Impian Khanza sebagai guru Taman Kanak-kanak akhirnya terwujud. Diperjalanan karier nya sebagai guru TK, Khanza dipertemukan dengan Maura, muridnya yang selalu murung. Hal tersebut dikarenakan kurang nya kasih sayang dari seorang ibu sejak kecil serta ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya. Karena kehadiran Khanza, Maura semakin dekat dan selalu bergantung padanya. Hingga akhirnya Khanza merelakan masa depannya dan menikah dengan ayah Maura tanpa tahu pengkhianatan suaminya. Ditengah kesakitannya hadir seseorang dari masa lalu Khanza yang merupakan cinta pertamanya. Siapakah yang akan Khanza pilih, suaminya yang mulai mencintai nya atau masa lalu yang masih bertahta di hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.15
Agung menegakkan duduknya mendengar berita yang disampaikan istrinya. "Sejak kapan Darren dihari weekend kerja?"
Prita mengendikkan bahunya. "Makasih, Bik!"
"Sama-sama, Nya."
Prita langsung menyesap teh yang baru mendarat di atas meja. Tenggorokan nya terasa kering dan dia juga perlu membasahi bibirnya untuk menjawab pertanyaan suaminya. Ada rasa kesal sekaligus penasaran dalam hatinya. "Mommy rasa itu sudah berlangsung lama. Cuma Mommy baru tahu tadi dan baik Khanza ataupun Naura tidak bercerita dengan kita." Prita lantas menyipitkan matanya pada sang suami, penuh kecurigaan, "Kamu sebagai ayah sekaligus presiden direktur tahu keadaan perusahaan kan?"
"Kok jadi aku yang jadi tertuduh sih, sayang? Darren sudah menjadi kepala keluarga lagi saat ini. Tidak mungkin aku sebagai ayahnya ikut campur tapi sebagai Presiden Direktur aku tahu keadaan perusahaan. Keadaan aman terkendali. Untuk proyek-proyek pun aku mengetahuinya. Mungkin dia sedang mengembangkan lagi jaringan bisnis nya lebih luas lagi."
"Ah, kamu samanya sebagai laki-laki membela," Kesal Prita. "Pokoknya sebagai perempuan mempunyai insting tidak baik mengenai perilaku anak kamu itu."
"Anak kita, sayang. Kan proyek bersama."
"Tau ah! Males Mommy ngomong sama kamu tuh! Terlalu ng flat pikiran nya. Sekali-kali coba kamu selidiki anak kamu itu."
"Iya, Sayang." Putus Agung. Mengalah. Tidak mau menambah kesal istrinya dan mengiyakan apa katanya. "Ngomong-ngomong sekarang anaknya dimana? Bukannya tadi kamu di anter dia kan? Kok gak salim dulu sama aku? Buru-buru sudah di tunggu?"
"Mungkin sudah pulang." Jawab Prita cuek.
"Kurang ajar anak itu. Tapi ngomong-ngomong kalo sudah pulang kenapa suara mobilnya tidak terdengar?" Darren mengangkat bokong lalu berjalan keluar menuju pintu depan. Dia menyibak tirai jendela, mengintip. "Loh itu bukan nya mobil Darren, sayang?"
Prita pun kemudian segera menyusul sang suami. Dia berdiri di belakang tubuh Agung, sama-sama ikut mengintip. "Mana, Mas?" Prita tidak melihat jelas karena terhalang tubuh kekar suaminya.
Agung segera merangkul tubuh Prita lalu menyeretnya hingga kedepan tubuhnya hingga kini posisi nya istrinya tepat berada dibelakang sang istri.
Hembusan nafas di tengkuk Prita. Lama-kelamaan hembusan berubah menjadi jilatan di leher. "Dug!" Dia menyikut perut suaminya dengan sikut nya lumayan kencang.
"Aww! Sakit, Sayang. Kamu kasar banget sih!"
"Ambil kesempatan dalam kesempitan aja kamu, Mas." Omel Prita. "Orang lagi fokus juga. Gak tahu tempat kamu, Mas."
"Ye elah, Sayang namanya juga laki-laki. Ada kesempatan kenapa di lewatkan, he..."
Prita monyong-monyong meniru ucapan suaminya. Lalu fokus nya kembali ke luar dimana mobil anaknya yang ternyata masih ada di halaman. "Kita samperin aja yuk, Mas! Takutnya anak kita pingsan kelamaan cium freon ac."
Prita lalu bergegas membuka pintu depan kemudian berjalan dengan langkah yang lebar.
"Pelan-pelan, Sayang jalannya. Nanti kamu tersandung."
Peringatan Agung tidak diindahkan Prita. Dia tetap berjalan menuju halaman menginjak batu setapak di taman karena jalannya lebih cepat ketimbang harus lewat halaman yang lumayan luas itu. Di bawah lampu temaram lampu taman, Prita tak kesusahan menginjak pijakan batu.
Akhirnya mereka tiba di depan mobil Darren. Kaca film yang gelap menyulitkan Prita melihat kedalam mobil.
Segera dia memutar langkah menuju ke samping mobil. Dengan terburu-buru lalu Prita membuka pintu penumpang dan melihat kepala anaknya sedang tertelungkup diatas stir mobil.
"Astaga, Darren!"
"Mas, Darren, Mas!"