Giska adalah anak dari seorang sopir di sebuah perusahaan. Ia terkejut saat ayahnya mengatakan bahwa Giska akan menikah dengan anak dari bos tempat papanya bekerja. Giska kaget saat tahu kalau lelaki itu dingin, sombong, arogan. Ia berkata : "Kita menikah, kamu harus melahirkan anak laki-laki untukku lalu kita bercerai."
Mampukah gadis berusia 19 tahun itu menjalani pernikahan seperti ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musuh Dalam Selimut
"Ini adalah pamanku." ujar Giska spontan membuat Alka terkejut dan April menatap Alka sambil mengerutkan dahinya.
"Pamanmu? Aku sudah lama berteman denganmu namun tak tahu kalau kamu punya paman yang usianya masih muda seperti ini." April mengerutkan dahinya.
"Siapa bilang pamanku ini masih. Usianya sudah 27 tahun."
"Oh ya? Tapi 27 tahun itu masih termasuk anak muda." April tersenyum. "Perkenalkan namaku April. Aku sahabat dekatnya Giska."
Alka menatap April yang mengeluarkan tangannya. "Aku Alka, pamannya Giska. Semoga kamu tidak menjadi musuh dalam selimut bagi Giska ya?"
"Ha?" April terkejut.
"Paman kok gitu sih? April ini sahabat baikku. Ayo duduk!" Giska mengajak April duduk walaupun sebenarnya Giska masih marah pada gadis itu.
April pun ikut duduk. Ia memperhatikan barang belanjaan yang ada di lantai. "Wah, kalian belanja ya?"
"Pamanku. Dia ingin memberikan beberapa barang pada pacarnya. Dan dia mengajakku untuk belanja juga." jawab Giska. Ia menatap Alka dan meminta pria itu untuk tersenyum sebab Alka menatap April dengan wajah yang kurang bersahabat.
"Pamanmu mahal senyum ya?" bisik April pada Giska.
"Dia memang orangnya begitu. Agak pendiam dan mahal senyum." Giska menginjak kaki Alka yang ada di bawah meja. Namun cowok itu cuek saja. Ia terus menikmati makannya.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Giska.
"Oh, aku tadi bersama mamaku. Namun mama sedang ketemu dengan teman-teman arisannya di atas. Jadilah aku jalan-jalan ke sini. Eh, kamu nggak telepon Deo?"
Giska menggeleng. "Jangan omongin cowok itu ya? Kamu mau pesan apa?"
"Aki nggak lapar. Iseng aja masuk ke sini karena melihatmu. Setelah ini kita jalan-jalan ya?"
"Giska harus segera pulang karena sudah ditunggu oleh ayahnya." kata Alka dengan suara yang sedikit memerintah. Tapi Giska bersyukur karena Alka mengatakan itu. Ia malas jika harus bersikap manis pada April.
April nampak cemberut namun ia takut saat ditatap Alka tanpa berkedip. "Pamanmu ganteng tapi galak." April kembali berbisik.
Giska hanya tersenyum tipis.
"Kamu sudah selesai makan, Gis? Ayo kita pergi!" ajak Alka.
Giska menatap April. "Kami pergi dulu ya? Bye...!" Giska segera mengikuti langkah Alka sementara seorang lelaki yang lain datang untuk membawa tas belanjaan mereka. April mengerutkan dahinya. Di mana ya aku pernah melihat paman Giska itu. Rasanya wajah itu tak asing deh.
************
"Hei..., dasimu bengkok." kata Giska saat Alka akan keluar dari kamar. Keduanya berpapasan di depan pintu. Giska baru saja selesai menyiapkan sarapan dan Alka harus pergi cepat pagi ini.
"Bengkok? Tolong diluruskan ya? Entah kenapa tanganku agak sakit pagi ini."
Giska memperbaiki letak dasi Alka. Jarak mereka yang begitu dekat membuat Giska bisa mencium harumnya parfum Alka. Entah kenapa Giska justru merasa jantungnya berdetak kencang.
"Sudah selesai." kata Giska lalu mundur beberapa langkah.
"Makasi ya, bocil." kata Alka lalu mengusap kepala Giska sebelum akhirnya melangkah.
"Eh, sarapanmu sudah aku siapkan di atas meja. Jangan lupa di bawah ya?"
Alka menghentikan langkahnya dan membalikan badannya. "Kamu sudah selesai memasak? Pantas saja tadi saat kamu mendekat bau bawang."
"Alka.....!" Giska melotot dan Alka langsung pergi sambil tertawa. Entah mengapa ia sangat suka membuat Giska kesal. Mungkin karena Alka tak punya adik dan dia sudah menganggap Giska sebagai adiknya.
Begitu sampai di meja makan, Alka langsung meminum kopi tanpa gula nya. Ia lalu meraih tas makanan nya. Memang tak setiap hari Giska menyiapkan makanan untuknya karena kesibukan kuliahnya.
Sesampai di kantor, Rudi sudah menunggunya di depan pintu.
"Selamat pagi, tuan. Ada yang menunggu anda di dalam."
"Siapa yang bertamu pagi-pagi begini? Jam kantor saja belum dimulai."
"Sepertinya dia tahu kalau tuan akan datang lebih awal bagi ini."
Alka membuka pintu ruangannya. Ia terkejut melihat sosok cantik dengan tatapan menggoda sudah ada di atas kursi kerjanya. Rambut coklatnya yang tergerai indah dengan sedikit bergelombang. Bibir merah yang tersenyum manis padanya.
"Hai sayang.....!"
Alka menarik napas panjang. Ia sebenarnya sudah melupakan wanita ini. Alka begitu sibuk kerja dan mengejar kedudukannya untuk menjadi pemimpin perusahaan ini. Namun hati Alka bergetar saat mengingat bagaimana ia beberapa tahun yang lalu sangat menggilai wanita ini.
Rudi menatap tajam ke arah wanita itu. Ia berusaha sabar untuk tak mengatakan kepada tuan Geo. Karena ia tahu jika tuan besar tahu, maka hancurlah mimpi Alka untuk menjadi pemimpin perusahaan ini.
************
Langkah Giska terhenti melihat siapa yang duduk di bangku taman dengan teman-temannya.
Deo langsung memalingkan wajahnya saat melihat Giska. Hati Giska sakit diacuhkan namun ia tak bisa membalikan badannya dan ikut jalan lain karena teman-teman Deo terlanjur melihatnya.
"Giska...., ayo ke sini!" Merry, adalah sahabat Deo yang cukup akrab dengan Giska.
"Maaf, aku harus ke perpustakaan. Ada tugas yang harus aku selesaikan." kata Giska berusaha tersenyum walaupun hatinya sakit.
Merry menatap Deo. "Deo, kalian marahan ya? Kok saling acuh sih?"
Deo pura-pura membuka buku yang ada di depannya tanpa menjawab pertanyaan Merry.
Giska melambaikan tangan ke arah Merry lalu segera pergi.
"Mereka sudah putus." ujar Soni.
"Putus?" Merry terkejut. Ia tahu bagaimana perjuangan Deo untuk mendapatkan Giska.
"Semalam kamu nggak ikut kami ke restoran, mereka entah karena apa bertengkar. Setelah itu saat kami di klub malam, Deo mengumumkan kalau mereka sudah putus." bisik Eluna yang duduk di sebelah Merry.
"Astaga......!" Merry menyayangkan keputusan Deo dan Giska karena ia sangat menyukai pasangan itu.
Di dalam perpustakaan, Giska tak konsentrasi membaca bukunya. Perasaannya jadi galau. Aku nggak boleh kayak gini. Jangan sampai konsentrasi belajarku menjadi kacau hanya karena masalah ini. Aku sudah janji dulu pada ayahku kalau aku akan serius kuliah.
Giska mengeluarkan ponselnya. Apakah sebaiknya aku menelepon Alka? Tapi kalau aku mengadu, nanti dibilangnya bocil. Nggak mungkin juga kan aku menelepon April. Dia musuh dalam selimut.
Giska menjadi bingung. Tanpa sadar tangannya menekan nomor Alka.
Di ruangan kerja Alka......
Perlahan Alka mendorong tubuh wanita cantik yang ada di depannya. "Aku sudah menikah."
Wanita itu tertawa. "Jangan bercanda Alka. Inikah lelucon yang kamu berikan padaku setelah 3 tahun lebih kita tak berjumpa?"
"Aku serius."
Wanita itu membuka kancing kemejanya satu persatu. Tepat di saat itu ponsel Alka berdering. Ia segera bangkit dari sofa dan mengambil ponselnya dari dalam kantong celananya. "Istriku menelepon."
Perempuan itu nampak kesal.
"Hallo sayang.....!" sapa Alka terdengar sangat mesra.
"Sayang? Hei Alka, ini aku, Giska." Giska pastinya terheran-heran di ujung sana.
"Kamu di mana, sayang?"
"Hei....hallo....aku di kampus lah. Kok bicaranya pakai kata sayang segala sih?"
"Kamu bersama papa? Mau ke sini? Ya meeting ku baru saja selesai. Oh baiklah. Ini belum jam makan siang sih. Baru saja jam 11 siang."
"Kamu bicara sama pacar kamu ya? Apakah nomor ku tidak kamu save?"
"Ok sayang. 15 menit aku sudah tiba di sana. love you too. Bye....." Alka mengakhiri panggilan teleponnya. Ia menatap wanita cantik itu. "Maaf ya, aku harus pergi." Alka meraih kunci mobilnya dan segera meninggalkan ruangannya. Ia memberikan isyarat pada Rudi untuk mengikutinya dan Rudi memberikan perintah pada staf nya untuk segera melayani tamu yang masih ada di ruangan Alka.
"Ada apa tuan?" tanya Rudi sambil mengendarai mobil.
"Aku bisa gila bila berada di dekatnya terus."
"Tuan masih mencintainya?"
"Kamu tahu ada sesuatu yang membuat aku terikat padanya, Rudi. Ini bukan sekedar perasaan namun hasrat yang gila. Dan aku sudah menikah. Walaupun bukan pernikahan yang kuinginkan namun membuatku cukup tahu diri untuk tak jatuh pada obsesiku terhadapnya."
Rudi tersenyum. Ada sedikit rasa lega di hatinya.
**********
Siapakah perempuan itu ?
walopun di awal2 bab sedikit gemes dg karakter Alka yg super duper cuek, tapi pada akhirnya berubah jadi super bucin ke Giska..
finally happy ending.. saya suka.. saya suka..
Akhirnya mereka bisa mewujudkan impian kedua ortu masing2, walopun pada akhirnya hanya papa Geo yg bisa melihat langsung anak Alka-Giska dan itupun hanya sebentar..
benar2 perjuangan yg luar biasa ya papa Geo..
tetep berbau "bule" ya mak, walopun cuma blasteran..
secara visual benernya lebih suka sama Rudi, hehe.. tapi itu kan preferensi masing2..
seneng banget deh bisa reunian sama Juragan Wisnu-Naura..
kangennya lumayan terobati..
jujur, karya2 awal (alias para sesepuh) menurutku yg paling ngena di hati..
mulai dari empat sekawan Faith-Ezekiel, Ben-Maura, Edward Kim-Lerina, Arnold Manola-Fairy, trus jgn lupakan Giani-Geronimo dan yg khas nusantara tentunya juragan Wisnu-Naura..
semuanya karyamu aku suka mak, tapi kisah mereka yg paling tak terlupakan..
anyway, semoga sehat selalu ya mak..
tetap semangat berkarya apapun yg terjadi dan semoga sukses selalu baik di dunia halu dan nyata.. 💪🏻😘😍🥰🤩
alur cerita menarik dengan alur yg lambat dan terkadang juga cepat dengan mengalir dan tidak muter2.
terimakasih atas bacaannya yang menarik thor.
terus semangat berkarya...❤️❤️