aku tidak tahu apakah pernikahanku akan berjalan sempurna atau tidak...
aku juga tidak tahu apakah aku mampu melewati pernikahan ini hingga akhir atau tidak...
hanya Tuhanlah yang tahu akhir kisah cinta pernikahanku ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luapan Luka Itu
Seorang pelayan perempuan berlarian ke dalam ruangan tamu ketika dia masuk untuk mengantarkan makanan buat Sulaiman.
"Tuan Sulaiman !" panggilnya panik saat dia melihat Sulaiman tergeletak di atas lantai ruang tamu.
Sulaiman terdiam sembari meringis kesakitan, dan pelayan itu segera memanggil yang lainnya dengan suara kencang.
"Tolong !!! Tuan Sulaiman terkapar !!! Tolong !!!" teriaknya keras dengan ekspresi wajah kebingungan.
Tak butuh waktu lama, tampak berdatangan orang-orang ke dalam ruangan tamu seraya berlarian menghampiri Sulaiman yang terkapar di lantai ruangan.
"Apa yang terjadi dengannya ?" tanya mereka saat berada di samping Sulaiman.
"Aku tidak tahu, saat aku datang kesini, keadaan tuan Sulaiman sudah seperti ini, tergeletak di lantai", sahut pelayan perempuan.
"Hubungi petugas keamanan, jangan ada yang boleh masuk atau pun keluar dari rumah ini", kata seorang pria bertuxedo rapi.
"Beberapa menit yang lalu, sekitar satu jam, tuan Mizan datang ke rumah ini dan menemui tuan Sulaiman", sahut seorang pria berpakaian kemeja hitam.
"Pangeran kedua dari anggota keluarga Rayaz datang kemari ???" tanya pria bertuxedo rapi itu tersentak kaget.
"Benar, tuan Mizan datang berkunjung ke rumah ini karena bermaksud menjenguk adik perempuannya yaitu nyonya Alishba, istri dari tuan Sulaiman", sahut pria berkemeja hitam.
"Apa dia sudah pergi ?" tanya pria bertuxedo hitam.
"Satu jam yang lalu mereka semua telah pergi", sahut laki-laki berkemeja hitam.
"Mereka ???" tanya pria bertuxedo hitam terperangah kaget.
"Benar sekali, tuan Mizan membawa orang-orangnya datang ke rumah ini", sahut laki-laki berkemeja hitam.
"Orang-orangnya ?!" kata pria bertuxedo rapi semakin tertegun.
"Sebaiknya kita urusi tuan Sulaiman terlebih dahulu lalu kita cari tahu apa yang sedang terjadi di ruangan ini melalui kamera cctv di ruangan ini", sahut laki-laki berkemeja hitam.
"Ya, baiklah, kita bawa dulu tuan Sulaiman ke ruangan kamar", kata pria yang mengenakan tuxedo hitam sembari membantu Sulaiman bangun dari atas lantai ruangan tamu.
Dua orang laki-laki bertubuh tegap terlihat memapah Sulaiman untuk berjalan ke ruangan kamar.
Sejumlah pelayan perempuan telah menunggu di luar ruangan tamu dengan wajah cemas mereka, salah seorang dari pelayan itu segera membantu membukakan pintu kamar untuk Sulaiman.
Dua orang laki-laki yang tadi memapah Sulaiman berjalan dari arah ruangan tamu segera membaringkan tuan mereka ke atas tempat tidur.
"Hati-hati !" kata pria bertuxedo hitam.
"Ambilkan kompres !" ucap laki-laki berkemeja hitam pada para pelayan yang berdiri di ruangan kamar.
"Ayo, cepat ! Cepat !" sambung pria bertuxedo hitam seraya mengibaskan tangannya kepada para pelayan.
Sejumlah pelayan segera berlari keluar dari ruangan kamar tamu, untuk mengambil keperluan mengompres buat Sulaiman.
"Apa anda baik-baik saja, bos ?" tanya pria bertuxedo hitam di dekat sisi samping Sulaiman berbaring.
"Auwh... ?!" keluh Sulaiman. "Aku tidak apa-apa, hanya kepala ku agak pusing", sambungnya.
Datang pelayan membawa sebaskom air panas, sedangkan rekan kerjanya membawa handuk untuk kompres dan satu rekan lainnya membawa sekotak es batu.
Mereka berdiri di tepi tempat tidur sembari membawa masing-masing tempat bawaan mereka.
"Kompreskan handuk itu kepada bos !" perintah pria bertuxedo hitam seraya beranjak bangun dari atas tempat tidur.
Seorang pelayan perempuan segera mengompreskan handuk hangat ke wajah Sulaiman yang bengkak.
"Biar aku saja !" kata Sulaiman.
"Ba-baik, bos", sahut pelayan itu gugup seraya menyerahkan handuk hangat kepada Sulaiman.
"Sialan ! Dia berani memukul wajah ku ?!" umpat Sulaiman kesal seraya meletakkan handuk hangat ke atas wajahnya.
Sulaiman berusaha bersandar pada bahu tempat tidur, dengan cepatnya dua orang laki-laki yang tadi membawanya ke kamar segera membantunya duduk.
"Tidak perlu dibantu ! Aku bisa duduk sendiri !" kata Sulaiman agak kesal seraya bersandar.
"Baik, bos", sahut dua orang laki-laki lalu menjauh dari Sulaiman.
"Apa Mizan sudah pulang ?" tanya Sulaiman seraya mengompreskan handuk hangat pada wajahnya yang terkena pukulan keras dari Mizan Rayaz.
"Sekitar satu jam lebih, beliau pulang beserta anak buahnya dari kediaman anda, bos", sahut pria bertuxedo hitam.
"Panggilkan Ammar kemari !" perintah Sulaiman.
"Maaf, bos, Ammar sedang pergi saat ini, kemungkinan dia baru kembali besok malam", sahut pria bertuxedo hitam.
Sulaiman terdiam lalu teringat dengan tugas yang dia berikan kepada Ammar agar mengawasi sepak terjang keluarga Rayaz sebelum Mizan Rayaz datang ke rumahnya.
"Sial !" makinya kesal seraya melemparkan handuk yang ada di tangannya lalu beringsut turun dari atas tempat tidurnya.
"Anda mau kemana sekarang, bos ?" tanya pria bertuxedo hitam sembari tergesa-gesa menghampiri Sulaiman kemudian membantunya berdiri.
"Aku akan ke kamar Alishba", sahut Sulaiman terhuyung-huyung berdiri.
"Lebih baik nanti malam saja, anda datang ke kamar nyonya, sebaiknya sekarang bos beristirahat dulu sebentar", kata pria bertuxedo hitam sembari memapah Sulaiman.
Sulaiman tidak segera menjawab, hanya terdiam sambil berdiri sempoyongan dengan bantuan pria bertuxedo hitam serta laki-laki berkemaja hitam di sampingnya.
"Kami sarankan sebaiknya anda berbaring sejenak agar keadaan anda membaik", saran pria bertuxedo hitam.
"Baiklah, aku akan berbaring sejenak sampai rasa pening di kepala ku ini berkurang", sahut Sulaiman.
Sulaiman kembali duduk ke atas tempat tidur seraya berbaring.
Seorang pelayan perempuan memberinya sebuah handuk hangat agar Sulaiman mengompreskan nya kembali ke wajahnya yang lebam itu.
Sulaiman mendesah pelan sedangkan tatapannya berubah murung dengan kejadian yang baru saja terjadi tadi.
Kemarahan Mizan Rayaz telah menyadarkan Sulaiman bahwa hubungan mereka mulai menegang tidak sehat karena aliansi pernikahan antara dirinya dan Alishba saat ini.
Kesalahpahaman serta simpang siur kabar miring yang menyangkut adanya masalah antara dua keluarga besar serta sama-sama berpengaruhnya itu telah menyebabkan keretakan hubungan mereka menjadi semakin runcing.
Akibat ulah Sulaiman yang telah membuat Alishba menangis di hari pernikahannya sangat setimpal jika dia mendapatkan hadiah berupa pukulan dari Mizan, kakak Alishba.
"Aku baik-baik saja, biarkan aku sendirian di sini, tolong suruh mereka semua pergi dari kamar ini", pinta Sulaiman pada pria bertuxedo hitam di dekat tepi tempat tidur.
"Baik, bos", sahut pria itu sigap.
Pria bertuxedo hitam segera menyuruh semua orang keluar dari dalam kamar tidur.
Sejumlah pelayan serta laki-laki berpakaian serba hitam berjalan pergi dari ruangan kamar tidur khusus tamu secara serempak.
Pria bertuxedo hitam bergegas melangkah keluar bersama dengan yang lainnya seraya menutup pintu kamar tidur khusus tamu.
Tinggal seorang diri Sulaiman di dalam ruangan kamar tidur sembari berbaring menatap ke atas ruangan.
"Semua terjadi begitu cepatnya, tanpa tahu apa yang telah Alishba katakan pada kak Mizan tadi...", ucap Sulaiman.
Sulaiman semakin kalut ketika melihat kemarahan Mizan Rayaz terhadap dirinya.
Pukulan Mizan yang mengenai wajahnya langsung menyadarkan Sulaiman bahwa dia sedang berbuat kekasalahan besar terhadap Alishba.
"Aku tidak ingin masalah ini semakin larut-larut serta berkembang tak tentu arahnya sehingga membuat masalah besar bertambah meluas di antara kami", kata Sulaiman.
Namun Sulaiman tahu bahwa dia telah sengaja menyakiti perasaan Alishba sehingga istrinya itu terluka hatinya, akibat ulah Sulaiman dengan menyebutkan kalau Nisa adalah kekasihnya bahkan terang-terangan menuduh Alishba menikah dengan Sulaiman, hanya karena semata-mata aliansi pernikahan yang menguntungkan keluarga Rayaz.
Sulaiman menghela nafas panjangnya kemudian duduk bersandar kembali pada bahu tempat tidur, tertunduk diam, merenungi perbuatan yang telah dia lakukan terhadap Alishba sejak mereka berdua, pertama kalinya menikah.
serem amat nikah kayak gini, thor !
aliansi pernikahan, gak ada tulus-tulusnya, gak ada cinta juga klo nikah seperti iniiii...