Kim Da Mi harus menikahi Yoo Jae Suk, cucu dari presdir Yoo yang sudah berjanji pada kakeknya. Meskipun perasaannya masih tersisa untuk aktor tampan Wi Ha Joon.
Akankah dia mampu menekan perasaannya pada aktor tampan itu, sedangkan dia harus tetap bekerjasama dengannya untuk menangani Rumah Pelangi miliknya?
Yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Da Mi ke Seoul karena Ha Joon meninggalkan barangnya di rumah.
Hyun Jin menjawab pesannya dan meminta Da Mi datang ke apartemen Ha Joon saja karena dia tak ada syuting hari itu.
Da Mi tak ingin pergi ke sana, dia takut menghadapi Ha Joon. Terutama takut dirinya lemah dan akhirnya menyerah lalu menerima Ha Joon.
"Tidak Da Mi, Ha Joon tidak menyukai mu. Tunjukkan padanya bahwa kau juga tidak menyukainya. Kembalikan barangnya kemudian pulang" ucap Da Mi pada dirinya sendiri.
Sampai di depan pintu apartemen Ha Joon, dengan penuh keraguan, Da Mi memencet bel.
"Siapa? Aku tidak menerima tamu hari ini"
Suara Ha Joon parau dan terdengar kacau.
Tapi kemudian pintu terbuka, Ha Joon berpenampilan kacau dan bau alkohol. Da Mi mengerutkan dahinya.
"Da Mi ah! " senyum Ha Joon.
Dia menarik tangan Da Mi ke dalam kemudian memeluknya.
Da Mi terkejut dan hanya bisa diam.
"Aku merindukan mu" bisik Ha Joon.
Mata Da Mi membulat, tapi dia buru-buru menyadarkan diri dan mendorong Ha Joon.
Dia terjatuh ke lantai, tergolek tak berdaya karena mabuk. Da Mi heran karena Ha Joon tak bangun lagi. Dia mengguncang tubuh Ha Joon untuk menyadarkannya, tapi Ha Joon tak bangun.
Da Mi memastikan Ha Joon baik-baik saja dengan menempelkan telinga di dekat mulutnya.
"Dia masih bernafas" gumamnya kemudian menutup hidungnya.
Da Mi berdiri dan mengipasi wajahnya.
"Berapa banyak dia minum, kenapa dia bau sekali" keluh Da Mi.
Menatap Ha Joon tergeletak begitu saja di lantai, Da Mi berpikir untuk mengangkatnya ke ranjang.
Ha Joon terus memanggil namanya meskipun matanya tertutup.
Dengan susah payah, dia menarik dan mengangkat Ha Joon yang bertubuh tegap ke ranjang. Dia pun terjatuh di dadanya kemudian kembali membetulkan posisi tidur Ha Joon.
Terpikirkan untuk menggantikan bajunya yang sangat bau, ada rasa enggan, namun akhirnya dia menggantinya.
Selesai, Da Mi menepuk-nepuk tangannya seolah telah bekerja di ladang. Dia tersenyum sendiri mengingat dia mampu menyeret Ha Joon ke ranjang.
Dia juga melihat ke dapurnya yang begitu berantakan. Da Mi membantu merapikan juga memasak sup pengar untuknya.
Setelah selesai, Da Mi menaruh barang Ha Joon di meja dan pergi.
"Da Mi ah! " seru Ha Joon.
Da Mi menoleh, dia memperhatikannya, mengira dia sudah bangun.
"Aku menyukaimu! " seru Ha Joon lagi.
Da Mi menggigit bibirnya sendiri.
"Kenapa? Kenapa kau sulit menerima ku?" Dia terus berseru.
Da Mi menghela, dia pergi dan menutup pintunya.
Hyun Jin ada di dekat pintu. Da Mi terperanjat dan mengelus dadanya.
"Astaga, kau mengejutkan ku" keluh Da Mi.
"Sudah bertemu dengan dia?" tanya Hyun Jin datar.
"Sudah, aku sudah menaruh barangnya di meja. Aku akan pergi sekarang" ucap Da Mi.
"Apa dia mabuk lagi? " tanya Hyun Jin melihat satu kantung botol bir di sisi dalam rumahnya.
Da Mi menelan salivanya, mengerti dari ucapan Hyun Jin bahwa Ha Joon selalu minum akhir-akhir ini.
"Sampai jumpa lagi" Da Mi membungkuk sedikit dan pergi.
Hyun Jin memeriksa Ha Joon yang sudah terlelap. Kemudian melihat dapur dan masakan yang masih panas di atas kompor.
"Kenapa dia pergi? Seharusnya dia tinggal jika dia suka Ha Joon" gumam Hyun Jin.
#
Da Mi tak pulang, berencana akan menginap di rumah bibinya, baru besoknya dia pulang.
Dia menekan bel rumah bibinya.
Mirae membukakan pintu untuknya.
"Da Mi! " matanya membulat.
Da Mi terheran karena Mirae terlihat sangat terkejut dengan kedatangannya.
"Kenapa terlihat sangat terkejut dengan kedatangan ku? " ucap Da Mi memaksa masuk.
Da Mi melihat seorang pria di rumah bibinya.
"Da Mi! " seru Sang Jun.
Ayahnya menatap ke arahnya dengan sedikit hendak bangun menyapanya.
Da Mi menatap Yu Na yang terlihat senang, akhirnya mereka bertemu.
Da Mi berbalik, kembali ke ambang pintu dan memakai sepatunya.
"Eonni! " seru Yu Na mengejarnya untuk menahannya.
"Apa? " Da Mi menyalak.
"Eonni, ayah datang untuk bicara. Aku sudah bilang kan, dia tahu kita ke Seoul dan ingin bertemu dengan kita" jelas Yu Na.
"Kau saja yang bicara, aku akan pulang" ucap Da Mi meraih gagang pintu.
"Da Mi! " Sang Jun berdiri mendekat.
Da Mi tak menoleh, dia terus berjalan meninggalkan rumah bibinya.
Sampai di dekat lift, Yu Na menarik tangan Da Mi.
"Tunggu eonni! " Yu Na menahan.
"Aku akan pulang ke Busan, sebelum gelap" ucap Da Mi.
"Eonni! " Yu Na membujuk.
Sang Jun hanya bisa diam saat menatap Yu Na membujuknya.
Da Mi tahu Sang Jun berdiri menatapnya di sana. Dia enggan berbalik dan tetap menekan lift yang masih ada di lantai 8.
"Lama sekali! Siapa yang naik dari lantai 8 ini" keluh Da Mi yang ingin buru-buru pergi.
"Eonni aku mohon tinggal sebentar, bicara dengan ayah" bujuk Yu Na.
"Aku anak yatim piatu, aku tidak punya ayah" ucap Da Mi.
"Eonni! " Yu Na merasa sedih Da Mi sengaja mengucapkannya.
Sang Jun tetap diam sampai pintu lift terbuka.
"Nak! " seru Sang Jun akhirnya, karena tak mau kehilangan Da Mi.
Tapi Da Mi mendorong Yu Na dan menutup lift nya dengan mata tajam ke arah Sang Jun.
Da Mi turun, air matanya terjatuh saat lift sampai di lantai bawah dan terbuka. Tangannya gemetar memegang pintu sebagai topangan. Dia tak bisa menahan air matanya lagi, dia menangis terduduk di dekat deretan mobil yang terparkir.
Seseorang melihatnya dari dalam mobil, merasa kasihan padanya tapi tak bisa turun untuk mengobati rasa sedihnya.
"Eomma! " hanya itu yang dia gumamkan dalam tangisnya.
Orang itu jelas melihat Da Mi menggumamkan kata ibu, dia sangat ingin mengusap kepalanya, tapi hanya bisa meremas saja di atas pahanya sendiri.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>