Hubungan yang telah di jalani selama tiga tahun harus berakhir dengan kekecewaan. 2 tahun menjalin hubungan jarak jauh akibat pekerjaan, nyatanya tidak berakhir bahagia. Bahkan janji yang terucap sebelum perpisahan pun tidak bisa menjadi jaminan akan kesetiaan seseorang.
sakit hati Zea membuatnya berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
"Mommy di sini juga?" Tanya Clara yang susah berada di samping Zea.
Baru tersadar gadis itu saat Clara memegang salah satu tangannya yang berada di atas pahanya.
"Eh! Iya, kamu dari mana anak manis?" Tanya Zea.
"Tadi Lala ikut Daddy beli cokelat," sahut Clara sembari menunjukkan bungkusan di tangannya.
"Wah, banyak banget cokelatnya. Jangan langsung di makan semua ya anak manis, nanti gigi Lala sakit. Makannya sedikit sedikit dahulu, oke." Zea mengangkat jempolnya pertanda meminta persetujuan gadis kecil itu.
"Oke, Mommy mau gak cokelatnya? Lala, gak bisa juga habisin kalau sebanyak ini. Daddy, beliin nya banyak." Clara menunjuk Hansen yang masih berdiri kaku tidak jauh dari meja.
Pemuda itu tidak menyangka akan kembali bertemu dengan Zea di tempat ini. Pada hal yang ia tahu kalau ruangan ini sudah di booking oleh maminya untuk acara makan siang bersama teman lamanya.
Apa jangan-jangan teman lama yang di maksud maminya itu kedua orang tua Zea? Hansen memang tahu tentang Zea. Tetapi tidak semua, hanya masalah pendidikan dan masa lalunya saja.
Kalau tentang lainnya Hansen tidak mencari tahu dan hanya meminta orang suruhannya mencari sebatas masa lalu dan pendidikan.
Kini rasanya semakin terbuka saja jalan bagi pemuda itu untuk mendekati Zea.
"Memangnya boleh?" Tanya Zea memastikan.
Clara mengangguk dengan semangat lalu mengambil sebatang cokelat yang masih terbungkus rapi. Menyodorkan cokelat itu pada Zea.
"Ini untuk Mommy, dari Daddy." Tunjuk Clara pada Hansen.
Senyum kecut Zea berikan pada Clara lalu menerima cokelat itu. Ia tidak mungkin mematahkan semangat bocah yang baru berkisar umur tiga tahun itu.
"Lala, sudah makan nasi belum?" Tanya Zea.
"Belum tadi beli cokelat dulu," sahutnya.
"Kalau begitu sekarang makan sama Tante ya, nanti setelah makan nasi kita makan cokelatnya sama-sama."
Tubuh kecil Clara melayang dan berpindah ke pangkuan Zea. Bocah itu tentu senang saja di perlakukan demikian oleh Zea.
Semua mata memandang tidak percaya pada kedua orang yang malah asik bercengkrama itu. Keduanya tidak sadar kalau sudah menjadi pusat perhatian yang lainnya.
Kedua orang tua Hansen lebih tidak percaya lagi melihat apa yang ada di depan mereka. Cucu mereka yang sudah beberapa bulan tidak mau bicara. Hanya kepada kedua orang tuanya saja mau bicara dan itu pun bisa di hitung jari berapa kata yang di keluarkannya.
Kini anak itu justru banyak bicara dan sangat dekat dengan anak dari teman mereka. Sungguh sangat mengejutkan sekaligus membahagiakan.
Akhirnya suara kecil nan menggemaskan dari cucu mereka terdengar lagi dengan cerianya. Meski membingungkan karena Clara yang memanggil Zea dengan sebutan mommy.
"Lala, kamu mau bicara sayang?" Tanya bu Melinda dengan penuh haru.
Yang di panggil menoleh dan keduanya baru sadar kalau mereka asik sendiri. Bahkan makanan di meja mereka santap berdua. Dan kini Zea merasa malu sendiri karena memakan hidangan orang lain tanpa ijin.
Tadinya Zea ingin menyuapi Clara saja, hanya karena Clara yang ingin makan bersama dengan dirinya. Jadi lah Zea ikut makan dengan gadis kecil itu pula.
"Nenek, ini Mommy nya Lala." Dengan bangganya Clara memperkenalkan Zea sebagai mommy nya pada sang nenek.
"Oh ya! Wah, Lala pinter banget ya cari Mommy." Yang di puji mengangguk dengan antusias.
"Iya Nek, tadi pagi kan Lala main di taman sama Daddy dan Sus juga. Tapi mereka entah kemana, jadi Lala di ganggu sama yang lain karena gak mau ngomong sama mereka. Tedi di buang sama mereka, tapi Tedi nya malah datengin Mommy. Jadi deh Lala ketemu sama Mommy," cerita Clara dengan suara khas anak kecil yang baru berusia tiga tahun.
"Benar kah?" Lirikan maut di berikan bu Melinda pada Hansen yang langsung merasa kikuk.
Clara yang memang masih kecil tidak akan paham kemana dan mau apa orang dewasa di sekitarnya. Apa yang di sampaikan oleh mereka maka itu lah yang ia katakan.
Sedangkan pengasuh Clara pergi ke toilet tanpa ijin. Kapau Hansen sendiri jangan di tanya lagi, ia tentu saja malah memperhatikan Zea yang sedang makan di taman.
"Kalau begitu lain kali jangan pergi sama Daddy lagi, ya. Sama Nenek atau Kakek saja perginya, Mom sama Dy juga bentar lagi pulang loh," ucap bu Melinda pada cucunya.
"Iya," sahut Clara santai.
Tangan gadis kecil itu sedang sibuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya menggunakan sendok.
"Maaf, Tante. Aku makan hidangannya juga,"kata Zea yang merasa tidak sopan telah menyantap hidangan oeang lain.
Senyum bu Melinda terpancar indah di wajahnya. Ia mengelus lengan Zea yang sedang melingkar memeluk sang cucu dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya memegang sendok.
"Gak apa-apa, lagian semua hidangan ini memang untuk kita semua," sahut bu Melinda.
"Lebih baik kita makan terlebih dahulu sebelum makanan ini semakin dingin. Nanti kita sambung lagi pembahasannya," ujar pak Mark.
"Silahkan silahkan," lanjut pak Bambang pula yang mempersilahkan temannya itu untuk memulai.
Apa lagi semua makanan itu mereka yang pesankan dan yang mem booking ruangan juga mereka. Jadi biarlah kalau mereka dahulu yang memulai makannya. Pada hal sudah di dahului oleh Clara dan Zea.
Semua orang makan dengan diam dan tenang tanpa ada yang bersuara. Hanya ada seseorang yang terus curi pandang pada perempuan yang sudah selesai makan dan sedang sibuk dengan keponakannya makan cokelat.
Iya Hansen, pemuda itu tidak henti-hentinya memandang kagum pada Zea. Ternyata gadis itu bukan hanya cantik di wajah dan tubuh saja. Melainkan cantik di hati dan perasaannya juga. Tutur katanya yang lembut dan halus juga semakin membuat Hansen terpana.
Pak Bambang dan pak Mark ternyata menyadari arah lirikan Hansen. Kedua bapak itu saling pandang lalu tersenyum penuh misteri. Hanya mereka yang tahu arti dari senyuman itu.
Di lain tempat ...
Perusahaan yang cukup besar terlihat sibuk dengan semua aktivitas para pekerjanya. Setelah makan siang semua karyawan perusahaan itu kembali bekerja seperti biasa.
Tapi ada satu karyawan yang malah baru saja datang bersama seorang perempuan cantik. Keduanya jalan melenggang dengan santainya memasuki perusahaan.
"Kalian berdua, ikut ke ruangan saya sekarang."
Suara itu mengagetkan Joni dan Mimi yang baru masuk area perusahaan. Keduanya saling pandang lalu melihat pada pria yang sudah berjalan mendahului keduanya.
"Kenapa kita di panggil sama HRD, sayang?" Tanya Joni penasaran.
"Enggak tahu, mungkin ada yang mau di bahas mengenai kenaikan jabatan kamu," sahut Mimi dengan santai tapi antusias.
"Wah, bagus kalau begitu. Artinya Papa kamu sudah mulai mempercayakan perusahaan sama aku dong." Mimi mengangguk di sertai senyuman mengembangnya.
"Kalau begitu kita harus segera ke sana sayang, jangan menunda waktu lagi."
Keduanya pergi ke ruangan HRD sesuai perintah orang yang menegur keduanya tadi.
lanjut torrr