NovelToon NovelToon
Edward : Balada Dari Bukit Gloosween

Edward : Balada Dari Bukit Gloosween

Status: sedang berlangsung
Genre:Iblis / Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Dendam Kesumat
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mr 18

Edward, seorang anak yatim piatu, tinggal di panti asuhan yang menjulang tinggi di puncak Bukit Gloosween.

Meski tidak memiliki mana yang mengalir didalam dirinya, Edward tidak pernah patah semangat untuk menjadi yang terbaik.

Setiap hari, ia belajar sihir dan beladiri dengan penuh semangat dari Kak Slivia dan Lucy, menemukan kebahagiaan dalam kehidupannya meskipun tidak memiliki mana.

Namun, kehidupan Edward tiba-tiba berubah saat desanya diserbu oleh pasukan Raja Iblis, yang menghancurkan segala yang ada di desa itu, termasuk Kakak Silva dan teman-temannya.

Peristiwa tragis ini tidak hanya mengubah nasibnya, tetapi juga membawa Edward ke dalam petualangan yang gelap dan penuh tantangan untuk membalas dendam dan menyelamatkan apa yang tersisa dari dunianya yang hancur.

Lalu bagaimana Edward menghadapi semua itu ? Tantangan apa yang menghadang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr 18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 15 Kamp Pertahanan

Langit mendung menggantung rendah, namun tak satupun tetes hujan turun dari awan gelap itu. Cahaya matahari yang seharusnya menerangi, kini terselubung oleh mendung pekat.

Bau darah yang tajam terbawa angin dari medan perang tidak jauh dari tempat kami berdiri, di perbatasan antara desa dan hutan Rawgle. Di sini, sebuah benteng kokoh melingkupi kamp prajurit kerajaan, menjadi perisai terakhir yang melindungi desa dari serangan musuh.

Kami baru saja selesai dari balai desa, memohon bantuan dari penduduk setempat. Bersama beberapa sukarelawan lain, kami melangkah menuju kamp pertahanan.

Di depan gerbang kamp, pos penjaga berdiri dengan waspada, tidak membiarkan siapa pun masuk tanpa izin.

Aku maju bersama Kak Lucy dan Kak Silvia. Penjaga itu menyapa kami dengan tatapan curiga. "Apa tujuan kalian ke sini?" tanyanya tegas.

"Hei! Apa kalian lupa denganku? Kami datang untuk membantu," jawab Kak Lucy sambil memamerkan lencana ketua korps penyihir. "Kami membawa sukarelawan dan bantuan dari desa," ujarnya penuh percaya diri.

Penjaga terkejut melihat lencana milik Kak Lucy dan segera memberikan hormat. "Maaf atas ketidaktahuan kami, Ketua Korps Lucy. Silakan ikuti saya," ucapnya hormat.

Pintu gerbang terbuka, mengungkapkan pemandangan kamp yang kacau balau di dalamnya. Tenda-tenda dipenuhi prajurit terluka, beberapa bahkan tergeletak di luar karena kekurangan tempat. Para penyembuh sibuk merapal mantra penyembuhan.

Kak Silvia terdiam, terkejut. "Ya Tuhan, ini lebih buruk dari yang kukira," gumamnya sambil melihat sekeliling.

Kak Lucy menepuk bahu Kak Silvia. "Inilah kondisi di perbatasan, tanpa persediaan yang cukup dan dalam kelelahan. Kita harus segera membantu," kata Kak Lucy penuh tekad.

"Ya, Lucy. Aku akan membantu sebaik mungkin," sahut Kak Silvia dengan tekadnya.

"Apa rencana kita sekarang, Kak Lucy?" tanyaku.

"Kita akan melaporkan kedatangan sukarelawan terlebih dahulu," jawab Kak Lucy sambil tersenyum.

Kami bergerak menuju tenda besar di kamp, melewati sejumlah prajurit yang memandang kami dengan tajam. Bisikan-bisikan terdengar, beberapa mengenai berita yang tersebar tentang diriku, membuatku merasa sedikit kesal.

Tiba-tiba, seorang prajurit besar menghalangi jalanku. Kak Lucy menatapnya tajam sambil memperingatkan, "Minggir."

Prajurit itu mencemooh kami, "Lucy, kenapa membawa dua orang yang tidak berguna? Apakah gadis itu bahkan punya mana, dan bocah itu?" katanya dengan tatapan sinis.

Emosiku hampir tidak terkendali, tetapi Kak Lucy memperingatkanku untuk tetap tenang.

Sebelum aku bisa merespons, Kak Silvia yang terdiam sebelumnya tiba-tiba menunjukkan sisi lainnya. Aura besar melekat padanya, mengeluarkan kekuatan yang telah lama ditekan. Udara terasa dingin dan tegang.

Mata Kak Silvia bersinar biru, rambutnya berubah menjadi perak. Dengan sikap dingin dan tatapan tajam, dia memancarkan aura membunuh yang menakutkan. Kehadirannya saja sudah cukup untuk membuat semua orang merinding.

Namun, seorang pria tua tiba-tiba muncul di samping Kak Silvia. Dengan gerakan tenang, ia menepuk pundak Kak Silvia. "Tenanglah, Silvia. Simpan amarahmu untuk para monster," katanya dengan suara lembut namun tegas.

Kak Silvia terkejut dan aura memudar. "Pak Jhon... akutidak menyangka Anda datang," ucapnya dengan senyum lega.

Pria tua itu adalah Jhon, pemimpin kamp pertahanan ini. Mereka berbicara akrab, seperti dua sahabat lama yang saling memahami.

Setelah ketegangan reda, kami merasa lega. Aku tidak menyangka Kak Silvia yang selama ini kusangka baik hati, memiliki sisi gelap yang begitu kuat.

Prajurit besar itu terdiam, wajahnya pucat. "Aku... aku minta maaf," gumamnya takut.

Kak Silvia menarik napas dalam-dalam, lalu memerintahkan aku untuk menenangkan diri. "Jangan pernah meremehkan orang lain lagi," katanya dengan suara dingin, sebelum melihat ke arahku.

Tiba-tiba, aku merasa ketakutan. Kak Silvia segera memelukku dengan hangat. "Maafkan aku, Edward. Aku tidak bermaksud menunjukkan sisi gelapku padamu. Tolong, lupakan semua ini," pintanya.

Aku merasakan kedamaian dalam pelukannya. "Iya, Kak. Aku mengerti," ucapku, sedikit gugup karena dampak dari kejadian tadi masih terasa.

"Terima kasih, Edward," ucap Kak Silvia dengan senyum manis.

Saat kami berbicara, Jhon menatapku tajam namun ramah. "Siapa dia?" tanyanya kepada Kak Silvia.

Kak Silvia menjawab, "Dia adalah salah satu anak panti asuhan yang akuasuh, juga murid dalam bela diri."

Jhon mengangguk, senyum puas di wajahnya. "Silvia yang kuat dan tangguh, kini melatih murid sendiri," katanya dengan bangga.

Dia kemudian menoleh padaku. "Bagaimana kalau kita berduel? Aku ingin melihat seberapa baik Silvia melatih muridnya," usulnya ramah namun menantang.

Detak jantungku berdegup kencang, campuran antara gembira dan cemas memenuhi dadaku. "Aku siap, Pak," jawabku dengan tekad.

Jhon tersenyum lagi, semangat membara di matanya. "Bagus! Mari kita lihat kemampuanmu," ujarnya sambil mempersiapkan pedangnya.

Kami berdua bergerak ke tengah arena latihan, menarik perhatian seluruh kamp. Kak Silvia berdiri di tepi arena dengan harapan.

" Ayo, tunjukkan apa yang kamu pelajari," kata Jhon, mengambil posisi siap.

Aku menarik napas dalam-dalam, memegang erat tombak yang diberikan Kak Silvia, mencoba menenangkan diri.

"Kenapa kamu menggunakan tombak itu?" tanya Jhon, kebingungan.

Aku hanya tersenyum, fokus pada strategi serangan.

Dengan gerakan cepat, aku melancarkan serangan pertama, menggabungkan teknik-teknik bela diri dengan tombak.

Jhon menangkis dengan gesit, tapi senyuman di wajahnya mengisyaratkan pengakuan atas kemampuanku. "Bagus, teruskan!" serunya, membangkitkan semangatku.

Pertarungan berlangsung sengit. Setiap serangan dan tangkisan menghasilkan percikan energi yang memenuhi udara.

Aku bergerak dengan cepat, menekan Jhon dengan serangan bertubi-tubi.

Meskipun Jhon lebih berpengalaman, setiap seranganku memaksa dia untuk bergerak cepat dan hati-hati.

Seluruh mata menatap penuh kagum. " Hebat siapa anak itu? dia bisa memojokkan Pak Jhon." Ucap salah satu prajurit.

" Benar,aku bahkan aku yang pernah berduel dengan Pak Jhon tidak bisa menyerangnya sedikitpun."

"Teknikmu sudah cukup matang," kata Jhon, menangkis seranganku. "Tapi ingat, kecepatan dan kekuatan harus seimbang."

Aku mengangguk, tersenyum. "kerahkan seluruh tenaga tua mu Pak Jhon," ujarku santai, membuat Jhon terkejut.

Dengan napas dalam, aku mengumpulkan energi dan memfokuskan pikiran ku. Tombak yang Kak Silvia belikan di pasar terasa nyaman di tangan ku, dan aku memutuskan untuk memanfaatkannya sebaik mungkin.

"Trangg... Tinggg... Sringg..." Dentingan logam mengisi arena saat tombak dan pedang bertabrakan. Aku berusaha mengikuti setiap gerakan Jhon dengan teliti, mencari celah di pertahanannya.

Jhon menunjukkan kepiawaiannya dengan serangan-serangan yang cepat dan akurat. Dia menggabungkan kecepatan dengan kekuatan, membuat setiap gerakannya terasa sangat berbahaya. Aku berusaha bertahan sebaik mungkin, menggunakan teknik-teknik yang baru saja aku pelajari.

Sementara itu, Kak Silvia memberikan petunjuk dari pinggir arena, suaranya terdengar jelas di tengah kebisingan pertempuran. "Edward, fokuslah! Rasakan aliran pertempuran, dan cari celah untuk menyerang!"

Aku menuruti nasihatnya, mencoba menenangkan diri dan merasakan setiap getaran energi di sekitar kami. Pertarungan semakin intens, tetapi aku tidak boleh terbawa emosi. Aku perlu menjaga kejernihan pikiran untuk mengatasi kecepatan dan kekuatan lawanku.

Setiap kali tombakku bertemu dengan perisai energi Jhon, dentingan keras terdengar menggema di udara. Aku mencoba menggabungkan teknik-teknik bertarung dengan tombak yang Kak Silvia ajarkan, menciptakan serangan-serangan yang kompleks.

Jhon tersenyum puas, mengakui kemampuanku yang semakin matang. "Bagus, teruskan!" serunya, memacuku untuk memberikan yang terbaik.

Aku merasakan dorongan semangat dari sorakan penonton di sekeliling arena. Mereka memberi aku kekuatan tambahan untuk melanjutkan pertempuran ini dengan semangat yang baru.

Aku melancarkan serangan terakhir dengan penuh energi, mencoba menembus pertahanan Jhon. Tombakku bergerak cepat seperti sambaran petir, mencoba mengatasi perlawanan lawanku.

Namun, Jhon tidak tinggal diam. Dia mengantisipasi gerakanku dengan lompatan yang ringan, menghindar dari serangan terakhirku dengan kecepatan yang menakjubkan. Dia benar-benar seorang master dalam bidangnya.

Kak Silvia terus memberikan dorongan dari pinggir arena, memandangiku dengan bangga. "Jangan terburu-buru, Edward! Fokus dan perhatikan setiap gerakannya!"

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dan mengatur nafas. aku merasakan adrenalin memompa darahku, dan keinginan untuk menunjukkan bahwa aku bisa melawan lawan sehebat Jhon.

Pertarungan semakin intens. Setiap gerakan Jhon diantisipasi dengan hati-hati, mencari celah untuk menyerang balik. Aku bergerak dengan gesit dan lincah, menggunakan tombakku dengan kemahiran yang semakin baik.

Akhirnya, setelah beberapa saat yang terasa seperti seabad, Jhon mengangkat tangan sebagai tanda berakhirnya pertarungan. Napasnya terengah-engah sedikit, menunjukkan betapa seriusnya pertempuran ini.

"Cukup," katanya dengan senyum puas. "Kamu sangat berbakat, Edward. Silvia, kamu telah melatih murid yang luar biasa."

Aku tersenyum lega, merasa bangga dengan pencapaian hari ini. "Terima kasih, Pak Jhon," ujarku dengan rasa hormat.

Pak Jhon memandangku dengan penuh penghargaan. "Teruslah berlatih, dan suatu hari kamu akan menjadi lebih hebat lagi. Kamp ini membutuhkan orang-orang seperti mu," katanya dengan senyum ramah.

Kami kembali ke keramaian kamp, aura tegang digantikan dengan semangat baru yang membara. Aku merasa puas dengan pertarungan hari ini, dan aku tahu bahwa ini baru awal dari petualangan yang lebih besar yang menanti di masa depan.

Di tengah-tengah keramaian itu, aku menatap Kak Silvia yang tersenyum bangga padaku. Bersama-sama, kami siap menghadapi segala tantangan yang akan datang dengan semangat dan kepercayaan diri yang baru ditemukan.

1
Lhe
sukaaa banget
夢見る者
hmm, mayan sih
Darkness zero
up nya lama sekalinya up langsung belasan chapter
Muhammad Rama: Sory bang lama up nya/Frown/, gw juga ada kesibukan jadi nggak bisa up sehari langsung belasan/Sob/, sabar bang pasti up kok setiap hari
total 1 replies
Ulin Nuha
menarik
Gundaro
Total likenya kok janggal? like 151 tapi gak ada komentar, apakah author ngebom like?
wondervilz`
Jangan lupa mampir di karyaku yg berjudul , Life saver the series system
Aili
lanjut Thor!!/Determined//Determined/
Muhammad Rama: Siap /Hey/
total 1 replies
Aili
dah mampir nih/Determined//Slight/
Muhammad Rama: Tanks kak
total 1 replies
Aili
1 /Rose/+ 1 iklan untukmu thor/Determined//Determined/
Muhammad Rama: Oke /Joyful/
Aili: saling² membantu kakak ~/Proud/
total 3 replies
Hudan Nafil
Thor, jaga kesehatan ya? Jangan terus nulis sampe lupa makan dan ridur
Fawwas Tholib
Selalu berkarya thor
Dirhan Saputra
Tetap up bang
Amir Syamlan
Thor jangan lupa istirahat 😂
Ahmad Faldi
Semangat berkarya kak👍
hide my smile
up lah buset
hide my smile: wkwkkwkkk🗿🗿🗿
Muhammad Rama: Sabar bang, gue insyaallah pasti up tapi sehari sekali🤣
total 2 replies
Taru
Sippp mulai seru nih
Taru
Seru banget bang, tolong terus UP gw pasti nungguin setiap hari. /Tongue/
Taru
Hmmm menarik 😜
꧁གMSHKཁ꧂
Bagus banget 😍, pembawaan ceritanya bagus banget, seakan-akan kita jadi edward
꧁གMSHKཁ꧂
Kasihan banget Edward 😭 padahal dia sudah berharap banget dapat kekuatan. Dasar Destrover sialan😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!