Aruna Nareswari, seorang wanita cantik yang hidup sebatang kara, karena seluruh keluarganya telah meninggal dunia. Ia menikah dengan seorang CEO muda bernama Narendra Mahardika, atau lebih sering dipanggil Naren.
Keduanya bertemu ketika tengah berada di tempat pemakaman umum yang sama. Lalu seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.
Mereka berharap jika rumah tangganya akan harmonis tanpa gangguan dari orang lain. Namun semua itu hanyalah angan-angan semata. Pasalnya setiap pernikahan pasti akan ada rintangannya tersendiri, seperti pernikahan mereka yang tidak mendapatkan restu dari ibu tiri Naren yang bernama Maya.
Akankah Aruna mampu bertahan dengan semua sikap dari Maya? Atau ia akhirnya memilih menyerah dan meninggalkan Narendra?
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya, terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon relisya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
"Sayang, kamu kenapa di sini?"
Ketika mendengar suara sang istri, Narendra langsung menatap ke arahnya. Naman pandangan matanya malah terfokus pada seorang lelaki yang berada di samping istrinya itu.
"Hai bro! Udah lama kita nggak ketemu!" seru Haikal yang langsung duduk di samping Narendra, lalu merangkul pundaknya.
Ya, ternyata Aruna datang bersama dengan Haikal. Namun wajah Aruna terlihat biasa saja, berbeda dengan wajah Haikal yang terlihat bahagia.
"Lepas!" tegas Narendra dengan nada bicara yang terdengar sangat dingin.
Haikal yang sedikit takut melihat reaksi Narendra pun langsung melepaskan tangannya, "Hahaha sorry Ren!"
"Ngapain lo datang ke sini?" tanya Narendra dengan tatapan lurus ke depan.
"Gue izin tinggal di sini ya Ren? Rumah gue disita sama pihak bank karena gue nggak sanggup bayar hutang almarhum nyokap sama bokap gue." Jelas Haikal sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada hidupnya.
Selam ini dirinya memang tinggi di sebuah kontrakan kecil, dan ia bersyukur karena kemarin Maya memaksanya untuk pindah ke rumah itu. Ya walaupun sebenarnya dirinya sedikit tak bisa terima, karena takut dengan Narendra.
"Gue nggak bisa nampung seorang pengangguran!" ucap Narendra tanpa memikirkan perasaan Haikal.
"Gue akan cari kerjaan Ren! Gue nggak mungkin juga nganggur terus!" ucap Haikal meyakinkan.
"Hmm..." Narendra hanya berdeham saja.
"Yaudah, gue ke ruang makan dulu," pamit Haikal seraya berdiri, lalu berjalan menjauh dari Narendra.
"Ayo Na kita sarapan bareng!" ajaknya yang melupakan jika Narendra ada di sana.
"Iya duluan aja." Jawab Aruna yang sedari tadi masih terdiam di samping salah satu sofa yang ada di ruang tamu.
Haikal hanya menjawabnya dengan anggukan kepala saja, lalu ia segera pergi ke ruang makan untuk menemui Maya dan Diandra yang sudah ada di sana terlebih dahulu.
"Sayang, ayo kita makan," ajak Aruna dari tempatnya berdiri.
"Hari ini kayaknya aku nggak sarapan di rumah deh! Nggak nafsu makan!" ujar Narendra yang kini menatap sang istri.
Aruna tersenyum, lalu berjalan menghampiri sang suami, "Jangan gitu, aku udah masakin kamu loh. Masak kamu nggak mau makan masakan aku?"
"Tapi aku benar-benar nggak nafsu makan sayang," tolak Narendra lagi.
"Ada apa? Kamu ada masalah?" tanya Aruna yang sudah duduk di samping sang suami. Ia juga mengusap lengan suaminya dengan lembut.
"Maaf," cicit Narendra yang masih dapat terdengar jelas oleh Aruna walaupun kini ia menunduk.
Aruna mengernyitkan dahinya, "Maaf untuk apa sayang? Kamu nggak ada salah sama aku!"
Narendra kembali mengangkat kepalanya, "Maafkan aku kalo aku belum bisa membuatmu bahagia,"
"Aku sudah bahagia bisa hidup sama kamu Narendra!" tegas Aruna.
"Tapi, ibu dan Diandra nggak bisa menerima kamu dengan baik. Maafkan aku kalo membuat kamu tersiksa," ungkap Narendra lagi.
"Nggak! Semua itu nggak benar!" seru Aruna yang saling tatap dengan Narendra.
"Sejak awal aku yang memilih untuk bertahan dengan kamu! Dan semua perbuatan mereka nggak akan pernah buat perasaanku berubah ke kamu Naren!"
"Aku bahagia, asalkan kamu selalu ada di sampingku!" sambung Aruna lagi.
Narendra tersenyum setelah mendengar jawaban sang istri, "Terima kasih sayang,"
"Nggak usah bilang gitu! Ayo sekarang kita sarapan!" ajak Aruna seraya berdiri dari duduknya.
"Iya sayang, ayo kita makanan." Jawab Narendra yang mengikuti pergerakan Aruna.
.
Sesampainya di ruang makan, Aruna dan Narendra segera duduk di kursi tempat mereka. Lalu seperti biasa, Aruna akan mengambilkan makanan untuk sang suami terlebih dahulu, dan ia akan mengambil yang paling akhir.
"Wihh! Makanannya enak banget!"