Kisah sebuah pertemanan yang berawal manis hingga renggang dan berakhir dengan saling berdamai. Pertemanan yang salah satu diantara keduanya menaruh bumbu rasa itu terjadi tarik ulur. Sampai memakan banyak kesalahpahaman. Lantas, bagaimanakah kisah selanjutnya tentang mereka? apakah keduanya akan berakhir hanya masing-masing atau asing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Jalan Terbaik
Sesampainya mereka di cafe, mereka pun memesan makanan dan minuman. "Van, lo masih kecewa sama mama papa lo?" tanya Dhara menghentikan Vano yang tengah mengunyah makanannya.
Vano tetap melanjutkan makanannya dengan santai. "Ya mau gimana lagi, udah takdirnya kan mereka pengennya gitu." pasrahnya mungkin perasaannya mulai mengikhlaskan keputusan orang tua nya dan mengikuti apa yang orang tua nya inginkan.
"Gue mau bilang sesuatu sama lo," ucap Adhara pelan.
"Tentang apa?" tanyanya.
"Barusan mama lo ngechat gue, dia bilang mereka nggak jadi pisah." celetuk Dhara membuat Vano belum percaya.
"Gue nggak apa-apa kok, Ra. Lo nggak perlu hibur gue pake kayak gitu." tanggapan Vano masih melahap makanan yang ada didepannya.
Sedangkan Langit hanya menyimak obrolan Adhara dan Vano karena dirinya tak ingin mengganggu urusan keluarga.
"Dari tadi gue lagi telponan loh sama mama lo, nih mending lo dengerin penjelasannya."
Akhirnya Vano pun mau di ajak berbicara dengan kedua orangtuanya melalui telepon.
"Halo, Sayang ..." ucap Nadira, mamanya Vano.
"Halo, mah." jawabnya singkat. Vano terlihat belum bisa diajak berbicara dengan kedua orangtuanya karena ia merasa tidak memiliki support system lagi kecuali dari Adhara.
Adhara dan Langit menyimak pembicaraan antara Vano dan mamanya. Saat itu juga Langit tiba tiba buka suara. "Orang tua adalah segalanya. Dua orang yang selalu ada disaat lo senang maupun sedih. Mereka yang selalu dengerin cerita keluh kesah hidup lo selama ini. Ketika perasaan mereka tersakiti dan hanya ada satu cara untuk menghentikan rasa sakit itu dengan berpisah, mereka masih mikirin diri lo nanti kedepannya seperti apa. Tuhan itu baik, jaga kedua orang tua lo seperti mereka menjaga lo sampai bisa sedewasa ini." ucapan Langit benar benar masuk kedalam hatinya Vano.
Tak lupa juga dengan sambungan telepon yang belum dimatikan, Nadira sang ibu dari Vano pun mendengar jelas.
Hening suasana setelah Langit mengeluarkan kata kata berharganya yang belum pernah di posting ke blog pribadinya yang bernama Raga Langit.
"Em-mah?" ucap Vano gugup.
"Iya? anak mama kenapa?" tanya beliau sangat berbeda dari sebelumnya.
Dhara dan Langit hanya saling menatap satu sama lain seraya mendengarkan obrolan Vano dengan mamanya.
"Vano minta maaf sama mama kalo selama ini Vano ada salah. Jujur, Vano pernah boong sama mama. Aku pernah bilang ke mama kalo aku pacaran sampe bikin papa marah." ujar cowok itu menunduk.
Nadira menghempaskan napas panjang, "Walau sebenarnya kamu nggak pernah pacaran kan? mama udah tau dari Dhara." jawab Nadira datar.
Vano menatap Dhara sekilas, "Mama marah ya, sama Vano?" tanyanya mulai gelisah.
"Iya. Bukan cuma mama, tapi papa juga marah sama kamu dan sekarang papa ingin bertemu sama kamu." ujar beliau serius.
Dhara menepuk bahu Vano pelan, "Jalani selagi ada kesempatan."
"Iya, Vano segera pulang, Mah. Oh iya, sampein ke papa kalo Vano mau pulang." ucap cowok itu.
"Ya, hati-hati dijalan." nasehat Nadira.
(Panggilan pun berakhir)
Setelah itu Vano, Dhara dan Langit pun bersiap untuk kembali ke Jakarta menaiki mobil milik Langit. Mereka akan pergi ke Jakarta pada pagi hari esok.
Sekian lama penantian Vano melihat kedua orang tua nya berbaikan kini membuat hatinya tenang. Adhara bersama Langit pun turut merasa lega.