Tarissa rela menikah dengan Nafandra demi melindungi Keanu dari keluarga Brawijaya. Selian itu dia juga ingin mengungkap kasus kematian Nessa yang kecelakaan itu dibunuh oleh keluarga suaminya.
Suatu hari Tarissa menemukan buku harian milik Nessa yang mencatat banyak sekali rahasia dan misteri yang ada di keluarga Brawijaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Bab 15
Salon QUEEN adalah tempat Larasati biasa melakukan perawatan. Pemiliknya masih ada hubungan kekerabatan dengan wanita itu. Dia sengaja menyewa tempat private, orang bagian beautician, hairstylist, beauty therapist, nail techenian adalah orang kepercayaannya.
Kini Tarissa membawa Keanu ke sana untuk menemui Larasati. Sang anak dititipkan ke pengasuh Erlangga. Kini kedua anak kecil itu sudah berteman dan akur saat bermain bersama.
"Ini handphone yang dijanjikan oleh Mas Bagas. Di sana sudah ada nomor aku, suamiku, Amanda, dan suaminya. Nomor di ponsel ini juga sudah kita save. Ada satu grup untuk membahas kasus kecelakaan saudaramu. Jadi, kalian bisa berdiskusi di sana," jelas Larasati ketika memberikan sebuah handphone kepada Tarissa.
"Terima kasih. Maaf sudah merepotkan kalian," ucap Tarissa dengan perasaan sungkan menerima pemberian wanita cantik itu.
"Jangan sungkan seperti itu. Aku senang bisa punya teman seperti kamu. Dulu aku dan Mas Bagas hanya tahu tentang kamu dari Amanda dan Adimas," ujar Larasati tersenyum lembut.
Kedua wanita itu melakukan perawatan tubuh sambil banyak membicarakan hal. Terutama tentang perkembangan anak-anak. Banyak suka duka yang dilalui oleh pasangan Larasati dan Bagaskara dalam membina rumah tangga. Terlebih mereka sering mendapatkan teror dari orang lain yang menjadi lawan laki-laki itu di pengadilan.
"Sejak awal aku sudah siap dan tahu resiko menjadi seorang pengacara. Kita juga harus mengingatkan suami jangan sampai salah dalam memberikan pembelaan untuk pelaku kejahatan. Selain itu tidak pernah lupa mendoakan kebaikan untuknya agar semua urusan dia dipermudah," ucap Larasati dengan lirih. "Jujur saja aku belum siap jika harus kehilangan Mas Bagas. Erlangga juga masih kecil dan sangat membutuhkan sosok ayah yang bisa dijadikan tolak ukur untuk panutan dirinya."
Tarissa bisa melihat betapa besar cinta Larasati untuk Bagaskara. Ini mengingatkan dirinya kepada Rahandika. Dia juga sangat mencintai mendiang suaminya. Jika saja Nafandra mau memberikan hak asuh Keanu kepadanya tanpa harus menikah dengannya, sudah pasti selamanya dia tidak akan menikah lagi.
Setelah selesai melakukan spa, lalu mereka ke bagian terakhir, yaitu MUA. Tarissa dan Larasati ingin merias wajahnya agar terlihat cantik paripurna.
"Kita main ke butik aku, yuk!" ajak Larasati setelah selesai mempercantik diri.
"Kamu punya butik?" tanya Tarissa.
"Iya. Dulu aku kuliah ambil jurusan arsitek, tapi punya hobi membuat pakaian. Jadinya, begini," jawab wanita berambut sebahu itu tertawa renyah.
"Sama seperti aku. Dulu aku kuliah jurusan manajemen bisnis, tapi malah menjadi guru TK," balas Tarissa ikut tertawa terkekeh.
Dengan menggunakan mobil milik Larasati mereka semua pergi ke butik La Mode milik wanita itu. Kebetulan tempatnya tidak jauh dari salon tadi.
Tarissa tidak lupa memberi tahu Nafandra akan keberadaan wanita itu dan anaknya sekarang. Dia juga nanti minta dijemput di sana.
Sebuah butik berukuran cukup luas dan bertingkat tiga berdiri kokoh menjulang di depan Tarissa dan yang lainnya. Istri Nafandra menatap takjub bangunan itu. Dia sangat jarang berkeliling ibu kota ini setelah kematian Rahandika. Tentunya dalam waktu satu tahun lebih itu ada perubahan.
"Ayo, masuk! Di sini sangat aman tidak akan ada yang menguping pembicaraan kita," ucap Larasati.
Erlangga dan Keanu yang sudah tertidur karena kelelahan bermain di baringkan di tempat tidur yang ada di ruang khusus istirahat Larasati. Kini kedua wanita itu duduk di sofa sambil menatap layar televisi.
Larasati menyambungkan panggilan video call ke layar televisi yang berukuran 50 inci. Ini bertujuan agar Tarissa bisa melihat Bagaskara dan Adimas dengan jelas.
Tarissa, Adimas, dan Bagaskara mulai membahas tentang kecelakaan yang menimpa Nessa. Mereka juga menyebutkan hal-hal yang janggal di malam kejadian itu.
"Aku sudah mendapatkan struk pembelian obat di apotek yang dibeli oleh Mang Tomi. Di sana tertera jam delapan lebih empat puluh lima menit. Berbeda dengan kesaksiannya yang bilang pukul sembilan lebih. Apa ini tidak aneh?" ucap Adimas.
"Kalau jam bisa saja ada seseorang yang sengaja mengatur waktu untuk mengecohkan penyelidikan," ujar Bagaskara.
"Benar juga. Siapa tahu ada yang menyeting ulang jam milik Mang Tomi. Kalau jam segitu pastinya masih terbilang awal malam, belum tengah malam. Bisa juga ketika dia bilang pulang dari villa itu pukul sembilan malam, sebenarnya waktu yang asli adalah pukul delapan," lanjut Tarissa yang diikuti seringai.
"Apa tujuan orang itu menyeting ulang waktu?" tanya Larasati.
"Tentu saja ada tujuannya. Dalam waktu satu jam itu ada orang yang datang ke villa dan memarkirkan mobil di sana. Merusak rem-nya agar tidak bisa berhenti mendadak atau mengurangi kecepatan ketika berada di jalanan menurun," jawab Tarissa.
"Benar. Apa yang dikatakan Tarissa itu besar kemudian seperti itu waktu malam kejadian," tukas Adimas dengan penuh semangat.
"Satu lagi hal yang bisa dijadikan petunjuk atas teka-teki kecelakaan Nessa," lanjut Bagaskara yang ikutan senang karena ada petunjuk baru.
Larasati pun kini paham. Mempunyai suami yang kerjanya memeras otak, wanita itu jadi ikutan kritis dalam berpikir.
"Bagas, bisa tolong bantu aku."
"Ya, katakan saja."
"Aku ingin tahu ada kasus apa yang pernah terjadi di rumah kediaman Brawijaya di masa silam. Entah itu puluhan tahun yang lalu atau belasan tahun yang lalu."
"Apakah pernah terjadi suatu kasus di rumah itu?" Adimas yang ikut mendengarkan menjadi penasaran.
"Sepertinya begitu. Karena ada satu kamar yang selalu dikunci rapat. Kebetulan aku menemukan anak kunci pintu itu. Begitu aku buka di sana sangat berdebu, gorden di tutup dan yang membuat aku shock adalah ada kain selendang menjuntai di kipas besar langit-langit kamar dan sebuah kursi terguling dibawahnya," jelas Tarissa.
"Wow. Aku yakin kematian Nessa ada hubungannya dengan orang yang ada di rumah Brawijaya!" pekik Bagaskara.
"Benarkah?" Wajah Tarissa menegang. Dia teringat kepada pesan Nessa tentang Keanu yang akan aman jika bersama dengannya.
"Aku yakin pasti Nessa mengetahui hal rahasia di keluarga Brawijaya. Karena itu dia dibunuh dengan cara kecelakaan," tutur Bagaskara.
"Oh, iya, Tarissa. Apa kamu tahu kamar yang terkunci itu milik siapa?" tanya Adimas penasaran.
"Aku rasa itu adalah kamar milik kedua orang tua Nafandra. Karena di kamar itu ada foto keluarga Nafandra bersama ayah dan ibunya," jawab Tarissa.
"Apa yang meninggal itu ibu kandungnya?" tanya Larasati.
"Aku rasa begitu. Aku sempat tanya kepada pelayanan senior yang sudah bekerja belasan tahun di rumah Brawijaya. Dia bilang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada ibunya Nafandra. Karena hanya tinggal dua orang pelayan yang masih mengabaikan diri di sana. Sisanya orang-orang baru yang tidak tahu sosok Nyonya sebelumnya," jawab Tarissa.
"Siapa kedua orang itu?" tanya Bagaskara.
***
Sambil menunggu bab berikutnya, yuk baca juga novel karya Mama Reni ini!