Hidupku semula baik-baik saja, tapi ketika aku berani melanggar aturan keluarga.
Semua berubah. ketika aku masuk kedalam kamar mendiang nenek dan kakekku, aku menemukan sebuah novel usang berdebu.
Ketika aku membuka sampul novel bercahaya, cahaya itu membuat mataku perih dan secara refleks terpejam.
Namun ketika aku membuka mata, aku tidak berada di kamar mendiang kakek dan nenek. Aku berada di sebuah kamar asing.
Seketika ingatan yang bukan milikku memenuhi memoriku. Ternyata aku memasuki novel usang itu, dan bagaimana mungkin aku harus terjebak di peran figuran yang hanya satu kali namanya di sebutkan sebagai mantan dari seorang pemeran utama laki-laki kedua!!
Cover from pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Maryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Author pov
Ghani yang dari tadi hanya mengamati dari jauh, mulai merasakan ada yang tidak beres. Dis segera berjalan cepat menghampiri Emira.
"aku buka alasan, aku benar-benar takut sama gengnya Ghani, aku cuma ngga enak kalo harus bilang ke Ghani" langkah kaki Ghani yang hampir tiba di samping Emira terhenti ketika mendengar ucapan Emira.
Dia takut? Kalo takut kenapa dia meladeni candaan teman-teman gua? Dis juga tadi terus tertawa tanpa henti batin Ghani bingung.
Ghani melanjutkan langkahnya, dia berhenti tepat di samping Emira.
Emira tersentak kaget ketika Ghani tiba-tiba datang menghampirinya. aduh mampus, gimana kalo dia denger omongan gua?" Emira mengigit bibir untuk menutup kegelisahannya.
Lila yang memang sedari tadi tahu, kalo Ghani akan menghampiri Emira. Lila tersenyum lalu dengan cepat dia merubah raut wajahnya kembali santai.
"maksud kamu ngomong kaya gitu apa? Kamu takut sama temen-temen aku? Tapi kayaknya kamu dari tadi santai aja dari raut muka kamu juga happy kok, tapi kenapa kamu bilang gitu sama sahabat dia?" Ghani berusaha untuk tetap berbicara lembut kepada gadis yang di sayangi.
"a--anu gha-ni, aku nggak maksud gitu, aku sebenarnya mau ngomong sama kamu tapi takut buat suasananya jadi kacau. Aku dari tadi sebenarnya nahan perasaan takut aku" Emira menatap Ghani dengan pandangan melas, mata Emira berkaca-kaca.
Ghani menghela napas kasar "takut kamu bilang-- kamu dari tadi ketawa terus loh, dimana letak bahan takut kamu. Muka kamu bahkan sumringah waktu temen-temen aku godain kamu" Ghani tidak bisa lagi menahan kesalnya kepada Emira, dia belum pernah sekesal ini sebelumnya pada Emira. Baru kali ini dia berbicara dengan nada yang sedikit tinggi pada Emira.
Dia tidak terima kalo ada yang bicara hal-hal kurang baik tentang temannya.
Ghani menoleh ke meja teman-temannya "guys cabut" Ghani berlalu pergi tanpa menghiraukan Emira yang menangis memanggil namanya.
Emira menangis dengan keras, orang-orang di cafe hanya menatap tanpa mau menenangkan.
"rien ayok pulang, aku udah nggak nyaman ada disini" Yara menarik Hoodie yang dikenakan derrrien.
Derrrien menoleh lalu mengusap lembut kepala Lila dengan tangan kanannya, derrrien menganggukkan kepala sebagai jawaban permintaan Lila.
"gua udah pesenin taxi buat lu, sorry gua nggak bisa pulang bareng lu" derrrien hendak membalikkan badannya namun di tahan oleh Lila.
Lila berjinjit mendekatkan bibirnya ke kupin derrrien "minta maaf dulu sama orang-orang yang ada disini" bisik Lila, derrrien merasakan geli akibat hembusan napas Lila.
Derrrien mencoba menenangkan detak jantung yang berdetak keras, karena wajah Lila yang sangat dekat dengan wajahnya. Setelah merasa bisa mengontrolnya, dia kemudian berdiri di depan orang-orang yang ada disana. dengan tangan yang masih memegang erat tangan Lila.
"sebelumnya maaf karena menggangu waktu santai kalian dengan drama nggak bermutu ini, sebagai ganti saya akan membayarkan makanan yang telah kalian pesan" ucapan derrrien disambut antusias oleh orang-orang disana.
Makasih a ganteng
Sering-sering ya bikin drama, lumayan dapet makan gratis
Udah ganteng, tajir lagi. Mau nggak ya jadi pacar gua
Sadar bego, lu cowok
Begitulah ucapan orang-orang itu.
Derrrien membawa Lila kedepan meja kasir, menyerahkan black card-nya kepada kasir. Kasir menerima kartu itu dengan tangan bergetar.
Seumur-umur baru kali ini saya pegang blackcard batin sang kasir.
"kamu mau apa?" tanya derrrien kepada Lila.
"aku mau es teh satu, boleh?" Lila merasa haus gara-gara drama barusan.
"boleh, apapun buat kamu" derrrien menarik Lila agar semakin mendekat kearahnya "mas es teh satu, sama capuccino satu" ucap derrrien yang langsung diangguki oleh mas kasir.
Mas kasir itu menyuruh temannya untuk membuatkan pesan derrrien, tak teman kasir itu datang dengan dua cup gelas minuman. dia lalu memberikan langsung kepada derrrien.
Dia melepaskan tangan Lila untu menerima cup gelas minuman, derrrien mengucapkan terimakasih. lalu dia memberikan cup gelas yang berisi es teh kepada lila, Lila mengambil dan mengucapkan terimakasih kepada derrrien.
mas kasir meminta pin sandi kepada derrrien, derrrien langsung mengetiknya. Setelah selesai, derrrien mengambil kartunya lalu mengucapkan terimakasih.
Derrrien kembali menggenggam tangan Lila lalu derrrien mulai berjalan meninggalkan cafe.
Sementara emira melihat kearah derrrien dan Lila dengan ekspresi marah, emira kira setelah selesai membayar, derrrien akan menghampiri dan meminta maaf kepadanya, namun apa ini, derrrien dengan langkah acuhnya pergi meninggalkan cafe.
derrrien bahkan menggandeng tangan Lila, dan hal itu semakin membuat Emira merasa marah.
Kenapa derrrien benar-benar ninggalin gua? Pasti ini gara-gara cewek sialan itu? Liat aja gua bakal buat perhitungan buat lu!" Emira bergumam di dalam hati, tangannya mengepal dengan kencang.
Lalu dia berjalan meninggalkan cafe dengan amarah yang menggebu-gebu, Emira mengabaikan sorakan orang-orang yang ada disana, ketika melihat dia pergi dari cafe.
emira memasuki taxi yang telah di pesan derrrien, menyebutkan alamatnya lalu taxi itu pun berjalan meninggalkan halaman cafe itu.
✨
Sedangkan Lila dan derrrien, sekarang mereka berdua sudah sampai didepan rumah Lila. Lila membuka seat beltnya.
"makasih buat teraktirannya rien dan salam buat mama sama papamu juga"Lila menatap kearah derrrien, derrrien juga melakukan hal yang sama.
Derrrien membuka seat belt tanpa mengalihkan pandangan dari wajahnya Lila, setelahnya dia langsung memajukan wajahnya kepada wajah Lila.
Lila yang melihat itu hendak kabur, namun pintu terkunci. Dia hendak menekan tombol kunci di pintu di sebelahnya, tapi derrrien dengan cepat menahan kedua tangannya.
Derrrien menangkap kedua tangan Lila lalu dia memaksa Lila untuk bersandar di kursinya, lalu di menggenggam tangan Lila dengan erat.
Derrrien dengan cepat memajukan wajahnya, lalu dia mengecup pipi kiri, kanan, lalu kening, dan hidung itu berkali-kali.
Lila menggerakkan kepalanya mencoba menghindar dari ciuman derrrien "derrrien udah ih, nanti pipiku jadi bau jigong kamu" tangan Lila mencoba melepaskan genggaman tangan derrrien.
Derrrien berhenti, dia mendengus kesal seraya memandang Lila dengan ekspresi cemberut "nggak bau ya, asal aja kamu kalo ngomong huh" derrrien mengeluarkan suara merengeknya. Dia melepaskan genggaman tangan Lila.
Lila dengan buru-buru menghapus bekas ciuman derrrien "rien kita nggak punya hubungan apa-apa, kamu nggak boleh cium-cium aku lagi. Untuk sekarang aku toleransi, tapi kalo kamu ngelakuin lagi. Aku benar-benar bakal benci sama kamu" Lila memandang derrrien dengan marah, dia mengabaikan rengekan derrrien. Dia mengklik tombol pintu lalu Lila keluar dan menutup pintu mobil dengan kencang.
Dia berlari kearah rumahnya dan membuka kunci pintunya dengan cepat, dia mengabaikan derrrien yang sekarang sedang berjalan cepat di belakangnya. Dia masuk dan mengunci pintu kembali.