Luka Hati Seorang Istri

Bu Retno sedang gelisah menunggu kabar dari Dewi, dia sudah tidak sabar ingin melihat uang tiga puluh juta yang sudah Dewi janjikan akan diberikan hari ini. Dia tidak menyangka akan begitu mudah meminta uang pada Dewi. Dan dia pasti yakin setelah Dewi menikah dengan Reno pasti hidupnya akan senang karena punya menantu kaya yang tentu saja akan kecipratan hidup mewah dengan uang menantunya itu.

"Gimana Bu, apa sudah dapat kabar dari mbak Dewi? Bukankah kata ibu dia akan memberikan uangnya hari ini?"

"Iya Ga, kemarin waktu pulang dari pengadilan dia mau memberikan uang yang kita minta itu hati ini, tapi sampai sekarang belum ada kabar sama sekali. Padahal ini sudah siang."

"Apa tidak lebih baik ibu telepon saja mbak Dewi untuk mengingatkan. Siapa tahu dia lupa mengambil uangnya."

"Kamu benar sih Ga, tapi apa tidak papa? Takutnya nanti dia marah karena merasa di buru - buru. Kesannya kan ibu maksa dia nanti."

" Gak papa Bu, lebih baik tanya kan daripada ibu dari tadi gelisah menunggu kepastian dari mbak Dewi."

Setelah merenung sejenak akhirnya Bu Retno setuju untuk menelepon Dewi. Dia dengan hati - hati dan suara pelan berbicara dengan Dewi setelah panggilannya diterima oleh orang di seberang sana yang tak lain adalah Dewi sendiri.

"Hallo Bu."

"Hallo Dewi, kamu sedang apa? Ibu ganggu kamu gak?"

Bu Dewi mencoba beramah tamah pada calon mantu idamannya itu.

"Gak kok Bu, Dewi cuma lagi kerja aja. Ada perlu apa ibu menelepon Dewi?"

Dewi yang sudah punya firasat tidak enak segera bertanya pada Bu Retno maksudnya menelepon saat ini.

"Ibu cuma mau tanya kamu jadi kan kesini hari ini mengantar uangnya, kira - kira mau kesini jam berapa? Ibu mau masakin yang spesial buat kamu."

Bu Retno sengaja membuat alasan mau memasak untuk mengelabuhi Dewi.

"Oh, soal itu. Ibu tenang saja, Dewi akan datang setelah jam kerja Dewi nanti malam. Aku akan minta mas Reno jemput nanti sepulang dia bekerja."

"O syukurlah kalau gitu. Ibu tunggu nanti malam ya. Ibu akan masak spesial untuk kalian."

Setelah Dewi memutuskan sambungan teleponnya, Bu Retno segera menghampiri Mega untuk mengantarnya berbelanja. Karena dia sudah janji ingin masak untuk Dewi nanti malam.

"Mega,,,,Mega,,,kamu dimana?"

"Ada apa sih Bu teriak - teriak gitu."

Mega yang dengan tergopoh lari menghampiri ibunya sangat kesal karena ternyata ibunya baik - baik saja.

"Kamu anterin ibu belanja sekarang ya. Ibu mau masak enak malam ini."

"Memangnya ada acara apa Bu?"

"Ibu mau masak yang spesial buat Dewi karena nanti malam dia janji akan bawa uangnya ke sini."

"O gitu, enak ya Bu punya ipar kaya mbak Dewi. Kalau kita butuh uang tinggal minta saja sama dia nanti."

"Iya makanya kita harus baik - baik ke dia agar secepatnya dia bisa menikah dengan Reno. Nanti kita bisa tinggal minta saja ke dia kalau butuh apa - apa. Kan uangnya banyak."

"Iya, ya sudah ayo Mega antar ke pasar mumpung Rara masih tidur. Nanti biar aku titip ke mbak Sindi saja buat jagain Rara selama kita pergi."

"Ya sudah, ibu siap - siap dulu, ganti baju ya. Nanti kalian harus bantuin ibu masak."

Setelah siap, Mega mengantar Bu Retno untuk ke pasar belanja bahan makanan dan kemudian mereka memasak bersama untuk menyambut kedatangan Dewi yang akan membawa uang untuk mereka nanti malam.

***

"Pa, Dewi mau minta uang tiga puluh juta ya."

Ucap Dewi saat papanya sedang sarapan di meja makan. Dewi memang masih mengandalkan uang orang tuanya untuk memenuhi gaya hidup mewahnya. Karena kalau hanya mengandalkan gaji seorang perawat yang tidak seberapa, tidak akan bisa membuat hidup Dewi penuh dengan barang - barang mahal. Dan selama ini uang gaji yang diterima selalu habis untuknya berfoya - foya di luaran sana bersama dengan teman - temannya. Dia tidak pernah memikirkan akan kekurangan uang karena dia tinggal minta ke orang tuanya yang uangnya tidak akan habis itu saat membutuhkan. Karena Dewi merupakan anak tunggal jadi orang tua Dewi begitu memanjakan anaknya itu.

"Buat apa Wi kamu butuh uang segitu?"

Tanya pak Broto, ayah Dewi yang masih sambil melanjutkan makannya.

"Biasa pa, Dewi pengen belanja. Lagi ada barang baru di butik langganan Dewi."

Alasan Dewi agar papanya tidak curiga. Dia tidak mau kalau sampai papanya tahu uang itu akan diberikan pada Bu Retno nantinya. Bisa - bisa nanti orang tuanya akan marah dan membenci keluarga Reno. Dia tidak mau hal itu terjadi sehingga dia terpaksa berbohong pada papanya.

Dia memang biasa berbelanja barang mahal sehingga pak Broto tidak curiga dengan permintaan putrinya itu.

"Ya sudah nanti papa transfer ke rekening kamu seperti biasa ya."

"Terima kasih pa, pokoknya papa yang terbaik deh."

Lalu Dewi mencium pipi papanya karena senang permintaanya dikabulkan oleh papanya.

"Ya sudah kalau gitu Dewi pergi kerja dulu ya pa."

"Lho, gak sarapan dulu?"

"Gak ah, nanti saja disana."

"Ya sudah hati - hati."

"Lho Wi, kok gak sarapan dulu udah mau berangkat saja?"

Ucap Bu Susi, mamanya Dewi yang selalu terlihat glamor dengan dandanannya.

"Sarapan disana aja ma nanti sama temen - temen."

"Ya sudah kalau gitu hati - hati ya."

Dewi langsung meninggalkan kediaman orang tuanya untuk menuju ke tempat kerjanya karena hari ini dia masuk kerjanya pagi.

Tak lama setelah dia berangkat ada notif pemberitahuan uang masuk sejumlah tiga puluh juta ke rekeningnya. kemudian dia membelokkan mobilnya ke bank untuk sekalian mengambil uang yang baru ditransfer pak Broto sebelum dia sampai di tempat kerja. Daripada nanti harus repot keluar lagi saat sudah di tempat kerja. Meskipun sebenarnya dia akan terlambat kalau harus mampir dulu. Tapi dia tidak perduli karena sebelumnya dia sudah sering terlambat juga. Dan hal itu berakibat dipotong gajinya nanti. Hal itu tidak jadi masalah buat Dewi karena dia tidak pernah memikirkan soal uang.

Setelah mendapatkan uangnya lalu dia pun langsung ke tempat kerjanya, sedangkan uangnya dia simpan di dalam tasnya, dia akan bawa nanti setelah pulang kerja.

Sebelum bekerja dia mengirim pesan terlebih dahulu kepada Reno untuk menjemputnya nanti setelah pulang bekerja untuk langsung ke rumahnya menyerahkan uang yang mereka minta.

"Mas, nanti pulang kerja jemput aku di tempat kerjaku ya. Aku mau memberikan uang yang sudah aku janjikan pada ibumu kemarin."

Tak lama kemudian pesan balasan dari Reno pun masuk.

"Iya sayang, nanti aku jemput kamu seperti biasa ya."

Setelah semuanya beres, Dewi segera melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena dia terlambat tadi.