NovelToon NovelToon
Dalam Pelukan Cinta

Dalam Pelukan Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aili

Maya, seorang wanita muda yang cantik dan sukses dalam karier, hidup dalam hubungan yang penuh dengan kecemburuan dan rasa curiga terhadap kekasihnya, Aldo. Sifat posesif Maya menyembunyikan rahasia gelap yang siap mengubah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Menelusuri Masa Kecil Maya

Setelah beberapa bulan melewati masa-masa sulit bersama, Aldo dan Maya mulai melihat sedikit cahaya di ujung terowongan. Namun, meskipun Maya menjalani terapi dan mencoba berbagai metode untuk mengelola kecemasan dan cemburunya, akar dari masalahnya tampaknya masih belum tersentuh. Suatu hari, ketika Aldo sedang makan siang dengan sahabat lamanya, Bima, dia mendapat saran yang membuka perspektif baru.

"Kamu tahu, Aldo, terkadang trauma masa kecil yang belum terselesaikan bisa jadi penyebab utama masalah seperti ini," kata Bima sambil menyeruput kopinya. "Mungkin kamu perlu menggali lebih dalam tentang masa kecil Maya. Cari tahu apa yang sebenarnya memicu rasa cemburu dan kecemasannya."

Aldo termenung, memikirkan kata-kata Bima. "Kamu mungkin benar. Maya pernah bilang ada beberapa hal dari masa kecilnya yang masih menghantui, tapi dia jarang mau membicarakannya."

"Kalau begitu, mungkin kamu harus mulai dari sana. Tapi hati-hati, jangan sampai membuatnya merasa diserang atau dipaksa," tambah Bima bijak.

Dengan tekad baru, Aldo pulang ke rumah dan mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan Maya. Malam itu, setelah makan malam, mereka duduk bersama di ruang tamu. Aldo mengambil tangan Maya dengan lembut.

"Maya, aku sudah memikirkan banyak hal tentang apa yang terjadi sama kita," katanya perlahan. "Aku pikir mungkin ada sesuatu dari masa kecilmu yang perlu kita hadapi bersama. Aku tahu ini nggak mudah, tapi aku ingin kita bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi."

Maya menatap Aldo dengan mata penuh rasa takut dan ragu. "Masa kecilku... ada banyak hal yang aku sendiri nggak ingin ingat, Aldo. Tapi kalau kamu pikir ini bisa membantu, aku akan coba."

Aldo tersenyum, merasa lega melihat kesediaan Maya. "Kita lakukan ini perlahan, tanpa paksaan. Aku ada di sini untuk mendukungmu."

Keesokan harinya, Aldo dan Maya memulai perjalanan mereka menelusuri masa kecil Maya. Mereka mengunjungi rumah nenek Maya, tempat Maya tinggal setelah meninggalkan rumah orang tuanya. Di sana, mereka bertemu dengan nenek Maya yang menyambut mereka dengan hangat.

"Apa kabar, Nak? Sudah lama sekali sejak terakhir kali kamu pulang," kata nenek Maya dengan senyum lembut.

"Nenek, aku dan Aldo ingin bicara tentang masa kecilku. Ada banyak hal yang aku rasa belum selesai," jawab Maya dengan suara gemetar.

Nenek Maya mengangguk, memahami beratnya percakapan ini. "Mari kita duduk di ruang tamu dan bicara."

Mereka berbincang lama, mengenang masa kecil Maya. Dari cerita-cerita itu, terungkaplah bahwa Maya pernah mengalami perlakuan keras dari orang tuanya. Ayahnya sering kali bersikap otoriter dan kasar terhadap Maya, membuat Maya kecil merasa takut dan cemas. Ibunya, meskipun tidak sekeras ayahnya, cenderung tidak peduli dan tidak memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan Maya saat itu..

"Setelah beberapa tahun hidup dalam ketakutan, Maya akhirnya tinggal dengan neneknya. Nenek yang penuh kasih sayang dan perhatian, berusaha memberikan kenyamanan dan rasa aman yang Maya tidak pernah dapatkan dari orang tuanya. Meski begitu, trauma dari perlakuan keras orang tuanya tetap membekas dalam diri Maya."

"Aku nggak pernah benar-benar merasa bebas waktu kecil, Aldo. Rasa takut dan itu terus menghantuiku, bahkan setelah aku dewasa," kata Maya sambil menangis.

Aldo memeluk Maya erat. "Kita akan hadapi ini bersama. Kita tahu sekarang apa yang membuatmu merasa seperti ini, dan kita bisa bekerja lebih keras untuk mengatasi masalah ini."

Dengan pemahaman baru tentang akar dari rasa cemburu dan kecemasan Maya, mereka kembali ke rumah dan melanjutkBeberapa minggu setelah kunjungan mereka ke rumah nenek Maya, kehidupan mereka mulai sedikit lebih stabil. Terapi mulai menunjukkan hasil positif, dan Maya merasa lebih terbuka dalam berbicara tentang masa lalunya. Aldo merasa lega melihat perkembangan Maya, meskipun perjalanan mereka masih panjang dan penuh tantangan.

Suatu malam, setelah sesi yoga bersama, mereka duduk di balkon, menikmati angin malam. Maya tampak lebih tenang daripada biasanya, dan Aldo memanfaatkan momen itu untuk berbicara.

"Maya, aku tahu kita sudah banyak bicara tentang masa kecilmu, tapi aku ingin memastikan kamu merasa nyaman dan didukung selama proses ini," kata Aldo sambil memandang Maya dengan penuh kasih.

Maya tersenyum kecil. "Aku merasa lebih baik, Do. Nggak mudah, tapi aku tahu kamu ada di sampingku dan itu membuatku kuat."

"Aku akan selalu ada di sini untukmu. Apapun yang kamu butuhkan, aku siap membantu," jawab Aldo.

Beberapa hari kemudian, Maya memutuskan untuk bertemu lagi dengan terapisnya. Kali ini, dia membawa buku harian masa kecilnya, yang sudah lama dia tinggalkan. Dia merasa bahwa membaca kembali catatan-catatan itu mungkin bisa membantu proses penyembuhan.

Di ruang terapi, Maya mulai membaca beberapa halaman dari buku harian itu. Setiap kata yang ditulisnya mengingatkan pada masa-masa sulit, namun juga membawanya pada momen-momen kecil yang membuatnya kuat.

"Terapis mengangguk, memberi dorongan kepada Maya untuk terus melanjutkan. 'Ini adalah langkah besar, Maya. Menghadapi masa lalu bukan hal yang mudah, tapi dengan membicarakannya, kamu bisa mulai melepaskan beban yang selama ini kamu bawa.'"

Setelah sesi tersebut, Maya merasa sedikit lebih ringan. Dia dan Aldo kembali ke rumah dengan harapan baru. Malam itu, mereka berbincang di ruang tamu, mengenang momen-momen indah yang mereka alami bersama sejak pertama kali bertemu.

"Aldo, terima kasih sudah selalu ada untukku. Aku tahu ini nggak mudah buat kamu juga," kata Maya dengan mata penuh rasa syukur.

"Aku mencintaimu, Maya. Kita sudah melewati banyak hal bersama dan aku yakin kita bisa melalui semua ini," jawab Aldo dengan penuh ketulusan.

Hari demi hari, Maya terus berjuang dengan bantuan terapi dan dukungan Aldo. Mereka berusaha mengembalikan kebahagiaan dalam hidup mereka, meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi. Suatu hari, Maya menemukan surat dari neneknya yang berisi kata-kata penuh kasih dan dukungan.

"Nenek selalu tahu bagaimana membuatku merasa dicintai," kata Maya sambil menangis bahagia.

Aldo memeluk Maya erat. "Nenekmu adalah orang yang luar biasa. Kita beruntung memiliki dia dalam hidup kita."

Dengan semangat baru, Maya dan Aldo memutuskan untuk melakukan perjalanan singkat ke pegunungan untuk beristirahat dan menikmati waktu bersama. Perjalanan itu membantu mereka menyegarkan pikiran dan mempererat ikatan mereka.

Di tengah-tengah alam yang indah, Maya merasa damai. "Aku merasa lebih kuat sekarang, Do. Kita sudah melalui banyak hal, dan aku yakin kita bisa menghadapi apapun yang datang."

membuka diri lebih banyak kepada terapisnya, bercerita tentang masa kecilnya dan bagaimana hal itu mempengaruhi perasaannya sampai sekarang.

Beberapa minggu setelah kunjungan mereka ke rumah nenek Maya, kehidupan mereka mulai sedikit lebih stabil. Terapi mulai menunjukkan hasil positif, dan Maya merasa lebih terbuka dalam berbicara tentang masa lalunya. Aldo merasa lega melihat perkembangan Maya, meskipun perjalanan mereka masih panjang dan penuh tantangan.

Suatu malam, setelah sesi yoga bersama, mereka duduk di balkon, menikmati angin malam. Maya tampak lebih tenang daripada biasanya, dan Aldo memanfaatkan momen itu untuk berbicara.

"Maya, aku tahu kita sudah banyak bicara tentang masa kecilmu, tapi aku ingin memastikan kamu merasa nyaman dan didukung selama proses ini," kata Aldo sambil memandang Maya dengan penuh kasih.

Maya tersenyum kecil. "Aku merasa lebih baik, Do. Nggak mudah, tapi aku tahu kamu ada di sampingku dan itu membuatku kuat."

"Aku akan selalu ada di sini untukmu. Apapun yang kamu butuhkan, aku siap membantu," jawab Aldo.

Beberapa hari kemudian, Maya memutuskan untuk bertemu lagi dengan terapisnya. Kali ini, dia membawa buku harian masa kecilnya, yang sudah lama dia tinggalkan. Dia merasa bahwa membaca kembali catatan-catatan itu mungkin bisa membantu proses penyembuhan.

Di ruang terapi, Maya mulai membaca beberapa halaman dari buku harian itu. Setiap kata yang ditulisnya mengingatkan pada masa-masa sulit, namun juga membawanya pada momen-momen kecil yang mengharukan namun membuatnya lebih kuat.

"Terapis mengangguk, memberi dorongan kepada Maya untuk terus melanjutkan ceritanya.'Ini adalah langkah besar, Maya. Menghadapi masa lalu bukan hal yang mudah, tapi dengan membicarakannya, kamu bisa mulai melepaskan beban yang selama ini kamu bawa.'"

Setelah sesi tersebut, Maya merasa sedikit lebih ringan. Dia dan Aldo kembali ke rumah dengan harapan baru. Malam itu, mereka berbincang di ruang tamu, mengenang momen-momen indah yang mereka alami bersama sejak pertama kali bertemu.

"Aldo, terima kasih sudah selalu ada untukku. Aku tahu ini nggak mudah buat kamu juga," kata Maya dengan mata penuh rasa syukur.

"Aku mencintaimu, Maya. Kita sudah melewati banyak hal bersama dan aku yakin kita bisa melalui semua ini," jawab Aldo dengan penuh ketulusan.

Hari demi hari, Maya terus berjuang dengan bantuan terapi dan dukungan Aldo. Mereka berusaha mengembalikan kebahagiaan dalam hidup mereka, meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi. Suatu hari, Maya menemukan surat dari neneknya yang berisi kata-kata penuh kasih dan dukungan.

"Nenek selalu tahu bagaimana membuatku merasa dicintai," kata Maya sambil menangis bahagia.

Aldo memeluk Maya erat. "Nenekmu adalah orang yang luar biasa. Kita beruntung memiliki dia dalam hidup kita."

Dengan semangat baru, Maya dan Aldo memutuskan untuk melakukan perjalanan singkat ke pegunungan untuk beristirahat dan menikmati waktu bersama. Perjalanan itu membantu mereka menyegarkan pikiran dan mempererat ikatan mereka.

Di tengah-tengah alam yang indah, Maya merasa damai. "Aku merasa lebih kuat sekarang, Do. Kita sudah melalui banyak hal, dan aku yakin kita bisa menghadapi apapun yang datang."

1
Nanik Arifin
akhirnya.... setelah hujan, pelangi pun datang
Adico
lanjut
Nanik Arifin
sudah ada cctv, masih blm tertangkap, sudah ada pengawasan masih blm tertangkap juga ??
siapa sebenarnya satria ??
siapa pendukung satria??
Nanik Arifin
begitulah hidup, cobaan datang silih berganti tuk mendewasakan kita. semoga rumah tangga kalian samawa
Adico
lanjut
Nanik Arifin
gangguan psikis benar" mengerikan 🙈
Nanik Arifin
sampai kapan kalian begini terus...
klo konseling dg psikolog g mempan, coba dekat diri dg Tuhan. setiap kekhawatiran muncul, mendekatlah dg sang pencipta. semoga dg begitu pikiran kalian bisa lebih tenang. terutama tuk Maya. berawal dr Maya & kini menular ke Aldo
anggita
ceritane mbulet cemburu tok yoh🤔
anggita
like👍+☝iklan buat author novel ini. semoga banyak pembacanya.
anggita
Maya.. Aldo,,, 💐
Octavio Gonzalez
Senang baca cerita ini!
Acap Amir
Gak bisa berhenti baca ceritanya, thor kesempatan ketemu penulis kayak kamu gak banyak loh.
Divan: Terimakasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!