Nyonya Misterius itulah julukkan yang diberikan oleh Arzian Farelly kepada Yumna Alesha Farhana.
Hari yang paling mengejutkan pun tiba, Yumna tiba-tiba meminta Arzian menikah dengannya. Arzian tidak mungkin menerima permintaan wanita itu, karena wanita yang ingin Arzian nikahi hanyalah Herfiza, bukan wanita lain.
Demi melanjutkan misinya hingga selesai, Herfiza memaksa Arzian menikah dengan Yumna demi cintanya. Untuk cintanya, Arzian mampu melakukan apapun termasuk menikah dengan Yumna.
Mampukah Arzian mempertahankan Cintanya kepada Herfiza, atau ia malah terjebak pada cinta Nyonya Misterius yang tidak lain adalah Yumna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MNM -31- Makan Siang Bersama
"Tentu saja," jawab Arzian dengan kikuk. Entah kenapa, Arzian tiba-tiba salah tingkah di depan Yumna. Herfiza sendiri mengepalkan tangannya, padahal tadi niatnya hanyalah basa-basi pada Yumna. Mengapa wanita itu malah benar-benar ikut makan siang, padahal Herfiza inginnya hanya berdua saja dengan Arzian. Agar bisa sambil bermesraan, jika sekarang mana mungkin bisa.
Mereka bertiga membereskan meja kerja Arzian yang akan digunakan untuk meja makan, setelah itu Yumna dan Herfiza merapikan makanannya. Arzian menatap kedua wanita yang memiliki hubungan dengannya. Namun, hubungan berbeda. Karena Herfiza sebagai kekasih, Yumna sendiri adalah istri sah Arzian. Didampingi kedua wanita itu, Arzian jadi merasa tengah memiliki dua istri. Arzian tersenyum sendiri membayangkannya.
Mereka segera duduk untuk makan, untungnya ada dua kursi kosong di depan meja Arzian. Jadi bisa di tempati oleh Yumna dan Herfiza, sedangkan Arzian di kursinya sendiri.
Arzian melihat Yumna kurang nyaman dengan kursinya, ia sadar. Yumna biasa duduk di kursi CEO yang empuk. Berbeda dengan kursi yang ada di depan mejanya.
"Yumna kamu mau duduk di kursiku? Mungkin duduk di situ kurang nyaman, sedangkan kursiku kan lumayan nyaman untuk kamu dudukki," tawar Arzian ramah. Herfiza menghela nafas panjang, ia harus menahan diri. Melihat sikap kekasihnya pada wanita lain, walau wanita itu istrinya sekalipun.
"Tidak perlu suamiku, aku bisa duduk di sini." Yumna menolak, karena berfikir jika mereka jadi bertukar tempat duduk. Arzian malah akan duduk di sebelah Herfiza, mana mungkin ia akan membiarkannya.
"Kakak ipar ayo coba masakanku, aku yakin rasanya pasti sangat enak loh." Dengan begitu PDnya Herfiza memuji masakkannya, Yumna tak merespon apapun. "Oh iya, asal Kakak ipar tahu ya. Arzian itu sangat suka masakkanku loh. Dulu akulah yang memasak untuknya, Kakak ipar pasti nggak masak dan nggak pernah memasak untuk Arzian. Wajar sih, Kakak ipar kan punya banyak pelayan di mansion. Jadi untuk apa masak sendiri, apalagi Kakak ipar adalah wanita karir," sambungnya.
Yumna menggeleng pelan lalu tersenyum sinis. "Kata siapa saya tidak bisa masak? Padahal sejak kecil saya sudah jago masak loh. Memasak untuk Arzian jelas sangat pernah, masa seorang istri enggak pernah memasak untuk suaminya. Bukan istri yang baik dong, walau banyak pelayan aku sendiri juga sibuk sebagai wanita karir tetapi aku tetap masakin Mas Arzian kok. Iyakan?"
Karena kakinya terinjak dan melihat Yumna melotot ke arahnya, dengan terpaksa Arzian mengiyakannya. Herfiza meremas gaunnya, ingin mempermalukan Yumna. Namun, malah sekarang dirinyalah yang telah dipermalukan.
Yumna tersenyum sinis, dirinya memang jago masak. Namun, memasak untuk Arzian mana pernah. Arzian memang suaminya, tetapi pria itu tidak sespesial itu hingga membuat Yumna memasak untuknya.
"Awas kamu Yumna, pasti akan aku balas," katanya dalam hati. Herfiza menyeringai pada wanita yang ia panggil Kakak ipar itu.
Dengan cekatan Herfiza mengambilkan nasi serta lauknya ke piring Arzian, setelah itu baru mengambil untuk dirinya sendiri. "Terima kasih, Herfiza," kata Arzian tulus.
Herfiza tersenyum kecut, ia sangat tidak suka Arzian memanggilnya dengan nama biasa. Padahal biasanya Arzian akan memanggilnya dengan panggilan Fiza atau Fiza sayang. Ini malah nama biasa, tetapi untuk marah terang-terangan juga tidak bisa Herfiza lakukan. Apalagi ada Yumna, tentu ia tidak akan mencari masalah dulu sekarang.
Piring serta sendok bahkan gelas yang akan dipakai ketiga orang itu adalah pinjaman dari pantry, Yumna tadi meminta OB membawakannya itu semua ke ruangan kerja Arzian. Mana mungkin Yumna mau makan langsung di rantang, mereka kan tidak tengah di sawah. Jadi lebih enak pakai piring, sendok juga agar tangannya bisa tetap bersih.
Yumna mengambil sendiri nasi dan lauknya, ia penasaran bagaimaba rasa masakkan Herfiza sampai wanita itu begitu PDnya. Saat Arzian hendak menyuapkan satu sendok ke mulutnya, mereka malah mendengar suata ketukkan pintu.
"Tuan Arzian, ini saya." Mendengar suaranya jelas Arzian dan Yumna bisa tahu siapa itu. Yang mengetuk ternyata adalah Amara, Arzian menyergitkan keningnya bingung. Serta bertanya-tanya di dalam hati. Untuk apa Amara ke ruangannya pada waktu makan siang? Ada hal yang pentingkah? Atau mencari Yumna? Yang biasanya makan siang di ruangannya sendiri, tetapi kini malah berada di ruangan Arzian.
"Masuk," titahnya. Pintu terbuka munculah Amara dan Alien yang membawa beberapa bungkus makanan yang telah Yumna pesan. "Nyonya Yumna ini makanannya sudah semua sesuai apa yang Nyonya pesan," kata Alien.
"Terima kasih. Alien, Amara."
"Sama-sama, Nyonya." Alien dan Amara kompak menjawab.
"Ini kan makanannya banyak sekali. Kalian berdua gabung saja makan sama kami, saya yakin masih cukup kok." Herfiza dan Arzian saling pandang, bisa-bisanya Yumna mengajak kedua asistennya untuk gabung makan siang tanpa bertanya dulu pada mereka berdua. Apakah keberatan atau tidak.