Sebuah kisah seorang ibu rumah tangga bernama Diana,iya berjuang keras untuk keluar dari jerat kemiskinan.suaminya,
Budi,tak mampu berbuat banyak karena upah yang ia peroleh dari bekerja tidak cukup untuk menutup hutang ya.
Hingga akhirnya takdir mempertemukan Diana dengan Kevin, Seorang lelaki misterius yang menawarkan sebuah kerja sama tak biasa,dimana Diana harus menjadi pemuas hasratnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
pov Budi.
setelah mendengar keterangan dari perawat di bagian administrasi, lengkungan senyum dari bibir dina kian merekah. hatinya mendadak hangat saat mendengar Kevin disebutkan. padahal sore tadi ia sudah kesel dengannya, namun secepat ini hatinya kembali berbunga. lelaki itu memang punya cara tersendiri untuk membuatnya bahagia, mungkin sikapnya memang terkesan cuek dan dingin. tapi, realitanya Kevin selalu memberikan apa yang dia butuhkan.
karena tak ingin membuat pak RT dan bu RT menunggu lama, akhirnya Dina pun beranjak untuk pulang ke rumahnya. saat Dina pergi, seseorang pun menghampiri bagian administrasi lagi.
"bagus, kerja yang baik. ini upah buat kamu. jangan lupa untuk sandiwara besok!"ucapnya sembari menyeringai.
...****************...
sepeninggal Dina dan yang lainnya, aku memilih ikut membaringkan diri di ranjang perawatan tepat di samping hijrah. anak bungsu itu tak mau jauh denganku selama berada di rumah sakit.
pikiranku berkecamuk, mengingat kejadian naas yang menimpa hijrah. aku sangat menyesalkan akan kejadian ini, bagaimana bisa hijrah terjatuh ke dalam sumur yang sudah tak terpakai itu. ini semua sangat janggal, pasalnya sumur itu tertutup triplek yang cukup berat. jika bukan orang dewasa yang membukanya, tak mungkin intan bahkan hijrah mampu membuka penutup itu.
rasa khawatir kini menyusup relung hatiku, tepatnya semua kejadian ini penuh kejanggalan, aku takut ada seseorang yang memang berniat jahat kepada keluarga kecilku. sepertinya ke depannya aku harus lebih waspada lagi.
keesokan harinya, seorang perawat sudah menghampiri hijrah, perawat itu memberitahu bahwa pagi ini hijrah akan dibawa ke ruang rontgen.
"loh sus. bukannya rontgen yang dilakukan setelah saya melakukan pembayaran terlebih dahulu?"
"sudah kok pak. Ananda hijrah sudah tercapai melakukan wawasan pagi ini di jam pertama. selama menunggu hasil, hijrah akan dipindahkan ke ruang VIP"dokter perawat itu, langsung membuatku memekik karena terkejut.
"apa, ruangan VIP? nggak mungkin sus. suster salah orang mungkin, asuransinya saja baru mau saya urus hari ini"
"mohon maaf pak. Saya hanya menjalankan tugas saja. untuk informasi lebih lanjut, silakan dicek ke tempat administrasi sedangkan putri bapak mau saya bawa ke ruang pemeriksaan terlebih dahulu"
aku jujur sangat ragu, pasalnya aku takut bahwa ini kesalahan dari pihak administrasi, seingatku kemarin sore dokter yang merawat hijrah memberitahu, bahwa proses ransel di luar dari asuransi yang aku ajukan. sedangkan pengurusan asuransinya saja belum aku lakukan, mana mungkin hijrah bisa terjadi hari ini. tak ingin menerka-nerka akhirnya aku pun menghampiri bagian administrasi. di sana barulah aku mendapatkan jawaban dari semua keraguan.
"jadi, biaya perawatan anak saya sudah ada yang bayar sus?"
"atas nama hijrah Putri Ramadan? iya sudah, pak. bahkan sebelum dokter memperbolehkan pulang, Putri bapak akan dipindahkan ke ruang VIP"
"suster nggak salah orang kan? coba dicek ulang?"
"Saya yakin pak, data ini soalnya saya yang input!"
suster kalau boleh saya tahu, siapa yang membayarnya?"
"yang membayarnya atas nama Dina Marlina"
"apa? Dina?"
...****************...
setelah mendengar isu tentang Dina yang bisa membayar hutang ke tetangga. ini muncul masalah baru yang membuat ku semakin gelisah. tadinya aku pikir ini semua ulah Yulia, karena kemarin sore ia datang menjenguk sekaligus menawarkan bantuan. namun, saat itu aku menolak tawarannya. Yulia terlalu baik, dengan dia memberikan pekerjaan saja sudah cukup, aku tak mau terlalu banyak merepotkan.
terlepas dari kebaikan yulia, harusnya saat ini aku bernafas lega, karena aku tak perlu pusing lagi memikirkan biaya pengobatan hijrah, dan yang membayarnya pun adalah Dina istriku. namun, hal itu malah membuatku ketakutan. yang jadi masalahnya, dari mana istriku mendapatkan uang sebanyak itu. karena yang setahuku, biaya pengobatan hijrah tidak sedikit apalagi tanpa asuransi, belum lagi hutangnya ke tetangga.
aku terdiam cukup lama di bangku depan ruangan perawatan hijrah. hingga sore hari hijrah yang memanggil, membuat lamunanku buyar seketika.
"ayah...! teriak hijrah. garis kecil itu menghampiriku, iya duduk di kursi roda namun bukan perawat yang mendorongnya, melainkan Julia.
"hijrah sayang, kamu sudah diperiksa?"
"sudah ayah, cuma difoto doang, tapi nggak pakai kamera, hijrah tadi lihat banyak lampu yang kedip-kedip gitu. tapi, nggak sakit kok ayah. tadi ada tante yang nemenin"
aku yang berjongkok menatap hijrah, kini mendongakkan kepala ke arah Yulia.
"tadi aku habis check up, nggak tahunya ketemu hijrah, jadi sekalian aja aku ajak ke sini, tapi, kata perawatnya hijrah dipindah ke ruang VIP, benar itu?"tutur Yulia.
"entahlah Yul, aku juga nggak tahu!"
"loh kok nggak tahu? tadi sih aku dikasih tahu sama perawatnya kalau hijrah sekarang pindah ke ruangan anggrek yang di lantai 2"
"iya, sebelum hasil rontgen keluar, hijrah dipindahkan ke sana. tapi Yul, kamu nggak bayarin pengobatan hijrah kan?"
"nggak tuh, kan kamu sendiri yang nggak mau, kenapa? kalau ada kekurangan kamu tinggal bilang aja ya!"
aku kenal Yulia, dia bukan tipikal wanita yang keras kepala. sekali aku bilang tidak, pasti dia paham, jadi itu tandanya semua ini adalah ulah Dina.
"Budi? kenapa? ada sesuatu?
"nggak Yul, makasih sebelumnya"
"serius, semua sudah beres, aku cuma minta satu, jangan pecat aku"
"kamu ini, kirain ada apa? Yulia terbahak seraya memukul lenganku. Dia berjalan lebih dulu mendorong kursi roda. sesekali ia memberikan lelucon kepada hijrah.
entahlah, interaksi keduanya begitu dekat, hijrah sepertinya sangat nyaman di dekat Yulia, pun sebaliknya. lalu, ke mana istriku? sampai tengah hari Dina belum juga kembali.
setelah memastikan keadaan hijrah, aku pun berniat menitipnya kepada Yulia, tadinya aku masih menunggu kedatangan Dina, namun hingga sore menjelang, Dina tak menampakkan batang hidungnya. hal itu tentang membuatku semakin penasaran.
Yulia tak keberatan untuk menunggu hijrah, sedangkan aku memilih pulang ke rumah, hanya sekedar untuk berganti pakaian. padahal itu alasanku saja.
Sepanjang perjalanan pulang, pikiranku tak tenang, masalah Dina membuatku terus bertanya-tanya. ada apa sebenarnya apa yang sudah terjadi selama aku bekerja.
memasuki perkampungan, hari sudah mulai gelap. aku pulang mengendarai motor milik Yulia. dari kejauhan rumahku sudah terlihat, membuatku tak sabar dengan segera sampai.
aku sengaja mematikan mesin motor di dekat rumah tetangga.
selebihnya aku mendorong motorku agar tak mengeluarkan suara gaduh suaranya berjalan mengendap-endap.
setibanya di depan pintu, aku tak langsung mengucap salam, kebetulan pintu rumah tidak tertutup rapat. dari tempatku berdiri, kulihat intan Tengah bermain dengan alat lukis. di meja ruang tamu, terlihat berantakan oleh mainan intan dan banyak makanan ringan.
ayah...
hus hus, Mama mana?
ucapku pelan, intan langsung bangkit kemudian menghampiriku. aku memeluk tubuh intan kemudian berjongkok untuk menyamai tinggi badannya.
"jangan berisik ya! ayah mau ngasih kejutan sama mama. ngomong-ngomong jajanan itu dari siapa?"tunjuk ku ke arah meja.
"itu mama yang belikan. ayah mau?"
bahkan, Dina mampu membeli makanan ringan sebanyak itu, dan jelas itu bukan ya beli di warung kelontong, melainkan di minimarket, karena tak jauh dari meja terlihat bungkusan plastik dengan logo minimarket tersebut.
"mama kamu di mana, kak?
"ada di kamar kok!"
"ya sudah, kakak lanjutin main lagi ya. ayah mau nyamperin mama dulu.
Bersambung
anak-anak jdnya ga terlantar
ya emang sih diposisi Fatma itu juga susah... tiba2 jadi istri dan ibu dari dua orang anak... masih kuliah lagi.. nggak nyari pembantu aja.
Budi juga nggak ngertiin istri kecilnya.
bisa2 depresi...
udah iklasin aja., kalau kamu tulus, insya Allah akan diberi ketenangan dan kebahagiaan walau tidak dengan Haris...
Thor bagus ceritanya.. tp perbaiki tulisannya sebelum di post, puyeng baca kalimatnya
kasihan anak2 jadi terlantar. jadi ibu tiri kayak gitu nggak mudah Lo... baru nikah, pingin seneng seneng ada anak... apa apa diribetin sama anak.
Dina juga kesalahan nya fatal banget 🤦.