Tampan, mapan dan populer rupanya tidak cukup bagi sebagian perempuan. Vijendra sendiri yang menjadi objek dari ketidak syukuran pacarnya, atau mungkin bisa disebut mantan pacar. Ia memilih mengakhiri semuanya saat mendapati perempuan yang ia kasihi selama 3 tahun lamanya sedang beradu kasih dengan laki-laki lain.
Cantik, berprestasi dan setia juga sepertinya bukan hal besar bagi sebagian laki-laki. Alegria harus merasakan sakitnya diputuskan sepihak tanpa tahu salahnya dimana.
Semesta rupanya punya cara sendiri untuk menyatukan dua makhluk yang menjadi korban ketidak syukuran hingga mereka sepakat untuk menjadi TEMAN BAHAGIA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Menantu Idaman
"Ada tempat yang mau dikunjungi?" tanya Alden pada adiknya saat mereka sarapan.
"Belum kepikiran." jawab Alegria. "Abang sibuk yah?"
"Hari ini mau mengurus administrasi wisuda, gak tahu kapan selesainya. Mau ikut Abang ke kampus?"
Alegria dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Di rumah saja aku mah." jawabnya.
Alden berpikir selama beberapa saat sambil mengunyah buah yang disiapkan oleh adiknya. "Atau ke rumah Tante Isa saja, mau? Di sana ada Velma yang bisa nemanin adek."
"Kak Velma sibuk, Abang. Kemarin aku ikut nganterin ke kampus, habis itu katanya mau langsung ke rumah sakit."
"Di sana kan ada Tante Isa."
"Seandainya saja aunty Araya masih ada, pasti gak bakalan kesepian kalau kesini" Alegria tiba-tiba mellow mengingat bahwa Araya dan Sky sudah pergi mendahului mereka. Padahal usianya masih sangat muda.
Alden menghela napasnya. Tangannya terangkat untuk menepuk pelan puncak kepala adiknya. "Aunty dan om Sky sudah tenang, dek. Doakan beliau yah." ucapnya. "Abang usahakan untuk pulang cepat, biar adek gak perlu sendirian lebih lama di rumah." janjinya.
"Ya sudah, aku ke rumah Tante Isa saja." putus Alegria.
"Gak apa-apa? Kalau keberatan, gak usah."
Alegria mengangguk. "Udah lama juga kan gak ketemu beliau. Aku baru kesini lagi setelah liburan semester kemarin."
"Okay, jam 9 kita berangkat yah "
✨✨✨
Langkah kaki Alegria beriringan dengan langkah kaki Alden memasuki halaman rumah Dika. Rumah yang sangat nyaman dengan halaman yang sangat luas. Bahkan ada batas parkir mobil yang cukup jauh dari teras. Selain itu, ada pohon jeruk, mangga dan rambutan yang tumbuh disebelah kanan rumah. Sementara di sebelah kiri rumah ada lorong kecil yang menghubungkan dengan taman di belakang.
"Aduh, sayangnya bunda!" sambut Isa. Ia segera mengurung Alegria dalam pelukannya dan mengelus rambut anak gadis sahabatnya.
"Apa kabar Tante? Sehat?" Alegria segera mencium punggung tangan Isa saat pelukannya terlepas.
"Bunda sehat, nak." jawab Isa.
Kegiatan Alegria tentu saja diikuti oleh Alden yang ikut takzim pada Isa. "Om mana Tante?"
"Om sedang ke kebun, nak." jawab Isa.
"Wah, om keren." Alden masih saja takjub dengan pilihan hidup Dika. "Tante, aku nitip adek dulu yah. Diusahakan dijemput secepat mungkin."
"Kamu ini, kayak sama siapa aja. Dijemput saat malam juga gak apa-apa, Tante senang kedatangan anak cantik ini."
Alden meringis. Ia lalu mengacak pelan rambut anaknya. "Abang ke kampus dulu yah. Jangan bandel."
Alegria mengangguk. "Hati-hati Abang!" katanya.
Setelah melihat mobil Alden keluar dari halaman rumah Dika, barulah Isa mengajak Alegria memasuki rumahnya.
"Maaf yah, sudah mengganggu Tante hari ini." sesal Alegria. Ia sebenarnya merasa tidak enak, namun juga tidak mungkin menghabiskan harinya hanya di rumah saja, sendirian pula.
"Ngomong apa sih nak? Kok manggilnya masih Tante? Tante jewer telinganya, mau?" seperti ibu-ibu yang lain, Isa juga sangat pandai nyerocos.
Alegria meringis. "Iya bunda, ampun."
Isa terkekeh. Ia mengajak Alegria ke halaman belakang rumah yang terdapat dapur outdoor di sana. "Kebetulan om panen singkong kemarin, jadi bunda rencana buat kroket. Mau bantu bunda?"
"Mau, bunda. Aku simpan tas dan ponsel dulu." Alegria kemudian berjalan ke sofa di teras belakang rumah. Ia lalu ikut membantu Isa mengupas singkong.
"Lihat kamu datang, perasaan bunda jauh lebih baik. Setelah mengetahui jika hubungan kakakmu dan Elsa berakhir, bunda ikut sedih. Sedihnya tuh karena beberapa kali bunda melihat kakakmu melamun, tahu lah yah perasaan seorang ibu seperti apa." Isa rupanya sambil curhat.
Alegria memilih untuk mendengarkan saja. Sepertinya Velma memang cukup sibuk, sehingga Isa mengeluarkan uneg-uneg nya di depannya.
"Bunda bahkan sampai gak enak hati mau bertanya ke kakakmu. Selama ini, bunda selalu bertanya-tanya alasan mereka putus, tapi hanya ke om dan ke Velma saja, bukan ke kakakmu. Kakakmu seolah memiliki kepribadian yang baru pasca ramainya televisi yang sempat mengangkat beritanya."
"Bunda sedih kak Vajen gak sama Elsa lagi?" tanya Alegria.
"Bukan. Bunda hanya sedih melihat anak bunda lebih banyak diam." jawab Isa.
Tanpa mereka berdua sadari, yang dibicarakan sedang menguping.
"Bunda yang sabar yah. Cepat atau lambat kak Vajen akan kembali seperti dulu. Mungkin ia sedang meresapi patah hatinya dulu dan menata perasaannya. Kak Vajen juga kemarin sempat nge-lawak kok, sampai bikin aku greget pengen nampol terus."
Isa kaget dengan cerita Alegria barusan. "Serius?"
Alegria mengangguk.
"Syukurlah." Isa begitu lega mendengarnya.
Karena singkongnya cukup banyak, mereka tidak hanya membuat kroket, tapi juga kripik singkong.
"Wah, asyik bener nge-gosipnya." ujar Vajen yang ikut bergabung. Tadi ia sempat ke kamar untuk menenangkan diri dulu, lalu mandi sekalian. Saat ia ke belakang, rupanya hasil kolaborasi bundanya dan Alegria sudah jadi.
"Asyik dong. Apalagi Yaya ini spek menantu idaman." Isa sebenarnya cukup kaget mendengar celetukan anaknya, namun sebisa mungkin ia menimpali.
"Bundaa " rengek Alegria.
"Menantu idaman bunda yah?" Vajendra rupanya masih ingin melanjutkan persoalan menantu.
"Ya iya. Tidak hanya bunda, semua ibu-ibu di luar sana juga akan mencari menantu yang seperti Yaya ini. Gak segan turun ke dapur, marut singkong sama bunda. Lengannya bahkan sampai kena percikan minyak. Maaf yah sayang." sesal Isa di akhir kalimatnya.
"Gak apa-apa, bunda." ucap Alegria.
"Nanti Vajen carikan bunda menantu kayak Yaya. Atau Yaya saja mau gak bunda?" tanya Vajen, serupa godaan sebenarnya. Lalu tawanya menggema saat melihat Alegria memutar bola matanya, seolah kesal.
Isa sampai terpanah melihat tawa lepas anaknya.
"Yah, bunda gak mau yah Yaya jadi menantu bunda?" tanya Vajen lagi saat tidak mendapatkan respon dari bundanya.
"Ya gak mau lah, apalah dayaku yang cuma gadis biasa." ucap Alegria. Lalu tidak lama setelahnya, ia merasakan lengannya digeplak oleh Isa.
"Heh, ngawur." kata Isa setelah menggeplak pelan lengan Alegria. "Kenapa Vajen? Sudah siap menghadapi om Airlangga? Sampai bertanya kayak tadi. Kalau bunda mah, ayo-ayo saja. Tunggu ayah pulang, kita ke Cakrawala hari ini." ia begitu semangat saat mengatakannya.
Vajen kembali tertawa. "Gimana Yaya, sudah siap jadi menantu bunda?"
"Kak Vajen ih. Gak kira-kira kalau ngomong." omel Alegria.
Isa terkekeh mendengar omelan singkat Alegria. "Sana, cuci tangan dulu sayang." suruhnya.
Alegria lalu meletakkan baskom yang berisi kripik singkong di meja, lalu berjalan ke wastafel untuk mencuci tangannya.
"Bunda, kroketnya sudah bisa di makan belum?" tanya Vajen.
"Seribu satu " teriak Alegria.
"1000 dollar pun gue beli, Ya. Asalkan sama yang bikin." goda Vajen.
Isa menggelengkan kepalanya sembari mendekatkan piring yang berisi kroket ke Vajen. "Kalian ini." ia begitu pasrah saat ini, tapi rasa senangnya lebih mendominasi.
Mau pantengin terus sampai tamat ahh 😁
Semangat kak bikin ceritanya 🤗 ditunggu sampai happy ending yahh 😘