Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permohonan Mertua
Di Rumah Mutia.
Oma dan Mutia selesai sarapan, Oma nanti siang akan kembali ke Jakarta namun ada hal penting yang ingin Oma sampaikan pada Mutia. Mutia memberikan Teh hangat juga cemilan di depan Oma Nani lalu duduk di sisi Oma Nani.
"Mama jadi pulang nanti siang??" Tanya Mutia memastikan.
"Apa Mama tidak capek baru semalam udah mau balik lagi??" Tanya Mutia mengkhawatirkan mertuanya.
"Aku ingin cucu-cucu Mama lebih lama bersama Mama Nak... Jadi Pumpung masih liburan panjang Mama ingin bersama mereka..." Kata Oma Nani lalu meminum teh buatan menantu tersayangnya itu.
"Baiklah, Mama jaga kesehatan ya, nanti biar Mutia antar ke Bandara..."Sahut Mutia.
" Tapi nanti Mama mau mampir ke kantor dulu , mau nemuin Haris..."Ujar Mama Nani pada Mutia.
"Baik Ma... Tak apa Mutia antar..."Kata Mutia meski ada rasa berat di hatinya.
Hening.
Oma nampak mengatur nafas lalu memejamkan matanya, begitupun Mutia yang sedikit was-was akan apa yang di sampaikan Mama mertuanya.
Tiba-tiba Mama bangkit dari duduknya lalu beralih menghadap Mutia yang tengah duduk. Dan Mama berlutut di hadapan Mutia, Matanya berkaca-kaca penuh dengan permohonan yang belum terucap dari bibirnya.
"Mutia... Mama mohon dengan sangat, Meski sebegitu bejatnya anak Mama... Tolong... Tolong jangan tinggalkan Dia... Jangan Berpisah darinya sampai kapanpun..."Kata Mama sambil memegang tangan Mutia penuh dengan harapan.
Mutia menunduk, bingung harus menjawab apa, jujur hatinya menolak, tapi melihat mertuanya sampai berlutut di depannya saat ini, untuk berkata tidak rasanya lidahnya seperti tercekat. Bulir-bulir Kaca pada mata Mutia dan Oma Nani kini sudah mengalir.
Oma Nanti merasa egois tidak mengerti betapa sakitnya hati Mutia jika tetap bertahan, namun Oma Nani tak ingin jika ada perpisahan dari anaknya. Mutia terlalu baik untuk dia lepas dari menantunya. Cucu-cucunya juga akan menjadi korban dari kehancuran rumah tangga anaknya itu.
"Ma... Maaf... Mutia..." Mutia tidak kuat meneruskan omongannya saat Oma Nani justru memeluk lututnya penuh permohonan yang semakin tidak bisa dia bendung.
"Tolong... Jangan lakukan... Mama benar-benar memohon padamu Mutia.... Terserah kamu jika tidak ingin tinggal bersama dengan Haris, namun tetap jadilah istri Haris... " Kata Oma Nani dengan posisi yang masih sama.
Mutia menggeleng lalu melepas tangan Oma Nani, memohon Oma Nani untuk berdiri dari duduknya itu. Mutia merasa tidak sopan jika mertuanya duduk seperti itu sementara dirinya berdiri.
"Sudah ya Ma... Mutia belum bisa jawab... Jangan seperti ini..." Kata Mutia setengah memaksa pada Oma Nani yang tetap bersikukuh itu.
"Jadi istri Mas Haris atau pun tidak Mutia tetap menganggap Mama sebagai orang tua Mutia sendiri. Mutia akan tetap sayang Mama sampai kapanpun..." Kata Mutia meraih tangan Oma Nani.
"Ku mohon Sayang, tolong jangan bercerai, bertahanlah, Mama yakin Haris masih mencintaimu..."Kata Oma Nani masih terus memohon pada Mutia.
Mutia masih tetap tak bisa, hatinya belum bisa menerima, kekecewaan pada Haris sudah teramat besar. Namun ada sedikit keraguan pada diri Mutia saat wajah yang menua di depannya itu begitu sedih dan kecewa. Seharusnya di usianya yang sudah tua Oma sudah tidak perlu memikirkan bagaimana anak-anaknya. Sudah menikmati hidup damai bersama cucu-cucunya juga anak-anaknya, namun kini Mutia justru membuat wajah itu begitu terluka dan sedih yang mendalam.
"Baik lah Bun, Mutia akan coba untuk bertahan... Namun Mutia butuh waktu, Mutia perlu sendiri untuk menyembuhkan semua luka ini... Jadi Mutia minta maaf Mutia mungkin tidak bisa menjadi istri yang baik karena tidak bisa mendampingi Mas Haris... " Kata Mutia pada Akhirnya.
Yah, jika itu yang Omanya inginkan, Mutia akan mencoba menjalaninya, meski menjalani pernikahan di atas kertas yang pahit dan menyakitkan.
***
Mohon maaf Up-nya sedikit ya pembaca...
Baru banyak ujian...
jangan lupa tetap tinggalkan jejaknya ya...
terimakasih 🙏🙏🙏💗
memang benar kita akan merasakan sakitnya dan kehilangan ketika semua sdh pergi.
senang bacanya, sllu penasaran di setiap episode, banyak pembelajaran yg diambil,,,,Mksih yaa thor...🙏🥰
senang bacanya, sllu penasaran di setiap episode, banyak pembelajaran yg diambil,,,,Mksih yaa thor...🙏🥰