meski pendiam , ternyata Clara mempunyai sejuta rahasia hidup nya, terlebih dia adalah anak dari seorang petinggi di sebuah perusahaan raksasa,
namun kejadian 18 tahun silam membuat nya menjadi seorang anak yang hidup dalam segala kekurangan,
dibalik itu semua ternyata banyak orang yang mencari Clara, namun perubahan identitas yang di lakukannya , menjadikan dia sulit untuk di temukan oleh sekelompok orang yang akan memanfaatkan nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rasa yang mulai bersemi
Clara menatap gelang kuda laut itu dalam-dalam, seolah berusaha memecahkan teka-teki yang tersimpan dalam logam dingin itu. Hatinya berdebar.
“Clara, kau baik-baik saja?” suara Luna pecah dalam keheningan.
Clara mengalihkan pandangannya. “Ya, aku—”
“Jangan coba bohong padaku. Mukamu terlihat seperti baru saja melawan monster,” Luna menunduk, jari telunjuknya menyentuh gelang itu. “Entah kenapa, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres.”
Clara merajut bibirnya. “Ini hanya...”
“Perasaan? Rasa suka?” Luna membuka matanya lebar, mengerutkan keningnya. “Kau bukan hanya tertarik pada Peter. Kau terjebak. Jangan lupakan siapa dia!”
Mata Clara menajam. “Dan dia bukan monster, Luna. Dia—”
“Dia anak ketua mafia!” Luna mendesak, memotong kalimat Clara. “Dia bagian dari semua ini, Clara. Keluarga kita kehilangan segalanya karena orang-orang seperti dia.”
“Dia tidak bertanggung jawab atas pilihan orang tuanya,” Clara berusaha mempertahankan ketenangan.
“Tidak ada pilihan di dunia ini yang benar atau salah. Semua orang pasti tahu bahwa keluarga Peter...”
Clara merasa emosi membakar. “Makanya, aku ingin tahu lebih banyak tentang dirinya. Tentang keluarganya!”
“Dan apa? Melemparkan hatimu ke dalam api?” Luna melanjutkan, meragukan. “Kau tahu betul resikonya.”
“Bukan semata-mata soal cinta, Luna. Saat kita berada di Sky Corp, kita melihat ada yang salah. Banyak yang hilang. Kita harus mencari tahu lebih dalam,” Clara berkata dengan bersemangat.
“Aku khawatir, Clara. Bukan hanya tentang Peter. Tapi juga tentang hidupmu,” Luna menjawab keras, menggenggam bahu Clara. “Kau sangat berharga. Jangan sampai terlena.”
Clara merasakan sakit di dadanya. “Hidupku sudah terjebak dalam puzzle ini. Yang bisa kulakukan hanyalah menggali lebih dalam,” ujarnya, menepis tangan Luna.
“Jadi kau sudah memutuskan?” Luna melangkah mundur, meruncingkan tatapannya. “Tentang Peter?”
Mendengarnya, Clara merasakan detak jantungnya meningkat. “Tidak hanya tentang Peter. Tentang gelangkah. Tentang siapa aku sebenarnya.”
Luna terdiam sejenak, kemudian menarik napas. “Baiklah, tetapi janji padaku. Jika dia menginginkan sesuatu yang lebih dari sekadar informasi—”
“Aku akan berhati-hati.”
“Aku tidak mau kau tersakiti. Tidak lagi,” suara Luna melunak.
Clara mengangguk, merasakan kepedihan mendesak di sudut hatinya. “Kutahu.”
Mereka melanjutkan langkah mereka menuju Sky Corp, namun larut dalam pikiran masing-masing. Sesampainya di gedung perusahaan, Clara menatap bangunan megah itu, meresapi aura dingin dan seriusnya.
“Masuklah,” Luna berkata, membuka pintu.
Di dalam, Clara terpesona oleh suasana yang dihasilkan oleh lampu-lampu terang dan kebisingan orang-orang yang berdenyut.
“Luna! Clara!” Suara Peter mengalun melintasi hiruk-pikuk.
Clara menjawab dengan senyuman. “Peter! Kau sudah bekerja?”
“Ya. Aku baru saja memeriksa laporan,” dia menjawab, wajahnya tampak ceria. “Apa yang kalian berdua lakukan di sini?”
Clara berkata, “Kami ingin meneliti lebih banyak tentang Sky Corp. Mengenai semua yang terjadi di sini.”
“Ini misi berbahaya. Banyak orang di sini tidak senang jika kita bertanya terlalu banyak,” Peter memperingatkan.
“Kami tidak takut,” Luna bersikeras.
Peter memukul pahanya. “Kalian memerlukan penjaga. Mari, ikuti aku. Kita bisa membahasnya di suatu tempat yang aman.”
Mereka mengikuti Peter hingga memasuki ruang rapat kecil. Keduanya duduk, sementara Peter berdiri, memperhatikan mereka berdua.
“Kau serius ingin menyelidiki lebih lanjut?” Tanya Peter, matanya berkilau.
Clara meneguhkan punggung. “Kami ingin tahu siapa yang menghilang dan kenapa,” sahutnya.
Peter mengernyit. “Ini menyangkut beberapa keluarga. Banyak yang hilang 18 tahun lalu. Tapi sulit untuk mencari tahu tanpa informasi yang jelas.”
“Kau tahu dari mana kami bisa mendapatkannya?” tanya Luna.
“Lihat, kami bisa menggunakan sistem database perusahaan. Tapi kita harus hati-hati,” Peter memberi catatan serius pada mereka.
“Berani mengambil risiko?” Clara menantang, tenggorokannya tercekat.
“Untukmu? Tentu saja. Tapi, jika ketahuan, kita semua bisa berakhir buruk,” Peter menjawab.
“Risiko terbayar lebih baik daripada penyesalan,” Clara menekankan, menatap lurus ke arah Peter.
“Baiklah, kita perlu bekerja cepat,” Peter berkata dengan semangat menyusut, menuju komputer.
Luna berbisik pada Clara, “Kau yakin, Clara? Ini terlalu berbahaya.”
Clara menjawab, “Jika bukan kita, siapa lagi yang akan melakukannya? Ini tentang mengetahui kebenaran.”
Peter duduk, membuka layar. “Kita mulai dari sini.”
Jari-jarinya menari di atas keyboard. “Lihat, ini daftar laporan yang tak terdata. Ada beberapa nama di sini yang mungkin bisa kita cek.”
“Mungkin kita bisa melacak orang-orang ini,” kata Clara, mulai bersemangat.
“Persiapkan dirimu. Kita perlu fokus,” berat Peter menanggapi.
Luna tertegun. “Tapi jangan terlalu jauh. Fokus di tujuan kita.”
“Untuk Clara,” ujar Peter, meliriknya. “Dan untuk semua yang hilang.”
Clara menatapnya, merasakan kehangatan yang rendah dalam hatinya.
"Tapi kita harus berhati-hati," Luna menegaskan, kembali dengusan kekhawatiran.
“Jika kita sampai ke dasar semua ini, kita bisa mengubah segalanya,” Clara memutuskan.
“Yah, mari kita cari tahu siapa kita yang sebenarnya,” Peter menimpali, senyumnya menggoda penuh harapan.
Clara merasakan darahnya bergetar ketegangan. Dengan tekad menyala, dia tahu bahwa jalan ini takkan mudah. Tetapi demi kebenaran, dia siap menghadapi apa pun yang menghalangi.
Peter mengetik dengan cepat, sambil menjelaskan dengan suara rendah. “Daftar ini mencakup beberapa orang yang kemungkinan hilang secara misterius. Dan ada catatan terkait Sky Corp di sini.”
“Bagaimana kalau kita mulai dengan nama-nama yang tampaknya memiliki akses ke informasi lebih dalam?” Clara menyarankan, menggenggam kursi dengan erat.
Luna melirik ke arah Clara, ekspresinya tak percaya. “Kita bisa jatuh ke dalam masalah besar jika kita sembarangan.”
“Jangan khawatir, kami akan berhati-hati,” Peter menambah, tetap fokus pada layar. “Akan lebih baik jika kita bisa menemukan kontak lain yang mungkin tahu sesuatu.”
Clara merasa jantungnya berdegup kencang, harapan dan ketakutan saling beradu. “Apa ada cara untuk menghubungi mereka secara anonim?”
Peter mengangguk. “Kita bisa menggunakan jaringan VPN untuk menyembunyikan identitas kita saat menghubungi mereka. Namun, akan butuh waktu dan kesabaran.”
“Waktu bukan hal yang akan kita miliki banyak,” Luna menekankan, suasananya tegang. “Jika ini tidak berjalan, kita bisa berisiko besar.”
“Dan jika kita berdiri di sini tanpa berusaha?” Clara menantang, melirik Luna. “Kita tidak bisa hanya menutup mata.”
“Tapi…,” Luna terdiam. “Baiklah. Kita harus bersiap dan tidak bisa terburu-buru.”
“Dari semua nama ini, ada satu yang bisa kita tawari,” Peter menunjuk ke layar. “Ini adalah mantan karyawan Sky Corp. Ia menghilang setelah 18 tahun lalu. Dia mungkin tahu sesuatu.”
“Siapa namanya?” tanya Clara, jari-jarinya bergerak di meja.
“Ferry Mantra,” Peter menjelaskan. “Dia adalah salah satu yang memiliki akses ke catatan pasien di rumah sakit saat itu.”
“Rumah sakit…” Clara menggigit bibirnya. “Aku ingat dia. Dulu dia terlibat dalam beberapa skandal.”
“Ya, tapi sekarang dia tidak terdaftar di mana pun,” Peter menjawab, matanya menyiratkan rasa khawatir. “Kita harus mencarinya dengan hati-hati.”
“Mengapa tidak kita mulai dari rumah sakit itu?” usul Luna, juga terjebak dalam kekhawatiran Clara.
Clara mengangguk. “Mungkin ada cara untuk melacak keberadaannya di sana.”
Mereka bertiga menghabiskan sisa waktu dengan perencanaan, merangkai kemungkinan langkah berikutnya. Diskusi berlangsung intens, hampir tanpa henti. Clara merasa semangatnya kembali membara saat ide-ide berputar di kepala.
“Jadi, kita sepakat untuk menjelajahi rumah sakit?” Peter menanyakan kepastian saat mereka siap meninggalkan ruang rapat.
“Ya,” jawab Clara. “Kami butuh informasi yang lebih dalam tentang Ferry.”
“Dan jika kita menemukan sesuatu, kita harus merekamnya sebagai bukti,” Luna menambahkan.
“Karena apa pun yang kita lakukan selanjutnya sangat berisiko,” Peter menekankan serius.
“Kalau begitu ayo kita pergi,” Clara berdiri, memimpin jalan keluar.
Mereka meninggalkan Sky Corp di belakang, menuju rumah sakit, suasana di luar bergetar dengan suara kota yang terus berjalan. Ketegangan menggantung di antara mereka, tetapi ada rasa harapan baru yang menyala.
Sesampainya di rumah sakit, suasana menjadi mencekam. Dinding biru pudar dan tangga yang berdecit seakan menceritakan kisah pilu.
Clara dalam perjalanan menelusuri lorong, detak jantungnya serasa satu dengan iklim di sekeliling.
"Kita harus ke bagian arsip," Luna berbisik sebelum melangkah lebih jauh.
Peter melihat ke sekeliling. “Kenapa sepi sekali di sini? Seharusnya ada lebih banyak orang.”
“Bisa jadi mereka sedang melakukan perawatan,” Clara menjawab sambil melihat ke arah kabinet arsip. “Atau mungkin… mereka berusaha menyembunyikan sesuatu.”
“Aku benci merasakan ini,” Luna mengerutkan kening. “Sepertinya ada sesuatu di sini yang kita tidak tahu.”
Mereka melangkah masuk ke ruang arsip, gambar dinding menjadi semakin buram. Clara memeriksa rak-rak yang dipenuhi berkas dan dokumen.
“Hanya catatan lama,” kata Peter mencengkeram salah satu berkas. “Khawatir tidak akan menemukan apa pun yang berguna.”
“Coba lihat!” Clara menarik sebuh file yang tampak lebih baru daripada yang lain. “Ada catatan ibu melahirkan.”ucap nya sembari berharap ada sedikit jawaban