"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Kita Nanti
Meskipun sudah tega berniat menyuruh Ben Derrick tidur diluar akan tetapi Keymira tak mampu melakukan rencananya sampai pagi menjelang.
Tengah malam Keymira masih belum bisa memejamkan mata, kamar yang ia tempati serasa sangat luas tanpa kehadiran Ben Derrick, kehampaan mengisi kekosongan ranjang disebelahnya.
Key selalu mencari kehangatan lewat pelukan sang suami, tubuhnya terasa kedinginan meski sudah ditutupi oleh selimut tebal, kasurnya pun mendadak tak enak ditempati, Key biasa tidur di atas tubuh Ben.
Keymira berdecak sebab tak bisa terlelap di tengah malam yang sunyi ini, wanita itu menatap ke arah pintu yang tertutup rapat, yang dirinya kunci dari dalam sehingga Ben tak bisa masuk kesini.
Pikiran Key mencoba menebak apa yang sedang Ben Derrick lakukan, apa pria itu sudah tidur atau masih menunggunya di ruang keluarga?
Key menggigit ibu jarinya seraya berpikir apa ia harus melihat Ben keluar atau tetap disini sampai kepalanya pusing sendiri.
Setelah menimang cukup lama Key pun bangkit dari ranjang, kakinya perlahan menyentuh lantai dan berjalan ke arah pintu.
Dengan sangat pelan dan penuh kehati-hatian Key membuka pintu agar tidak menimbulkan decitan, Key menyembulkan kepalanya dibalik pintu yang sedikit terbuka itu.
Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri memastikan situasi aman dan terkendali.
"Sepi, kayaknya mas Ben udah tidur deh" gumam Key.
Key pun segera keluar dari kamar dengan langkah yang pelan agar tapak kakinya tidak menimbulkan suara.
Key berjalan ke arah ruang keluarga terlebih dahulu, tempat dimana ia dan Ben menghabiskan waktu dan berakhir percekcokan.
Namun ketika Key sampai disana dia tak menemukan suaminya, tv sudah mati sedari tadi dan sofa pun kosong tak terisi.
Key celingak-celinguk mencari sosok sang suami, sontak Key membeku disana, tidak mungkin kan Ben meninggalkannya sendirian malam-malam? Tidak, tidak mungkin! Deru mobilnya pun tidak terdengar, Ben pasti ada di rumah.
Keymira mencari Ben Derrick ke ruang kerja lelaki itu, tapi nihil Ben tidak ada disana.
Keymira pun akhirnya mencari ke kamar tamu, saat membukanya ia mendapati seseorang berbaring dengan posisi menghadap ke kiri sehingga Keymira bisa melihat punggung itu dengan jelas.
Jantung Key pun jadi lega karena dugaannya meleset, tetapi disisi lain dia juga kesal karena Ben malah enak-enakan tidur sedangkan ia sejak tadi terganggu karena memikirkan lelaki ini.
"Ishh..Bukannya bujuk aku malah tidur disini!"
Key masuk ke kamar tamu, tak lupa ia juga menutup pintu, Key menyeret kakinya lebih dekat ke arah ranjang, dan kini dia bisa melihat wajah tampan Ben yang tidur dengan pulas.
Tak mau sengsara sendirian Key pun memutuskan untuk naik ke atas ranjang, dia menarik selimut kemudian menggeser tubuhnya agar merapat dengan Ben.
Merasa ada yang mengusik tidurnya Ben membuka mata perlahan, sesuatu menyentuh punggungnya sehingga suhu tubuh Ben menjadi hangat.
Ia pun mencoba untuk berbalik, ketika Ben mengubah posisinya dia langsung dihadapkan oleh wajah sang istri yang masih terjaga.
Mereka saling beradu pandang, Key maupun Ben sama-sama diam setelah beberapa saat lalu keduanya berselisih, lebih tepatnya Key yang salah paham sendiri.
"Aku gak bisa tidur!" Seru Key inisiatif menjawab sebelum Ben bertanya.
Key memutuskan kontak mata karena tak kuasa untuk menatap sang suami, tetapi merasa Ben terus memperhatikannya key pun kembali memandang Ben Derrick.
"Kenapa? Gak boleh aku tidur disini?" Lanjut Key ketus.
Ben tetap diam dan itu semakin membuat Keymira dongkol.
"Ihh... Kenapa sih mas?!"
"Saya gak mau jawab takut salah ngomong lagi" sahut Ben membuka suara.
"Makanya kalau ngomong itu ditata dulu, jangan asal nyerocos, istri mana coba yang gak marah dibilang jelek?!"
"Maaf…"
Key mendengus seraya memutar bola matanya, dia masih tetap kepikiran dengan ucapan Ben tadi, apa mungkin Ben tidak bercanda dengan perkataannya.
"Emang iya aku jelek?"
"Enggak"
"Terus? Buruk rupa?!"
"Kamu cantik" jawab Ben meluruskan.
"Halahh... Gak niat banget bilangnya, mas pasti ngomong gini supaya aku gak marah aja kan?" Tuduhnya tak percaya.
"Saya bicara jujur, nanti kalau kita punya anak saya pingin anak kita mirip kamu" balas Ben dengan suara yang sedikit serak.
Deg!
Pengakuan Ben sontak membuat Keymira tersentuh, tidak mungkin Ben bicara asal kalau menyangkut anak, artinya dia benar-benar tak berbohong demi merayunya.
Namun sebisa mungkin Key tak menunjukkan rasa senangnya.
"K-kenapa?"
"Biar cantik dan tampan pastinya"
"Mas juga ganteng, kenapa gak mirip mas aja?" Tanpa sadar memuji suaminya.
"Kalau mirip kamu lebih bagus, kulitnya putih dan lucu. Saya pingin liat Keymira versi mininya, apalagi kalau cewek pasti seperti pinang dibelah dua, kalau cowok juga seperti Keymira versi tampannya"
"Jangan! Kalau cowoknya versi aku nanti malah mirip mas Kaisar" balas Key tak setuju.
"Iya juga, ya sudah kalau cowok semoga mirip saya tapi ada campuran kamunya juga"
"Yang cewek juga, semoga tingginya nurun dari mas Ben"
Perdebatan yang tadinya rumit kini tiba-tiba berubah total ketika pembahasan mereka malah berujung membahas soal anak, ditengah malam seperti ini Ben harus menghadapi Keymira sambil menahan kantuk yang mendera, sedangkan Keymira malah semakin bersemangat saat mengobrol tentang buah hati mereka kelak.
"Emang mas maunya punya anak cewek atau cowok?"
"Apa aja yang Tuhan kasih saya terima"
"Katanya sih anak pertama lebih baik cowok, soalnya kalau cewek nanti kasian bebannya berat banget! Untung aja aku anak kedua, jadi aku gak terlalu ditekan sama siapapun, malahan dimanja banget"
"Iya, jadi anak perempuan pertama memang bebannya sangat berat. Tapi jika nanti kita diberi anak pertama perempuan sebisa mungkin kita jangan buat dia terbebani" ujar Ben bijak.
"Tapi beban mas kok keliatan banyak banget, padahal mas kan anak bungsu"
"Beban saya tidak seberapa jika dibandingkan dengan kedua kakak saya, tapi untungnya mereka mencintai pekerjaan tersebut. Saya juga masih baru ditunjuk sebagai pemegang perusahaan keluarga, makanya saya masih perlu banyak belajar"
"Jadi intinya mas punya beban atau enggak?"
"Punya"
"Apa?"
Ben tak menjawab pertanyaan tersebut sebab jika dia melakukannya maka akan dipastikan Key kembali marah untuk sesi kedua.
"Semua manusia pasti ada bebannya, tidak perlu disebutkan yang penting kita harus bersyukur dan menikmatinya sehingga tidak akan terasa berat bagi kita"
Key mencerna setiap ucapan Ben dengan serius, ia juga mengangguk setuju, padahal dia tidak tau saja apa jawaban Ben yang sebenarnya.
"Sekarang lebih baik kita tidur, besok kita harus bangun pagi-pagi sekali"
"Kenapa? Besok kan akhir pekan?"
"Liat saja nanti"
Meski bingung Key pun menurut dan tidur di pelukan suaminya.
Masa sih kamu belum jatuh cinta kepada Ben?
lanjuuuttt kaka authoorr