NovelToon NovelToon
DEVANNA

DEVANNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Selingkuh / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Office Romance
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Evrensya

Laki-laki asing bernama Devan Artyom, yang tak sengaja di temuinya malam itu ternyata adalah seorang anak konglomerat, yang baru saja kembali setelah di asingkan ke luar negeri oleh saudaranya sendiri akibat dari perebutan kekuasaan.
Dan wanita bernama Anna Isadora B itu, siap membersamai Devan untuk membalaskan dendamnya- mengembalikan keadilan pada tempat yang seharusnya.

Cinta yang tertanam sejak awal mula pertemuan mereka, menjadikan setiap moment kebersamaan mereka menjadi begitu menggetarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evrensya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

I Need You (4)

"Aku?" Anna memastikan sekali lagi saking syoknya.

"Ya, tentu saja itu dirimu, memangnya ada orang lain disini selain kita berdua?" tunjuk Devan. "Dan ya, kau sudah mulai berani bicara non formal ya?" Pria dengan tubuh yang setengah telanjang itu melangkah maju mendekati Anna, yang tengah berdiri tegang memandang gugup ke arahnya.

"Mati aku! Kena lagi!" Siapa yang tidak terkejut kalau di perintahkan untuk mendandani seorang pria dewasa secara keseluruhan, terutama bagian memasangkan pakaian untuknya, itu adalah hal yang tidak pernah di bayangkan untuk di lakukan oleh Anna seumur hidupnya. Karena itu, tanpa sadar ia menunjuk dirinya sendiri menggunakan kata non formal— 'aku'. Satu kata yang keliru saja sudah di kritik, penilaian si Boss memang tidak luput sedikitpun. "Saya bersalah, maaf karena telah begitu lancang." Sejauh ini, entah sudah berapa maaf yang sudah terucap darinya.

"Kenapa kau terlihat kaget? bukankah tadi pagi kau berjanji untuk menjadi stylish pribadi ku untuk sementara, apa kau lupa?"

"Oh iya, benar." Anna terjebak pada ucapannya sendiri.

"Kalau begitu, ayo lakukan. Efesien waktu. Aku tidak suka waktu yang terbuang percuma." Tukas Devan yang dalam dirinya tidak nampak ekspresi canggung sama sekali seperti Anna. Pria dengan kelas atas memang beda. Dalam keadaan apapun, kepercayaan diri dan kharismatik nya memancar tiada henti.

"A-aku tidak siap," Anna malah mengambil langkah mundur ke belakang, ia belum siap jika harus melakukan hal tersebut untuk Devan. Meskipun ini hanya sebatas urusan kerja, tapi Anna tidak sanggup melakukan nya. Karena itu adalah Devan, andai orang di depannya ini bukanlah Devan, Anna yakin bisa melakukan tanpa di sertai perasaan apapun.

Anna sungguh terganggu oleh pikirannya sendiri, ia tidak bisa berdamai dengan perasaan mendebarkan yang menggila ini. Padahal Anna sudah bertekad ingin membuang kenangan masa lalu atau takdir apapun yang berhubungan dengan Devan di hati maupun pikirannya. Tidak boleh ada harapan semu yang hanya akan menyiksa batinnya di kemudian hari. Yang berlalu biarlah berlalu, dan yang sekarang itulah kenyataan yang sesungguhnya. Tapi nyatanya, tidak berjalan semudah itu. Justru kini telah mampu menghambat keprofesionalan kerja nya, terutama untuk hal yang satu ini.

"Apakah kau tidak akan melakukannya? otakmu sepertinya hanya di isi oleh hal-hal yang buruk. Buang semua itu dan profesional lah dalam bekerja." Devan melangkah mendekati Anna yang masih berdebat dengan akal sehatnya. Wajah yang nampak begitu polos dan murni itu terlihat menggemaskan.

"Tidak bisa! Devan tidak boleh mendekat," langkah pria yang memiliki perawakan cool sexy itu kini membuat jarak yang semakin dekat dengan Anna, tak nampak pria itu akan menghentikan langkah kaki jenjangnya. Sedangkan jantung Anna sudah membuat debaran yang tak terkendali, keringat dingin mengucur di telapak tangannya yang sudah mulai basah, aliran darahnya meningkat, jika Anna tidak mampu mengendalikan dirinya saat ini, maka pingsan lah ia.

"Ss- saya akan melakukannya!" ralat Anna langsung membungkuk tajam, berhasil membuat Devan menghentikan langkahnya tepat di ujung kepala Anna, hingga jari-jari kaki Devan yang kukuh memijak lantai bisa ia lihat secara bebas. Entah apa yang membuat ia berubah pikiran dalam sepersekian detik untuk menyanggupi permintaan si Boss yang berkuasa penuh atas dirinya.

"Kau memandang tubuhku tanpa kedip, aku tahu di bagian sini sangat sempurna, tapi seharusnya kau bersikap profesional sebagai pelayan pribadiku. Kau harus pandai menahan diri, dan mengendalikan pikiran mu dengan baik. Apa memang kau tertarik padaku jauh di dalam hatimu?" Devan menunjuk ke bagian tubuhnya yang tadi menjadi pusat perhatian Anna.

"Maafkan saya yang telah lancang, saya tidak akan mengulanginya lagi!"

"Ohh, jadi itu benar." Devan terlihat senang menggoda wanita polos itu

"Tidak! apanya yang benar?!" Anna mengelak dengan nada tinggi.

"Lalu?" tanya Devan masih begitu tenangnya.

"Karna ini adalah pengalaman pertama saya bekerja, saya hanya masih belum terbiasa dengan beberapa hal yang masih asing bagi saya. Mohon permakluman anda. Selanjutnya saya akan belajar lebih baik lagi dan tidak akan membuat kesalahan yang sama. Saya akan selalu mengedepankan keprofesionalan dalam mengerjakan apapun."

Anna membungkukkan tubuhnya lebih jauh lagi ke bawah. Hanya karna sedikit kebaikan Devan yang memberinya makan— siang tadi. Membuat Anna lupa diri, bahwa batasan antara dirinya dan Devan setinggi langit. Apa yang ada di dalam hati dan pikirannya anggaplah itu tidak nyata. Untung nya Anna bisa cepat introspeksi diri dan langsung menyadari kesalahannya.

Anna menarik nafas dalam-dalam, jari-jari tangannya saling bertautan erat, ia mencoba merasionalkan isi kepalanya agar tidak hanyut dalam keindahan semu yang tidak seharusnya ia nikmati. Ia harus tetap bersikap profesional dalam keadaan apapun. Ini waktunya kerja bukan berkhayal!

"Saya siap melaksanakan tugas saya dengan sebenar-benarnya!" seru si pelayan kembali dengan energi yang berbeda setelah mereset ulang otaknya dalam beberapa detik.

"Bagus. Tegakkan tubuhmu, dan pakaian baju itu segera." Ujar Devan mengulangi perintahnya.

"Siap Boss!" jawab Anna mantap.

Anna segera mengangkat tubuhnya untuk berdiri tegak, mengambil kemeja terlebih dahulu, lalu mulai memasangnya ke tubuh Devan yang seputih salju, berkilau di timpa oleh sorot lampu ruangan yang menyala terang dari berbagai sudut. Aroma yang khas sedikit menggetarkan itu selalu ingin mengacaukan fokus Anna. Anna mengancingkan kemeja dark ash itu dengan sangat hati-hati agar tangannya tidak menyentuh dada Devan yang bidang, nampak kekar dan berotot.

Jarak antara dirinya dengan pria super perfectionist ini hanya beberapa inci saja. Sungguh menguji akal sehat. Setelah itu, Anna melingkarkan dasi pada bagian bawah kerah kemeja, dan— Anna tidak tau bagaimana mengikatnya yang benar.

"Ada apa? kau tidak bisa mengikat dasi?" tanya Devan yang langsung bisa mendeteksi masalah Anna hanya dari raut wajah Anna yang kebingungan.

Anna mengangguk ragu-ragu.

"Sebagai wanita kau wajib bisa mengikatkan dasi untuk pria. Mari aku ajari."

Tangan Devan yang tetap hangat walau sehabis mandi, tanpa izin langsung menyentuh tangan Anna untuk mengajari wanita itu cara mengikat dasi yang benar.

"Kau harus belajar dari teknik paling mudah, menggunakan teknik four in hand knot. Mulai dari bagian dasi yang lebar di sebelah kiri dan yang lebih panjang di sisi kanan. Di silangkan seperti ini, lalu putar melewati bagian belakang, hingga sisi yang lebar berada di atas lagi."

Devan terlihat sungguh-sungguh mengajari Anna. Sedangkan wanita yang kini tangannya berada dalam sentuhan demi sentuhan jemari Devan, hanya diam memperhatikan ucapan dan gerak tangan di depan matanya.

"Kau masukkan sisi yang lebar ini ke lubang lingkaran leher, melewati bagian bawah dasi. Nah, selipkan satu jarimu disini, pada simpul. Lalu masukkan ujung dasi yang lebar ke dalam simpul ini, dan tarik ujungnya hingga simpul merapat. Rapikan hingga simpul ini membentuk segitiga. Done!"

Sesaat setelah itu...

Devan terpaku sejenak, tanpa kata-kata. Menatap garis wajah Anna yang oval bak sarang lebah yang menggantung indah, kini ia sendirilah yang terdiam membisu sambil memegang kedua tangan ramping milik Anna, menatap secara mendalam wanita yang kini berada sangat dekat dengannya.

Devan sedikit menekan wajahnya ke bawah, lebih condong ke depan wajah Anna secara perlahan, dengan mata yang terfokus pada bibir yang merekah indah, milik wanita yang wajahnya merah merona ini.

"Apa yang sedang aku lakukan? aku merasa sangat bebas dalam hati dan pikiranku. Aku harus menahan diri." Devan tertegun ketika menyadari bahwa dirinya begitu menikmati tiap detik waktu bersama Anna. Lalu muncul getaran yang tak asing dalam dadanya. Dalam beberapa detik saja getarannya terasa begitu kuat, menyebar hingga ke seluruh nadinya.

Devan meluruskan tubuhnya dan mengangkat wajahnya dari posisi yang membungkuk di depan wajah Anna. Nafasnya seketika berhembus kuat dan kasar, menyingkap helai poni Anna yang tebal dan lurus. Mata biru Devan meneliti setiap inci raut wajah wanita yang sedang berusaha menampakkan raut datar, padahal sangat jelas ujung jemarinya bergetar dan menghangat.

Seolah sedang dalam pengaruh sihir, Devan menyentuh ujung dagu Anna kemudian mendorong nya ke atas agar wajah yang sedikit menunduk itu dapat ia lihat dengan jelas. Devan tidak bisa menahan gejolak hatinya.

Wajah yang kini bersemu kemerahan itu berada dalam lingkaran mata Devan yang menyala tajam. Lalu sinar mata kehijauan milik Anna berkilau, semakin memperjelas debaran jantung seorang pria yang kini sedang terhanyut dalam sihir tanpa mantra yang di dipantulkan oleh sorot warna yang indah itu.

Aliran darah di seluruh tubuh Devan mendadak berdesir hebat seolah memancarkan sengatan listrik alami. No!

"Keluar!!!" Devan  berteriak tiba-tiba, sambil melepas tangan Anna dengan sedikit kasar dan segera memalingkan wajahnya, sebelum seluruh pertahanannya hilang. "Aku akan memakai sendiri sisanya!"

"Baik." Dengan senang hati Anna langsung melesat pergi dari hadapan pria yang bicaranya tiba-tiba saja berubah menjadi sedikit membentaknya. Meski begitu Anna tidak keberatan, karna bentakan itu langsung menyadarkan Anna yang sedang berhalusinasi sesaat.

Kini Anna meringkus diri dalam-dalam, duduk menenggelamkan wajahnya yang terasa panas diantara kedua lututnya. Mengutuk diri dalam hati atas perasaan mendebarkan yang seharusnya tidak boleh ada. Ini hanyalah kontrak kerja bukan sedang syuting drama atau sejenisnya. Anna tidak boleh bertindak melanggar norma.

"Sial, sial, sial! Mengapa aku jadi selemah ini, apakah hanya karna pria itu sangat tampan? ataukah karna dia pernah menjadi kenangan masa lalu yang berkesan indah? ingat Anna! siapa kamu dan dimana posisimu sekarang!"

Anna mengomeli dirinya sendiri tanpa henti.

Tak lama kemudian, Devan muncul dari pintu kaca yang bergerak otomatis, lalu mencari keberadaan sang pelayan. Ia menemukan wanita itu tengah duduk memeluk lutut di lantai seperti orang yang sedang tenggelam dalam keputus-asaan.

"Anna! apa kau bisa menata rambut?"

Suara Devan yang memanggilnya membangunkan sempurna tubuhnya dan langsung bangkit berlari kecil menghampiri Boss nya.

"Iya Boss, saya lumayan ahli dalam hal ini." Ucap Anna dengan raut wajah yang berubah normal dalam seper sekian detik.

"Ayo lakukan pada rambutku," perintah Devan kembali masuk ke dalam menuju tempat hair stylist, di ikuti oleh Anna.

Devan kemudian duduk pada kursi bulat empuk di depan sebuah meja rias dengan cermin yang memantulkan lima lampu LED di sisi kiri kanannya. Di atas meja sudah tersedia alat catok rambut dan berbagai macam perlengkapan lainnya.

"Apa boleh saya menyentuh kepala anda?" Anna meminta izin terlebih dahulu.

"Tentu, lakukan saja sesuka hatimu," Devan memberi izin dengan suara yang lebih rendah, sedikit lembut.

Suara berat dan dalam itu entah mengapa terdengar sexy mencoba menggoda Anna kembali, meskipun masih dalam fokus yang terganggu, tapi Anna mampu melakukan pekerjaannya dengan sangat baik hingga selesai.

Devan merasa puas setelah melihat bayangan dirinya di depan cermin. Sosok pria dewasa dengan damage yang mematikan itu adalah apa yang Devan inginkan, dan Anna mampu mewujudkan nya. Dalam hati ia mengakui keahlian Anna dalam segala hal, wanita yang berpenampilan cupu ini, adalah berlian!

"Saya lupa memakaikan ini untuk anda." Anna mengambil sebuah bross antik yang sudah ia sediakan sejak tadi. Lalu menyelipkan nya pada kerah jas biru yang menempel indah membentuk tubuh Devan.

"Apakah sekarang kau sudah tidak canggung lagi?" tanya Devan ingin tahu.

Anna mengangguk. "Saya belajar sedikit lebih baik dari orang lain.  Lain kali saya akan memastikan, tidak akan bertingkah konyol seperti tadi. Terimakasih atas pengertiannya, Boss."

"Tingkahmu itu— sebenarnya sedikit menghibur."

"Ya?"

Devan tersenyum tipis melihat reaksi terkejut Anna lagi, betapa menggemaskan nya. "Tapi usahamu untuk memperbaiki sikap adalah hal yang benar."

"Oh tidak. Jangan biarkan pria nakal ini mempermainkan emosi ku lagi. Anna! Jangan terpengaruh! pujian ya adalah jebakan!" Anna sudah menyiapkan tameng dalam hatinya.

"Siap." Kali ini Anna  menampilkan diri dengan baik, tanpa terpengaruh oleh emosi apapun baik dari dirinya sendiri ataupun Devan. Dalam bekerja harus membuang pikiran apapun yang mengganggu, saatnya fokus.

Kini, mereka berdua sudah berada di ruang kerja Devan yang ada pada bagian paling utama.

"Boss, apakah saya sudah boleh meninggalkan ruangan?"

"Jangan pergi dari ruangan ini sampai aku kembali," pesan Pria dengan style Gentleman classy itu pada Anna yang sedang berdiri di dekat meja kerjanya sambil mengumpulkan berkas-berkas yang di perlukan dan meletakkannya ke dalam tas yang sudah tersedia.

"Berikan aku beberapa hal untuk menyelamatkan Devaradis dari masalah, seperti yang sudah kau ketahui." Ujar Devan di sela-sela itu

Anna diam sejenak untuk berfikir, meskipun sudah ia siapkan sebelumnya solusi dari masalah yang menimpa Devaradis saat ini, tidak mungkin ia mengutarakan nya begitu saja tanpa di minta, jadi ia pendam saja dan tidak begitu memikirkan nya. Berhubung sekarang sang CEO memintanya mengeluarkan pendapat, maka ia harus menjawabnya. Lalu, tanpa ragu Anna langsung bersuara.

"Untuk desain utama baju musim panas yang di jiplak, bukankah anda perlu mencari tahu lebih cepat siapa yang ada di belakang masalah ini, kemudian menangkapnya. Takutnya, jika anda membuat desain baru lagi, maka akan terulang kejadian yang sama. Sepertinya, kalau anda menempuh jalur hukum untuk kasus penjiplakan ini akan sia-sia dan menghabiskan energi, waktu, dan juga uang. Karena itu, sebaiknya anda negoisasi terbaik dengan pemilik brand tersebut, mungkin berupa kolaborasi yang menggiurkan, untuk menutup kerugian yang akan di alami Devaradis."

"....."

"Kemudian untuk wedding gown yang di juga telah di jiplak, bahkan sudah di pamerkan pada sebuah acara pernikahan influencer yang sedang viral di media sosial. Faktanya, untuk pembuatan wedding gown semewah itu, membutuhkan banyak waktu, itu artinya masalah ini sudah ada sejak awal. Apakah anda tidak pernah berfikir bahwa kemungkinan besarnya, justru Devaradis lah yang sebenarnya telah mengambil ide penuh atas karya orang lain, atau bahkan menjiplaknya? coba tanyakan pada kepala desainer anda yang membuat desain, atau seharusnya di dalam kepala anda sekarang sudah tau, siapa yang bertanggungjawab atas masalah ini."

"....."

"Sangat menguntungkan sekali bahwa kasus ini di ketahui lebih awal sebelum memasuki masa launching, yang mana saat itu bisa jadi adalah saat-saat kehancuran Devaradis. Dan juga tenggelamnya proyek wedding hall anda untuk selamanya. Karna Devaradis sudah tentu akan kehilangan kepercayaan publik, dan juga para pelanggannya. Akibat dari kasus yang nampak remeh namun mematikan."

".....''

"Jadi, alasan Yorishima group ingin membatalkan kontraknya, tentu ada kaitannya dengan kasus jiplak-menjiplak ini. Pikirkan saja, jika Devaradis bersikeras melanjutkan proyek ini, maka pihak yang bekerjasama dengan perusahaan pun akan mengalami kerugian yang sama. Nama baik bisnis mereka pun akan di pertaruhkan. Bukankah wajar jika mereka mengambil langkah mundur?"

"....."

"Maka dari itu. Hal pertama yang harus anda lakukan untuk menyelesaikan masalah dengan Yorishima group adalah, menghadiahkan sebuah desain perhiasan yang luar biasa, yang bisa membuat mereka tidak bisa menolak kerja sama dengan anda. Sebuah desain yang akan membuat nama mereka semakin di perhitungkan di kancah internasional. Anda harus berkorban untuk itu, walau harus membelinya dari desainer dunia. Karena, jika anda gagal mengambil hatinya, anda harus menutup harapan Anda untuk bekerjasama kembali dengan perusahaan perhiasan terbaik seperti Yorishima."

"....."

"Untuk wedding gown yang sudah hampir selesai di kerjakan. Apakah anda tau istilah— mimikri? itu adalah cara hewan tertentu untuk pertahanan diri, dilakukan dengan cara merubah warna kulitnya. Maka jika desain wedding gown itu menggunakan warna basic—white, anda bisa mengganti warnanya sesuka hati anda dengan melukiskan motif-motif tertentu pada kain nya, yang akan merubah tampilan gown tersebut menjadi spektakuler tiada duanya."

"....."

"Sisanya adalah, tergantung bagaimana kehebatan anda dalam meyakinkan semua orang itu. Bagaimana menurut anda, Boss? apakah yang saya ucapkan ini dapat anda terima?" Anna mengakhiri presentasi nya.dengan penuh percaya diri, atas pemikiran luar biasa yang tercipta di otak geniusnya.

"Brilliant!" Devan mengancungkan kedua jempolnya. "Otakmu sangat cepat memproses solusi untuk masalah yang besar, yang  membutuhkan pemikiran yang tajam dan kritis, yang tidak akan mudah di lakukan oleh orang biasa, tapi kau bisa melampaui nya. Kau, benar-benar sangat membantu." Devan tidak bisa menahan egonya untuk tidak memuji kecerdasan Anna saat ini. Bagaimana pun juga, wanita ini memang pantas di beri pujian.

Setelah semua di rasa beres, Devan menyeret tangan Anna untuk duduk pada kursi kerja miliknya. Memutar arah kursi menghadap ke belakang yang disana terdapat sebuah layar besar yang menempel di dinding. Lalu ia mengambil sebuah remote dari dalam laci dan menyalakan layar yang ada di depannya, memilih tayangan CCTV, membuka satu tayangan private room tempat dimana Devan akan menjamu para tamu pentingnya nanti.

"Perhatikan layar ini dan tuliskan untukku sebuah laporan yang bisa kau simpulkan dari hasil pertemuan ini." Devan menyodorkan sebuah note book beserta pen miliknya ke hadapan Anna yang sedang duduk di pinggiran kursi, ia nampak tidak begitu nyaman.

"Siap laksanakan, Boss. Semoga semua urusan anda berjalan lancar." Anna berusaha terus bersikap profesional.

"Baiklah, terimakasih atas bantuannya, aku bergantung padamu." Jawab Devan, kemudian pergi meninggalkan ruangannya dengan langkah penuh percaya diri.

Begitu tubuh sang pemilik singgasana yang kini di duduki oleh Anna menghilang dari balik pintu, ia pun langsung roboh tak berdaya, ototnya melemas dan bersandar penuh sambil menghela nafas panjang berkali-kali.

Entah apa arti dari perlakuan Devan Padanya, sulit untuk di artikan secara pasti, entah ini hanya sebatas keperluan kerja saja ataukah—

Ahh....!

Walau di pikirkan berulang kali pun, ini sungguh berlebihan. Sebagai pegawai cleaning service, mustahil rasanya jika dalam satu hari bekerja saja sudah di berikan izin hingga menempati singgasana sang Raja. Bahkan area pribadi milik Devan pun boleh ia gunakan. Apakah ini semacam ujian baginya ataukah hanya keberuntungan yang besar semata. Saat ini kepala Anna terasa buntu untuk mengartikan situasi yang tidak nyata ini.

-Devan Artyom! seharusnya kau katakan saja apa maksud dan tujuanmu. Aku tidak bisa terus menerus merangkai harapku yang sudah aku pupus. Jika memang kau mengenaliku, katakan saja bagaimana kau dan aku harus memposisikan diri, agar aku tidak tenggelam dalam kemungkinan-kemungkinan yang tidak ada artinya- Tulisnya tanpa sadar di bagian terkahir pada lembar di note book itu.

...• • •...

...Halo guys, buat kalian yang sudah baca sampai part ini makasih yaaa... Love you so much! Komen2 dong kesan kalian kayak gimana sama cerita ini. Biar author semangat update nya!...

1
anggita
dua iklan☝☝ dan like👍 sebagai dukungan. semoga novelnya lancar 👏thor.
Evrensha: Wajah, makasih banyak beb, atas supportnya. terharuuu😭🥰
total 1 replies
anggita
Anna..👍. btw chapter ini agak panjang juga yah🤔.
Delita bae: mangat✌🙏
Evrensha: Iyà beb, Disini aku sengaja menceritakan semua masalah hidup si tokoh utama secara kompleks. sebab di chapter2 berikutnya, yg tersiksa hanya perjuangan pengembalian hak2 mereka, balas dendam, dan juga kisah cinta.
Chapter2 kedepan di jamin seru. Karna 4 episode awal ini hanya masalalu.
total 2 replies
anggita
visualisasi gambar tokoh dan suasananya oke lah👌.
Evrensha: Semoga chapter awal tidak bikin boring, sebab, kalau di skip, nggak bakal faham sama konflik di bab2 berikutnya.
total 1 replies
Tutupet
keren thor ada gambarnya tiap cerita
Evrensha: Haha,, iya, makasih beb... Makasih bgt udah mau baca2.
total 1 replies
ナディア 🎀
Dayyemmm critanya bkn cenat cenut tapi seruuu/Sob//Rose/
Evrensha: oh my God, dear. thanks you so much udah baca novel aku..... Tengkiyuuu, love you. aku fikir cerita aku gak bagus, tp ada yg Muji lohhh..
total 1 replies
miilieaa
pukul yuk ana /Silent/
Evrensha: betul, lgsg hajar smpe jera. haha
total 1 replies
Delita bae
mangat, Egi udh up . mau up lagi👍🙏
RYN
dah di sini dulu... mampir bentar karena gak ada kerjaan.
Evrensha: makasih dah mampir cuma buat liat tulisan yg bgini adanya. wkwk
total 1 replies
RYN
Pengen komen banyaak banget... tapi sedikit kesalahan sih, terlalu banyak narasi dan gak seimbang. Err, bagusnya pake sudut orang pertama kali gini.
Evrensha: nah iya sih kamu bener. emang terlalu banyak narasi disini. apalagi di bab 1 ini.
tapi, kalo aku kasi beberapa alasan mngkin agak masuk akal.

sebab, kalo di baca lebih ke bab2 depan, percakapan makin banyak sih. trus karna ini hanya scene masa lalu dgn hanya waktu pertemuan berapa jam saja, like a dream, jadi aku bikin banyak narasi untuk membuat pembaca mengenal karakter dan konflik cerita ini ke depannya. biar faham lah apa yg akan terjadi selanjutnya pada 5 THN mendatang—di bab 4.
total 1 replies
RYN
ONOMATOPE ini gak sesuai...
Evrensha: onomatope yg benar yg kek mana ih, kasi tauuu, biar gue lgsg revisi. kalo hujan turun deras emang gak cocok dgn bunyi byur kek nyiram air se ember. hahaha 😂
total 1 replies
RYN
Jirr, kalau bener ada cewe begini pas gw di tinggal nikah, gw bakal dengan senang hati lakuin bersama./Sweat/
RYN
Seimbang kan lagi narasi dan dialog nya. Bukan menggurui dan merendahkan, tapi dialog terlalu banyak begini kurang menarik perhatian pembaca.
Evrensha: jirr tulisan gue acak Adul bgt🤦🤦🤦🤭 makasi suhu masukannya.
total 1 replies
RYN
Kalo ini pake ‘—,’ aja, tapi gak apalah. Variasi setiap orang berbeda.
RYN
Nah, yang ini baik nya tambah tanda kutip. Terakhir, pembaca tidak ingin mengetahui seberapa detail jarak mereka, revisi seperti ini "Jarak mereka cukup dekat," atau tambahkan variasi seperti "beberapa langkah," "Selangkah lagi, "beberapa meter," dsb.
Evrensha: ohh gitu.. oke2👍👍👍
total 1 replies
RYN
Err, ada beberapa kesalahan yang ku temukan, "Melampiaskan nya," jangan di pisah, revisi "Melampiaskannya." Lalu keputus-asaan jangan tambahin ‘-.’ Terakhir, narasi terlalu bertele-tele dan panjang.
Evrensha: oke, masukan siap di kantongi semua. btw gue jg lagi bingung ini menempatkan kata 'nya. di satukan apa di pisah. coz banyak penulis hebat yg di pisah. kalo emang di satukan yg bener, ilmu sih ini.
total 1 replies
Jihan Hwang
kata² yang puitis...bagus bgt...
mampir di novelku ya/Smile//Pray/
Jihan Hwang: sama²/Smile/
Evrensha: Makasi kak....
total 2 replies
Delita bae
mangat up nya😇👍🙏
Delita bae: sip. udah minta up lagi.😇👍
Evrensha: ok siap 🙏👍
total 2 replies
Delita bae
💪💪💪👍💪💪🙏
Evrensha
udah up kak bab selanjutnya.
Delita bae
up ya mangat👍🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!