Menaklukkan Nyonya Misterius

Sebelum masuk ke dalam kantor Kavendra Grup, Arzian terdiam sejenak. Pria itu tersenyum kecut. Beberapa hari lalu dirinya mendaftar dan interview sebagai pelayan pria, kini ia datang kembali ke kantor dengan posisi berbeda. Suami dari pemilik sekaligus CEO Kavendra Group

"Tuan Arzian, kok masih di sini? Ayo kita langsung ke ruangan Nyonya Yumna, beliau sudah menunggu Tuan," ajak Alien. Arzian jalan duluan diikuti Alien di belakang, atas petunjuk dari Alien. Akhirnya Arzian sampai juga di ruang kerja Yumna di kantor.

"Masuk!" titahnya dari dalam, saat Alien mengetuk pintu.

"Arzian duduk dulu saja, mungkin sebentar lagi pengacara keluarga akan datang. Untuk menyaksikan kita tanda tangan di kontrak pernikahan yang saya buat." Tanpa bertanya lagi, Arzian langsung duduk di soffa panjang yang ada di ruangan tersebut.

Yumna mulai fokus berkerja, Arzian iseng memperhatikannya. Di setiap kesempatan, wanita yang kini berstatus sebagai istrinya dalam kontrak itu selalu terlihat cantik. Bajunya memang sopan, baju kerja biasa. Namun, baginya terlihat sangat seksi sekali. Imannya terus-menerus diuji. Karena harus melihat kecantikkan dan keseksian Yumna, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena tidak mendapatkan memiliki Yumna seutuhnya, seperti seorang suami lainnya.

Ketukkan membuyarkan lamunan Arzian, tak lama kemudian masuklah Amara, Alien dan wanita tidak kalah cantik dari Amara. Ternyata wanita itu adalah Devita, pengacara keluarga Kavendra sekarang.

Yumna bangkit, meninggalkan pekerjaannya dan menghampiri sang pengacara. Mereka semua langsung duduk di soffa panjang. Sebelum tanda tangan, Devita menjelaskan peratura-peraturan yang telah Yumna buat. Ia juga menjelaskan banyal hal mengenai kontrak itu, hingga akhirnya Arzian dan Yumna menandatangai surat kontrak itu. Setelah selesai tandatangan, surat kontrak itu sudah sah dan bisa dijalankan.

Pekerjaannya telah selesai, Devita pamit pergi pada Yumna. Setelah kepergian Devita, Arzian tidak tahu harus melakukan apa lagi di ruang kerja Yumna.

"Arzian!" panggilnya dengan wajah datar.

"Iya, Nyonya. Saya di sini."

"Mulai sekarang kamu akan bekerja di perusahaan ini, untuk posisinya nanti Alien dan Amara yang akan mengujimu. Agar bisa mendapatkan posisi yang sesuai dengan keahlianmu, tentu tidak mungkin saya tetap membiarkan kamu terus menjadi pelayan pria di mansion. Atau bahkan seorang pengangguran, walau saya setiap hari bahkan setiap bulan memberikan uang yang cukup untukmu. Apa kata orang nanti, suami seorang pemilik perusahaan sekaligus CEO ternama adalah pria yang tidak punya keahlian. Kerjaannya hanya mengandalkan istri saya," jelasnya panjang lebar.

Arzian mengangguk saja, untuk masalah pekerjaan. Sebenarnya ia menganggur atau bekerja, tentu lebih memilih bekerja saja. Toh sekarang bekerja kantoran, seperti dirinya dahulu sebelum jadi pelayan pria. Arzian bahkan sangat semangat sekali akan menjalani testnya, ia akan buktikan dengan kemampuannya sendiri bisa mendapatkan posisi yang bagus di perusahaan.

Arzian baru saja selesai test, ia test di ruang kerja Alien. Arzian di suruu tunggu sebentar, karena Alien, Amara dan Yumna harus berdiskusi terlebih dahulu. Puas berdiskusi, Alien memanggil Arzian untuk ikut dengannya ke ruang Yumna.

"Setelah kami berdiskusi, saya sebagai CEO memutuskan untuk memberikanku posisi sebagai

Direktur Pemasaran. Saya harap setelah mendapatkan posisi yang bagus, kamu dapat bekerja yang baik untuk perusahaan ini." Arzian menutup mulutnya tak percaya, dirinya benar-benar mendapatkan posisi yang sangat bagus sekali. Impiannya selama ini.

Dari bagroundnya, Arzian memang pantas mendapatkan posisi itu. Yumna berharap keputusannya memang tidak salah.

"Bagaimana Arzian kamu tidak keberatan mendapatkan posisi itu?" tanya Yumna sengaja untuk memancing suami kontraknya agar bisa jujur.

"Tidak, Nyonya. Bahkan saya sama sekali tidak menyangka mendapatkan posisi sebagus itu, walau sekarang saya suami kontrak Nyonya. Nyonya Yumna tidak perlu khawatir, saya pastikan akan bekerja dengan sangat baik. Tidak mempermalukkan Nyonya." Arzian terlihat begitu bersemangat sekali.

Seutas senyuman muncul di bibir milik Yumna, tetapi ia segera menghapus senyumannya. Agar tidak ada yang melihat.

"Saya ingin pembuktiannya, bukan hanya janji palsu saja."

"Siap! Nyonya!"

Sebenarnya posisi itu juga sedang kosong, tetapi Yumna juga tidak akan asal memberikan posisi yang cukup bagus di kantor. Jika ia tidak percaya kepada Arzian.

***

Arzian merebahkan dirinya di ranjang milik Yumna, ia lelah sekali. Setelah di kantor, Yumna memperkenalkan dirinya sebagai suami dan direktur pemasaran, sebenarnya Arzian mulai bekerja masih besok. Namun, Yumna memintanya berbelanja ke mall. Agar tidak terus-terusan Alien dan Amara yang menyiapkan jas dan barang-barang lainnya yang akan digunakan Arzian ke kantor.

Arzian belanja ditemani Alien, banyak sekali yang harus Arzian beli ternyata. Untung membayarnya dengan kartu unlimited milik Yumna yang ada di tangan Alien.

Mumpung tidak ada Yumna, Arzian ingir tidur sebentar di ranjang. Sebenarnya seluruh kamar sangat wangi dengan wangi kesukaan Yumna, terlebih, dengan ranjangnya malah tercium bau badan Yumna.

Baru beberapa menit ponselnya berbunyi, Arzian hanya melirik sebentar. Yang menghubunginya adah Faisal, sungguh Arzian sedang malas berbicara dengan pria tua itu sekarang. Karena sekarang ia sedang ingin berleha-leha dulu, menikmati menjadi Tuan Arzian dulu. Dari pada pusing memikirkan misi dan misi. Yang ada bisa stress nanti.

Ponsel yang Arzian maksud adalah ponsel baru yang  tadi diberikan oleh Yumna, ponsel yang bisa digunakan saat di mansion. Karena telah dilengkapi pemancar sinyal. Walau Yumna juga telah memberitahukan, bahwa ponselnya itu juga sudah di sadap. Jadi Arzian tidak bisa menggunakan untuk macam-macam.

Saat di mall tadi, Arzian memang memghubungi Herfiza sebentar. Memberitahukan tentang ponsel barunya itu, mungkin Herfizalah yang telah memberitahukan nomor barunya pada Faisal.

Satu jam tidur sudah sangat cukup bagi pria itu, Arzian langsung bangun. Perutnya tiba-tiba berbunyi, sepertinya ia lapar karena sudah waktunya makan siang. Namun, belum makan juga.

Arzian sudah berganti baju biasa, ia keluar kamar untuk pergi ke ruang makan. Di ruang makan ternyata yang lain sudah selesai makan, Arzian melihatnya dari jauh. Ia tidak berani ke sana, apalagi tidak ada Yumna. Arzian masih belum berani berbaur dengan keluarga Kavendra dengan status barunya sekarang.

Perutnya semakin berbunyi, ia memutuskan ke dapur saja. Meminta makanan kepada pelayan, mereka pasti dengan senang hati membuatkannya makanan.

"Tuan Arzian, ada apa ya ke dapur? Apa Tuan sedang membutuhkan sesuatu?" tanya Dodi berusaha sopan, tetapi malah mendapatkan cubitan dari teman lamanya. "Enggak usah terlalu formal kali kalau lagi berdua gini, santai saja."

"Oke, kalau itu yang loe mau. Gue turuti, sebenarnya loe mau apa ke dapur?" Arzian memanerkan giginya. "Gue laper nih, ada makanan enggak? Atau enggak tolong buatin yang simple aja. Biar gue bisa makan," pintanya memelas.