Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Sudah melewati masa kritis
Saat Gilang ingin mendonorkan darah untuk Aqilah.Angga baru ngeh, kalau adiknya itu memiliki darah B positif.Sementara Gerry sendiri nampak tidak suka dengan hal itu, karena pria itu akan menjadi penyelamat Aqilah dan otomatis pria itu akan mendapatkan simpati orang tua Arumi yang ternyata orang kaya.Dia tidak menyangka Arumi telah membohongi dirinya tentang orang tuanya.
Sementara Aleta menatap Gilang dengan penuh tanda tanya."Kok bisa ya, golongan darah pria itu bisa sama dengan Aqilah.Apa ini hanya kebetulan saja?" pikir Aleta dalam hati.
" Ada apa? Mami seperti memikirkan sesuatu?" tanya Irawan.
"Tidak ada,Pi!Aku hanya panjatkan puji syukur kepada Allah SWT,karena telah menghadirkan pria di tengah kita yang ingin mendonorkan darahnya untuk cucu kita," ucapnya lirih.
Kalimat cucu yang keluar dari mulut istrinya, Irawan kurang suka jika Aleta menganggap anak Arumi sebagai cucunya.Namun saat ini, pria paruh baya itu membiarkan hal itu karena tak ingin mendebat dengan istrinya
"Apa anda sudah siap?" tanya sang Dokter.
"Sudah,Dok."
"Kalau begitu ikutlah dengan ku!" kata Dokter.
Selepas dari perkataan dokter, Irawan dan Gilang memasuki ruang sebelah lalu di minta untuk berbaring di ranjang rumah sakit untuk di ambil darahnya.Setelah darah mereka terkumpul di kantong darah , mareka di izin untuk keluar dari ruangan tersebut.Kemudian dokter kembali ke ruangan UGD bersama Suster dengan membawa dua kantong darah untuk didonorkan pada pasien.Namun,suster yang menjaga pasien terlihat panik.
"Dok,detak jantung pasien melemah dan turun drastis dari batas normal."
Dengan sigap Dokter melakukan tindakan dengan mengambil alat pacu jantung dengan menekan ke arah dada pasien dan di ulang beberapa kali akhirnya dokter bisa bernafas lega karena detak jantung pasien kembali normal.
" Hufff....untuk pasien masih bisa di selamatkan."
"Iya,dok, Alhamdulillah."
Kemudian dokter segera melakukan transfusi darah pada pasien karena pasien kehilangan banyak darah saat mengalami kecelakaan.Sementara Aleta mondar mandir di depan pintu UGD karena mencemaskan putrinya.Tetapi Gerry nampak kesal melihat Angga dan Gilang terus berada di rumah sakit .
" Apalagi yang kalian tunggu? Cepat pergi dari sini!Kalian ini bukan siapa-siapa Arumi sementara aku suaminya," tegas Gerry dengan penuh percaya diri.
Gilang mengerucutkan bibirnya."Ngeselin juga nih suami Arumi! Aku tidak habis pikir, kenapa Arumi sampai menikah dengan pria yang tidak ada bagus-bagusnya sama sekali, udah songong ,jelek, kurus lagi?"batin Gilang dengan perasaan kesal.
"Suami katamu?Bukannya bentar lagi mantan suami ya?"sindir Angga dengan sengaja.
Karena tidak terima, pria itu menarik kerah baju Angga lalu mencengkeramnya."Sampai kapanpun,Arumi akan tetap menjadi istriku.Ingat itu!!"
Tetapi Angga terlihat tenang." Loh.. kenapa kamu marah?Padahal Arumi sendiri yang mengatakan ingin berpisah darimu.Aku tidak mengarang cerita ya, aku dengar langsung dari Arumi, saat ibu kamu datang ke perusahaan aku."
Karena Gerry adalah orang yang tidak bisa menahan emosi hingga menghajar Angga tanpa mempedulikan kalau dia berada di rumah sakit dan sedang di perhatian oleh orang tua Arumi.
Bukannya melawan, Angga hanya diam atas pukulan Gerry tanpa melakukan perlawanan membuat ayah Arumi geram, hingga menarik tangan Gerry dengan kasar lalu melayangkan tangannya ke arah arah wajah pria itu.
Plakk!
Tamparan yang begitu keras hingga Gerry merasakan sakit dan perih di bagian pipinya.Ini adalah tamparan pertama kali di dapatkan oleh Gerry hingga pria itu akan sulit melupakan tamparan tersebut hingga mengepalkan tangannya karena kesal.
" Kamu salah besar melakukan ini padaku pria tua, karena sama saja kamu mengajakku berperan. Baiklah, kehancuran mu di hitung dari sekarang !" batin Gerry yang akan membalas perlakuan Irwan terhadap dirinya.
"Kenapa? Tidak terima? Dasar pria berandalan tidak tahu diri.Seharusnya kamu yang pergi, bukan mereka!Lagi pula, aku tidak sudi punya menantu seperti kamu.Jadi aku pastikan kamu dan Arumi akan secepatnya bercerai setelah dia sadar. Aku sendiri yang akan mengurusnya.Sekarang juga pergi dari sini, kalau tidak?! Aku sendiri yang akan menyeret kamu keluar dari rumah sakit ini," ucap Irawan dengan penuh penegasan.
Tanpa mengatakan apapun, Gerry cabut meninggalkan rumah sakit dengan rasa kekesalan karena kehadiran dia tidak dianggap sebagai menantu oleh ayah Arumi.
Tak lama kemudian, Dokter keluar lalu menyampaikan kabar kalau dua pasien sudah melewati masa kritisnya
Mendengar hal itu, akhirnya mereka bisa bernafas lega kembali.
"Syukurlah, Dok! Anak dan cucuku masih bisa dokter selamatkan.Apa kami boleh masuk?"tanya Aleta yang tidak sabar lagi melihat keadaan Arumi di dalam.
"Boleh, tapi hanya sebentar.Karena pasien belum di pindahkan di ruang inap."
" Baik,Dok."
Setelah itu,mareka masuk lalu mendekati pasien yang belum tersadarkan diri.Sementara Gilang, ingin sekali memeluk Aqilah dan ingin mengatakan kalau dirinya adalah ayah dari anak kecil itu.Tapi lidahnya terasa kelu untuk mengungkapkan hal itu hingga pria itu memilih diam.
Sementara Angga melihat Arumi dan Aqilah terbaring di rumah sakit rasanya tidak sanggup.Dia menyalakan dirinya atas apa menimpa Arumi dan Aqilah, karena dia yang telah meminta sopirnya untuk mengantar mereka pulang.
" Jika aku yang mengantar kalian pulang, mungkin ini tidak akan terjadi pada kalian berdua," sesal Angga dengan mata berkaca-kaca hingga butiran bening mengalir di sudut matanya.
Tetapi pria itu segera berbalik badan lalu menghapus tetesan air mata yang jatuh di pipinya karena pria itu tidak ingin menunjukkan kesedihannya di hadapan orang tua Arumi begitu juga di hadapan Gilang.
Drink...Drink...
Terdengar suara dering panggilan telepon dari saku celana Gilang hingga pria itu menerima panggilan tersebut.
"Iya,Mi. Ada apa?"
"Pulang sekarang!"
"Tunggu sebentar,Mi! Kami masih ada di rumah sakit."
" Gi---"
Gilang langsung mematikan sambungan telepon maminya padahal wanita paruh baya itu masih ingin mengatakan sesuatu pada putra bungsunya.
"Mami, kenapa? tanya Angga di samping telinga Gilang.
"Dia menyuruh kita pulang!" bisik Gilang.
"Maaf, kami harus pulang.Mungkin besok kami kesini lagi untuk menjenguk Arumi dan Aqila," pamit Angga setelah mengetahui kalau sang Mami menginginkan mereka pulang.
" Terima kasih ya, kalian sudah peduli sama Arumi dan Aqilah.Kalian hati-hati di jalan!"ucap Aleta yang begitu ramah pada mereka.Berbeda halnya dengan Irawan yang terlihat dingin.
++++
Di lain tempat, Jessi yang berada di rumah terlihat bahagia mendengar kabar kalau Arumi mengalami kecelakaan.Hingga wanita itu tersenyum sinis yang lagi duduk di pinggir tempat tidur membayangkan Arumi ditangisi banyak orang karena wanita itu telah meninggal dunia.
"Yes...dengan meninggalnya Arumi,aku punya peluang besar untuk menjadi kekasih Angga atau perlu jadi istrinya agar aku bisa jadi nyonya di keluarga Baskoro" pikirnya yang lagi berkhayal ingin menjadi istri Angga.
Sambil nunggu update selanjutnya.Mampir juga di karya teman aku 👇
Sambil nunggu update karya selanjutnya.Mampir juga ya di karya teman aku 👇
Sambil nunggu update karya aku selanjutnya.Mampir juga ya di karya teman aku 🤗🥰
sebenarnya Gerry yg tlg mencuri wang ibunya...🤣🤣🤣