Bagaimana perasaan jiwamu jika dalam hitungan bulan setelah menikah, suami kamu menjatuhkan talak tiga. Lalu mengusirmu dan menghinamu habis-habisan.
Padahal, wanita tersebut mengabdi kepada sang suami. Dia adalah Zumairah Alqonza. Ia mendadak menjadi Janda muda karena diceraikan oleh suaminya yang bernama Zaki. Zaki menceraikan Zumairah karena ia sudah bosan dan Zumairah adalah wanita miskin.
Bagaimana nasib Zumairah ke depannya? Apakah dia terlunta-lunta atau sebaliknya? Yuk, cap cus baca pada cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Sekti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekeh
Saat pagi, setelah Zumairah ditelepon oleh Arga Dinata, Jonson cemburu buta. Ia trauma dengan kekasihnya yang sudah pergi meninggalkannya. Ia tak mau kehilangan yang kedua kalinya.
Zumairah yang masih di ranjang sakit menarik nafas panjang. "Kamu tidak perlu marah kepada Arga. Dia baik dan kita belum terikat dengan hubungan apa-apa. Jadi, kau tidak berhak mengatur diriku," jawab Zuma dengan tegas sambil menatap serius ke arah Jonson.
Jonson terkejut dengan jawaban Zuma. "Kau menyukai Arga? Cepat bilang?" pria itu mendekati Zumairah sambil memegangi dagu wanita itu. Cemburu melanda hati seorang Jonson.
Zuma membuang muka. "Saya tidak pernah menyukai pria saat ini. Saya sudah trauma menikah dengan pria karena pria hanya mementingkan egonya sendiri. Jika sudah bosan maka akan dia buang," jawab Zuma lirih tapi pasti. Ia masih membuang muka dan tidak berani menatap Jonson yang tampan.
Tidak lama, Mama Jeni menghampiri Zuma dan Jonson. "Kalian bertengkar? Biarkan Nona Zuma istirahat. Butuh waktu untuk membahas asmara. Mama sebagai wanita paham akan perasaannya. Jonson, kamu tetap tetap tenang."
Mama Jeni menengahi perdebatan antara Jonson dan Zuma agar tidak semakin panas. Ia iba dengan kondisi Zuma yang masih ngedrop.
Perkataan Mama Jeni membuat kemarahan Jonson surut. Ia mulai berdiri dan berjalan di balkon yang berada di ruangan VIP tersebut. Pikirannya sedang ia dinginkan dengan melihat burung gereja yang terlihat dari balkon.
Mama Jeni mendekati Zuma sambil tersenyum keibuan. "Aku pernah muda sepertimu, Cantik. Dimakan dulu makanan ini. Biarkan aku menyuapimu. Lupakan tentang perasaan Jonson. Dia itu masih terluka," tutur Mama Jeni kepada Zumairah agar paham dengan sikap Jonson yang posesif.
Zumairah tersenyum. "Iya Tante. Sini, Zuma bisa makan sendiri. Ngomong-ngomong siapa yang membiayai perawatan saya ini? Saya tidak punya banyak uang untuk membayar semua ini."
Zumairah mengambil kotak makanan yang dibawa Mama Jeni kemudian ia memakan makanan tersebut dengan pelan-pelan. Ia juga mengkhawatirkan persoalan biaya administrasi rumah sakit.
Mama Jeni menggelengkan kepala. "Zuma, kamu mandiri sekali. Nggak manja seperti kebanyakan wanita. Mama suka itu. Soal biaya, sudah ditangani oleh Jonson. Kamu tenang saja, soal uang itu beres. Habiskan makananmu. Zuma, ini ada uang jajan untukmu! Mamah masih ada urusan di kantor. Mama pergi dulu!"
Mama Jeni pergi setelah memberikan amplop berwarna coklat kepada Zuma. Mama Jeni sangat simpati kepada Zumairah Alqonza.
Zuma terkejut dan merasa kehilangan. "Mama Jeni. Kenapa Anda memberikan semua ini?" Zumairah terenyuh karena Mama Jeni ternyata baik hati. Ia merasa bersyukur karena di sekelilingnya ada orang baik. Amplop itu pun, Zuma simpan di tas kecilnya yang selalu ia bawa.
Setelah Mama Jeni pergi, Jonson kembali mendekati Zumairah untuk memastikan kesehatannya.
Jonson terkejut. "Loh, Mama mana, Zuma? Apa dia pergi?" tanya Jonson sambil melihat-lihat ke seluruh area VIP. Ia mencari-cari mamanya namun sudah tidak ada di ruang tersebut.
Zumairah tersenyum sedikit. "Mama Jeni pergi. Dia memberikan aku ini!"
Zuma mengeluarkan amplop itu dari tasnya kembali lalu memperlihatkan kepada Jonson.
Jonson tersenyum tipis. "Terima saja. Jika Mamaku sudah royal dengan seseorang, itu tandanya dia care denganmu," jawab Jonson dengan sedikit senang karena sang mama perhatian dengan Zumairah. Yang biasanya dia dikekang, sekarang ia bebas mengenal Zumairah.
Zuma terkekeh. "Terima kasih. Jonson, saya sudah merasa baik di pagi ini. Saya ingin secepatnya pulang ke kontrakan. Saya ingin mendinginkan pikiran di sana," ucap Zuma yang sudah menghabiskan makanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
Jonson mengangguk. "Nanti saya bilang Suster. Kamu tidak mau tinggal di rumahku?" tanya Jonson lesu. Ia ingin sekali selalu tinggal bersama Zuma namun, Zuma tidak mau.
Zuma berpikir ragu. "Maaf, kita belum sah menjadi suami dan istri. Saya belum bisa tinggal di rumah Anda," jawab Zuma dengan tegas. Ia ingin berjuang sendiri untuk menjadi sukses. Setelah diceraikan oleh Zaki, sulit untuk percaya kepada pria manapun. Walaupun pada awalnya pria tersebut baik.
Dahi Jonson berkerut. "Baiklah. Aku tidak bisa memaksamu. Tetapi urusan kita belum selesai! Kamu masih harus menemaniku di suatu tempat nanti! Bu Mirna sudah saya bayar mahal. Oh, ya, ini uang untukmu!"
Jonson memberikan amplop berisi uang kepada Zumairah karena sudah menemani satu malam. Pria itu tetap menepati janji.
Zuma emosi. "Saya tidak mau uang itu! Saya bisa bekerja sendiri. Dan saya tidak mau menemani kamu lagi. Apa pun alasannya. Saya akan secepatnya mencari pekerjaan sendiri, Jonson!"
Zumairah sudah tidak mau diajak berkencan dengan Jonson. Wanita itu ingin pekerjaannya halal.
Jonson tak berkedip. "Kamu wanita beda dari yang lain Zuma. Aku semakin kagum. Uang ini milikmu. Anggap saja itu hadiah dariku. Jika kamu menolak, akan saya paksa menikah denganku secepatnya!"
Jonson tersenyum dan memaksa memberikan amplop berisi uang kepada Zuma.
"Gila kamu Jonson! Kamu nggak punya hak memaksa diriku. Saya tetap tidak mau menerima uang itu! Pemberian dari mama kamu itu dah cukup, walaupun saya nggak tahu berapa nominalnya!"
Zumairah tetap keras kepala. Ia tidak mau uang pemberian dari Jonson. Ia juga tidak mau dikejar-kejar oleh Jonson.
Jonson kesal dan menghela nafas. "Baiklah kalau begitu. Wanita memang selalu menang. Jika kamu butuh uang, bilang saja. Dengan senang hati, aku mau memberimu."
Jonson siap memberikan uang kepada Zuma ketika membutuhkan. Karena Jonson sudah simpati dengan wanita tersebut.
Zuma tersenyum kecut. "Terima kasih bantuannya dan semua kebaikan kamu," jawab Zuma yang bingung mau berkata apa kepada Jonson.
Ting Tung!
Ketika Jonson dan Zuma sedang berbincang, terdengar suara bel berbunyi. Karena menggunakan tombol, Jonson segera membuka siapa tamu tersebut.
Jonson terbelalak. "Kau! Mau cari siapa! Silakan pergi dari sini!"
Muka Jonson memerah. Ia terkejut karena yang bertamu adalah Arga Dinata.
Arga pun terkejut dan melebarkan netranya. "Kenapa bisa ada kamu, Jonson! Apa kamu sedang bersama Zumairah?" tanya Arga sambil melihat Jonson dengan tajam. Hatinya berdebar-debar tak karuan.
Jonson tersenyum masam. "Iya. Dia bersamaku. Dia sudah menjadi milikku. Silakan kamu pergi dan jangan ganggu kami. Kamu tahu?" jawab Jonson lirih. Ia mendekatkan suaranya tepat di telinga Arga.
Arga cemburu dan mengepalkan tangan. "Brengsek! Saya tidak percaya dengan perkataanmu! Kamu minggir, saya ingin bertemu dengan Zumairah!"
Arga berusaha masuk ke dalam ruangan VIP tersebut agar bisa bertemu dengan Zumairah namun terhalang oleh badan yang besar nan jangkung.
"Pergi atau saya bilang Suster karena kamu mengganggu istirahat pasien. Cepat pergi!"
Kemarahan Jonson memuncak ketika Arga tidak mau pergi. Jonson sangat takut jika Arga dekat dengan Zumairah.
demi harta sanggup berjual beli...tampa memikirkan perasaan anak....egois....tepi....adakah Arga akan bahagia...pasti saja tidak...Arga amat mencintai Zuma...walaupun demikian....Arga perlu bertegas pada Papa Wira Arga....bahawa kamu tetap dengan keputusan mu memilih Zuma....kebahagiaan adalah penting walaupun nama mu di coret dalam keluarga....bawa diri bersama Zuma ke tempat lain dan buktikan bahawa tanpa harta keluarga kamu boleh bahagia gitu..lanjut...