhasil? Atau hanya membuat Hiltja menghilang sementara, untuk kembali kapan saja?
Lamunannya buyar saat suara akrab terdengar di belakangnya.yah suara kedua sahabat nya Leo dan maxim.
“Alexa! Kamu kenapa? Sepertinya lagi mikirin sesuatu yang berat.” Suara itu milik Leo, yang muncul dari balik pohon dengan senyum cerah.
Alexa tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan gelisah yang masih menyelimuti dirinya.
"Aku tidak tahu Leo. aku merasakan pemusnahan dan penutupan gerbang roh belum berakhir lagi." jawap nya singkat dan penuh kecemasan.
Leo duduk di sampingnya, wajahnya serius. “Apa maksudmu? Bukannya semuanya sudah selesai? Kita menghancurkan cermin itu, dan Hiltja sudah lenyap.”
Bahkan pak Adward juga bilang sendiri kekita. kita telah memusnahkan Hiltja dan telah menutup gerbang itu. jadi sudah tidak ada celah untuk Hiltja keluar lagi. "jawap Leo menjelaskan.
Alexa mengangguk pelan. “Iya, tapi entahlah. Aku masih merasa ada sesuatu yang ganjil. Terkadang, aku merasa Hiltja masih mengawasi… seolah dia belum sepenuhnya pergi.”
Leo menghela napas, menepuk bahu Alexa. “Kamu pasti masih merasa trauma setelah semua yang kita alami. Jangan biarkan perasaan itu menguasaimu. Kita sudah menghadapi semua yang perlu dihadapi.”
Alexa ingin meyakinkan dirinya bahwa Leo benar, tapi rasa gelisahnya tak kunjung hilang.
“Mungkin aku hanya paranoid. Tapi aku nggak bisa berhenti berpikir… bagaimana kalau ini semua belum selesai?”ucap Alexa lagi penuh kekhawatiran.
Leo tersenyum lembut. “Apapun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama. Kamu, aku, dan Maxim. Kita bertiga selalu bersama.”
Leo.. betul lexa. mungkin itu hanya perasaan kami saja. Jangan takut. kalau pun apa yang kamu katakan itu betul. kita disini kita akan selalu bersama apa pun itu yang akan terjadi. "ucap maxim memberi semangat.
Alexa berusaha tersenyum. Tapi perasaan hati nya masih saja tidak tenang. dalam hati nya masih saja merasakan ketakutan. Sejak pecah nya cermin itu dirumah tua. itu ia berfikir itu bukan sekedar rumah tua yang gelap. tapi rumah tempat sangkar sangkar hantu.
Suatu malam, Alexa terbangun dengan napas terengah-engah. Ia merasa seperti mendengar bisikan di telinganya, suara yang ia kenali tapi penuh ancaman. “Alexa…” suara itu terdengar begitu dekat. Alexa menoleh ke arah jendela, tapi hanya kegelapan yang menyelimuti.
Ia berdiri, melangkah cepat dan menarik tirai, tapi tidak ada siapa pun di luar. Kegelapan malam terasa sunyi namun mencekam.
Di depannya, sebuah bayangan hitam berdiri menghalangi pintu masuk. Bayangan itu samar, menyerupai manusia tapi terlihat seperti kabut pekat yang menjelma bentuk manusia. Dan suara itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas, penuh ancaman. “Alexa…” Alexa..... Alexa...
Alexa terdiam, tubuhnya gemetar hebat. Kali ini ia tahu, ini bukan sekadar bayangan atau mimpi. Bayangan itu nyata dan mendekatinya perlahan. Dengan sisa keberanian, ia berlari menembus bayangan itu dan masuk ke dalam rumah, menutup pintu dengan keras.
Di balik pintu, Alexa terengah-engah.
Ada kegelapan yang masih menunggu, menyelimuti desa dalam bayang-bayang yang siap menelan mereka kapan saja. Alexa tahu, mereka harus siap untuk menghadapi apapun yang datang. Bersama, mereka akan berusaha melawan kegelapan yang kini mengintai dari balik bayangan.
(Apakah pertualangan mereka akan dimulai lagi??? mari kita nantikan kelanjutannya)
BERSAMBUNG...