Naomi Allura Karina seorang mahasiswi jurusan manajemen yang sering disapa Karina itu meninggal karena ingin menyelamatkan anak kecil yang akan tertabrak mobil.
Bukannya pergi tenang ke surga tapi Karina justru masuk ke dunia novel dan terbangun sebagai Aurora Evangeline Elowen nona keluarga Duke Elowen.
Sialnya lagi dia terkenal sebagai nona yang sangat menggilai putra mahkota yang merupakan calon tunangannya. Dimana dia nanti akan mati ditangan tunangannya sendiri karena dituduh meracuni adiknya.
Karina bertekad untuk menjauhkan diri dari sang malaikat mautnya bagaimanapun caranya dan mendapatkan kebahagiaan yang diinginkannya.
Adelardo Aldric Luca Griffin sang putra mahkota yang berhati dingin dan kejam itu sangat tidak menyukai Aurora karena sikapnya yang selalu menjadi benalu baginya, tetapi suatu hari sang calon tunangannya itu tiba-tiba berubah menjadi membencinya.
Apakah Aurora yang merupakan Karina berhasil menjalankan rencananya dan mendapatkan kebahagiaan???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardatus Sholeha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berdansa dengan malaikat mautku
Seketika suasana ruangan itu tiba-tiba hening, semua orang tampak terkejut juga dengan hal didepan mata mereka
Hanya musik yang masih mengalun terus
Siapa yang tidak terkejut jika putra mahkota yang anti dengan hal berbau interaksi apalagi dengan wanita, tiba-tiba ikut masuk berdansa dengan wajah yang ehh... Ya agak lain memang
Tapi yang membuat lebih aneh lagi gadis yang dipeluknya itu adalah orang yang selalu ingin dijauhi nya
"Lanjutkan dansa kalian!" Seru Raja menghentikan tatapan penasaran dari semua orang
Mereka semua mulai berdansa kembali mengikuti alunan musik
"Kita bertemu kembali bukan?" Ucap Adelardo dengan senyuman miringnya
Aurora bahkan hanya bisa mematung, tubuhnya terasa kaku untuk sekedar menggerakkan tangannya Lidahnya kelu untuk membalas perkataan dari pria di depannya, ini terlalu mendadak
" kenapa kau hanya diam? Dimana keberanian mu untuk melawan ku seperti tadi saat di taman?" Ucap Adelardo meremehkan
Aurora segera ingin melepaskan pelukan itu, tubuh
mereka benar benar menempel dengan eratnya
"Tolong lepaskan saya yang mulia! Kita terlalu dekat" ujar Aurora pada Adelardo
Tangan aurora berusaha mendorong tubuh dari adelardo untuk menjauh dari dirinya
Tapi bahkan sedikit pun tubuh mereka tidak bergerak, usaha dari Aurora tidak membuahkan hasil sama sekali
Tenaganya jelas kalah jauh dari Adelardo, apalagi kedua tangan dari pria itu memeluk erat pinggang dan punggung nya seakan tidak akan melepaskannya
"Yang mulia saya mohon, saya tidak nyaman!" Seru Aurora kesal
Adelardo menaikkan salah satu alisnya mendengar ucapan gadis itu " Kamu bilang apa? Tidak nyaman huh, bahkan ini bukankah yang selama ini kamu inginkan"
Aurora mendongak menatap mata hitam itu dengan berani " Apakah anda tuli yang mulia? Saya sudah bilang bahwa saya tidak menyukai anda lagi!" Tegasnya sambil terus memberontak
Adelardo terkekeh mendengar jawaban tidak terduga itu" Kamu mengatai aku tuli? Baiklah aku akan benar benar tuli jika terjadi sesuatu" ujarnya lirih dan tajam
"Apa maksud dari ucapan anda itu" Aurora bertanya bingung
"Ucapan yang mana?" Tanyanya pura-pura tidak mengerti
"Yang mulia jangan bercanda! " tuntut Aurora pada Adelardo
Adelardo justru memindahkan tangan aurora yang tadinya ada di dadanya, untuk menahan agar mereka tidak terlalu dekat
Adelardo meletakkan tangan Aurora di bahunya dan menarik gadis itu agar semakin mendekat padanya
Aurora yang ditarik mendadak itu sangat terkejut, bahkan dirinya tidak sadar saat tangannya di pindahkan ke atas bahu pria itu
Adelardo mendekatkan wajahnya pada Aurora yang di balas sebaliknya oleh gadis itu
"Bukannya kita harus berdansa Nona Aurora? Apa anda ingin kita terus seperti ini, aku juga tidak masalah dengan itu" ucap Adelardo dengan pedenya
Aurora mendengus" Anda sungguh percaya diri sekali yang mulia, saya tidak ingin berdansa dengan anda. Jadi lepaskan saya sekarang!" Aurora menjawab dengan lugas
"Apa kamu baru saja menolak perintah Putra mahkota Nona Aurora Elowen" ujar Adelardo tenang
"Anda pasti tahu bukan apa yang akan didapatkan orang yang berani menolak perintah dari Putra Mahkota? Sebuah hukuman yang akan selalu anda ingat " Sambungnya sambil menyeringai menang
Aurora tersentak mendengar itu, bener juga bagaimana bisa dia meremehkan pria ini. Dia kan merupakan malaikat mautnya
Ahh tidak Aurora tidak ingin mendapatkan hukuman apapun! Apalagi sampai mengancam nyawa nya.
Sebaiknya dia menuruti kemauan dari Putra Mahkota ini dari pada dia mendapatkan masalah
" A-anda tidak bisa menggunakan itu untuk mengancam saya yang mulia" Aurora gugup saat ini "Humm jika aku memilikinya kenapa tidak Nona Aurora, itu wajar bukan" Balas Adelardo enteng
"Lebih baik kita segera berdansa, karena orang orang mulai memperhatikan kita kembali " bisik Adelardo
Aurora yang mendengar itu segera mengedarkan pandangan matanya dan benar saja orang-orang memperhatikan mereka walau sambil berdansa
Akhirnya mereka berdansa bersama seperti yang lain, mengikuti alunan musik yang lebih dalam dari sebelumnya
Membuat suasana semakin romantis diantara mereka, kecuali dua orang yang dari tadi terus beradu
Aurora benar-benar merasa tertekan dengan situasi ini, jantung nya berdebar melebihi ketika dia bersama dengan Duke Richard tadi
Sebenarnya ini lebih kepada ketakutan dari pada berdebar karena jatuh cinta
Dari tadi Aurora berusaha mengalihkan matanya agar tidak bertatapan dengan Putra Mahkota, karena mata dari pira itu cukup bisa membiusnya
"kenapa kamu tidak mau menatap ku? Apakah aku tidak tampan" Adelardo memulai percakapan sambil terus berdansa
"Saya tidak tahu yang mulia" jawab Aurora sekenanya
"Bagaimana kamu bisa tidak tahu? Kamu harus menatap ku dengan baik-baik agar bisa menilainya bukan" adelardo tidak menyerah
"Saya hanya tidak tertarik untuk menatap anda"
Aurora hanya kembali mengalihkan pandangannya setelah menjawab
Adelardo mengulurkan lengannya dengan tangan keduanya yang masih bergandeng, Aurora memutar tubuhnya keluar dan kembali memutar masuk ke dalam rengkuhan adelardo
"Kenapa? Kamu takut akan kembali jatuh cinta kepadaku?" Tanya Adelardo menantang
Mendengar pertanyaan terakhir keluar dari mulut Putra Mahkota itu, membuat Aurora akhirnya mendongak menatap mata hitam itu
Aurora mendapatkan pemandangan yang sangat indah saat menatap wajah dari putra mahkota, memang pesona dan aura dari tokoh utama tidak bisa diragukan lagi Jika saja Adelardo bukanlah tokoh Antagonis dan merupakan malaikat mautnya, mungkin Aurora akan jatuh dalam pesonanya
Mata hitam yang terlihat dalam, rambut hitam yang tidak tertata dengan rapi namun malah membuat nya semakin tampan
Hidung mancung nya yang tinggi dan yang membuat para gadis salah fokus tentunya adalah bibir dari pria itu
Bagaimana bisa bibir dari seorang laki-laki terbentuk sangat cantik dengan lengkungan yang begitu simetris dan berwarna pink kemerahan tanpa harus menggunakan pemerah bibir
"Saya tidak akan jatuh cinta kembali pada anda yang mulia! Justru mungkin anda yang akan jatuh cinta pada saya" jawab Aurora berani
Setelah mengucapkan itu, Adelardo membuat gerakan menjatuhkan Aurora dan menangkap nya. Adelardo mendekat kan wajahnya pada Aurora
Terasa hembusan nafas keduanya saling beradu dan mata yang saling menatap satu sama lain. Bahkan ujung hidung keduanya saling bersentuhan
Jika salah satu dari mereka menggerakkan wajahnya sedikit saja, maka bisa dipastikan bahwa kedua bibir itu akan saling bersentuhan
Bisa kalian bayangkan seberapa dekatnya mereka saat ini, yang pastinya posisi keduanya membuat beberapa pekikan tertahan dari orang yang melihatnya
"Kita lihat saja, siapa nanti yang akan jatuh cinta! Kamu atau justru diriku!" Bisik Adelardo di depan bibir Aurora
Adelardo kembali menarik dirinya dan Aurora untuk kembali berdiri tegak, dan menjadi seperti posisi awal mereka
Menggerakkan kaki nya ke kanan dan kiri secara bergantian, mengikuti alunan musik yang semakin melambat yang menandakan bahwa acara dansa itu akan segera berakhir
Adelardo tiba-tiba saja memeluk Aurora, membuat gadis itu tersentak dengan mata yang membulat dan otomatis menahan nafasnya
Pria itu meletakkan wajahnya tepat di samping wajah Aurora, dan memajukan bibirnya untuk berbisik di telinga gadis itu.