I LOVE YOU DADDY

Ting....

Lift terbuka dan Moya melangkahkan kakinya keluar. Moya begitu gugup sampai sampai kakinya gemetar dan membeku di tempat. Moya takut di tolak dan di diamkan Dwiky nantinya.

Tapi lagi lagi Perasaan bersalah dan keinginan untuk meminta maaf kembali muncul. Menghela nafas dalam dan mulai melangkahkan kaki ke arah ruangan wakil direktur.

Dengan perasaan yang berkecamuk di hati, Moya melangkahkan kakinya pelan tapi pasti.Saat sampai depan pintu kaca ruangan tertulis wakil direktur. Sayup sayup terdengar suara orang tertawa begitu riang, bukan hanya satu orang melainkan dua orang dan sepertinya yang satu terdengar seperti suara wanita.

Tanpa berfikiran buruk Moya pun mengetuk pintu kaca beberapa kali.Tapi tak ada sautan dari dalam. Karena tak ada sautan dari dalam Moya pun mulai mendorong pintu kaca dengan perlahan....

Ceklek....

Saat memasukkan langkah pertama kakinya kedalam, pandangannya tertuju pada dua orang pasang pria dan wanita yang sedang duduk begitu dekat, sebelah tangan si wanita mengusap ujung bibir si pria begitu mesra. Sepertinya mereka sedang makan siang bersama.

Moya membeku di tempat, kakinya bergetar hebat dan tanpa dia sadari paper bag yang dia bawa terjatuh ke bawah. Bulir bening mengalir dengan sendirinya.

" Ma_maaf........!!!!" mundur dengan tubuh yang sedikit limbung. Untung satu tangan Moya masih memegang handle pintu kaca, jadi dia tidak sempat terjatuh.

" Moyaaa.......shitttt....??" kata Dwiky terkejut.

Hancur sudah hati Moya melihat semuanya. Dia mulai meninggalkan pintu itu dengan setengah berlari serta derai air mata. Dia tak menghiraukan panggilan Dwiky. Dia hanya ingin berlari dan pergi dari ruangan itu.

Sampai di depan lift, Moya masih terus menangis, saat memasuki lift seorang pria pun masuk dengan langsung memeluk tubuhnya. Ya...dwiky yang memeluk moya. Moya berusaha melepas dan mendorong tubuh Dwiky. Tapi apalah daya tubuh wanita mungil itu di dekap tubuh kekar Dwiky.

"Hei...sayang,itu tidak seperti yang kamu fikirkan, dia sekretaris Daddy sayang,dan Daddy nggak ada hubungan apa apa dengan dia. Percaya sama Daddy sayang...." jelas Dwiky panjang lebar.

Moya terus diam dalam pelukan daddy-nya. Moya sempat melihat di ujung matanya Dwiky memegang di salah satu tangannya paper bag yang dia bawa tadi. Dengan berbagai cara Dwiky membujuk Moya.Tapi tak satupun ada hasilnya.

Sampai di mobil pun Moya tidak mau bicara. setelah memasang sabuk pengaman Moya, Dwiky mengitari mobil dan duduk di kursi kemudi lalu melajukan mobil membelah jalanan yang ramai,karena jam makan siang.

"Sayang...jangan diam aja dong??" kata Dwiky memelas.

"Kamu boleh Maki Daddy sesuka kamu...!!, tapi jangan diam begini dong sayang..."

"Ok....Daddy yang salah mendiamkan kamu pagi tadi, dan Daddy minta maaf. Tapi yang kamu lihat tadi bukan seperti yang terlihat sayanggggg....!!!" jelas Dwiky kembali.

Dwiky tak berputus asa,dia terus meminta maaf dan menjelaskan persoalan yang sesungguhnya. Sebenarnya Moya sudah mendingan kok.Tapi Moya masih mau melihat daddy-nya memohon maaf dengan merengek...,itu sungguh menggemaskan buat Moya.

Moya terkejut saat mobil tidak melaju pulang ke arah rumah mereka, Entah kemana Dwiky mau membawanya.

'Eh..,ini kan jalan ke arah wisata Pantai pasir putih ? Mau apa Daddy ngajak aku ke sini ?"' batin moya bingung.

Meskipun hatinya bingung,Moya kekeuh tidak mau bicara. Dia memang sedang memberi pelajaran atau lebih tepatnya membalas dendam dengan perbuatan Dwiky pagi tadi.

Setelah memarkirkan mobilnya di basemen sebuah hotel di pinggir pantai, Dwiky masih dengan menenteng paper bag, membuka sabuk pengaman dan menggenggam tangan Moya erat dan membawanya masuk dalam lift hotel.

Dia mendudukkan Moya di sebuah sofa yang terdapat di lobi hotel, sedang Dwiky mendekati bagian resepsionis hotel dan entah apa yang dia berikan dan terima dari mbak mbak resepsionis hotel itu. Kemudian dia mendekati Moya dan menuntunnya kembali ke arah lift. Moya seperti kerbau di cucuk hidung, menurut tanpa adanya protes. Dwiky yang menyadari itu tersenyum simpul.

Setelah sampai di sebuah pintu yang bertuliskan nomer 250, Dwiky pun membuka pintu dengan ID Card yang dia pegang hingga terbukalah pintu ruangan kamar suite room yang lumayan luas dan memiliki furniture modern.

Dwiky mulai mendudukkan Moya di sofa ruangan tengah. Selanjutnya tangan Dwiky mulai membuka paper bag yang dari kantor tadi dia tenteng. Lalu membuka satu persatu kotak makan yang ternyata isinya bermacam lauk dan nasi.Wajah Dwiky begitu berbinar.

"Ternyata kesayangan Daddy bawain makan siang Hem." sambil mulai mengambil nasi dan lauk serta sayur.

Mendekati Moya dan mulai menyuapi putrinya. Moya mulai nya tidak mau membuka mulut tapi setelah di sodori sendok yang terus menerus....,bagaimana bisa nolak.

"Haaaaaak,....buka mulutnya sayang?" dengan sabar dan lembut.

Akhirnya Moya mau membuka mulutnya untuk menerima suapan dari dwiky. Sesudahnya Moya mengambil alih sendok dan mulai menyuapi ganti daddy-nya. Keduanya tersenyum bahagia. Selanjutnya terus seperti itu sampai makanan nya habis tak bersisa.

"Sayang...sini deh !" memanggil Moya yang baru selesai mencuci peralatan makan mereka.

Tanpa berkata sepatah pun Moya mendekati daddy-nya ke arah balkon kamar hotel. Moya membelalakkan matanya saat melihat pemandangan di depan balkon kamar mereka. Hamparan pasir putih yang berkilauan dan bibir pantai yang begitu cantik.

Di rengkuhnya bahu Amora dengan begitu mesra. Dwiky benar benar bahagia saat ini. Tidak bisa di gambarkan dengan apapun. Dwiky mem posisikan keduanya hingga berhadapan.

Mencium lembut kening Amora dan selanjutnya turun kebawah menuju ke benda padat nan seksi kesukaannya. Entah dari kapan dia begitu candu pada bibir seksi Amora. Yang jelas dia tidak bisa melewatkan nya di setiap kesempatan.

"Sayang....mulai hari ini kamu panggil Daddy dengan sebutan lain boleh?? Apa saja terserah...,Mas,Bang,sayang honey atau baby Hem !!" pintanya memohon.

"Tapi kenapa dad...?" tanya Moya bingung.

"Karena mulai hari ini...Moya bukan putri Daddy lagi..!"

Deg...

"Karena Moya sudah menjadi wanita nya mas Dwiky...Hem !!" berkata dengan enteng.

"Tapi dad....??"

"sssttt...kamu nggak usah bilang apa apa sayang...cukup jalani dan percayakan semuanya sama mas ok...?" meletakkan jari telunjuk di depan bibir Moya.

Moya hanya mengangguk mengiyakan. padahal dia bingung dengan hatinya sendiri. Apakah kejadian di kantor tadi adalah bentuk cemburu dia karena mencintai Dwiky?atau....entahlah. Tapi Moya selalu merasa tidak suka bila ada wanita lain di dekat Dwiky. Kadang ada keinginan dia ingin selalu memiliki Dwiky seutuhnya. Apa itu rasa cinta?

...****************...

Happy reading guys, jangan lupa like dan komennya ya....

Terimakasih