NovelToon NovelToon
Satu Milyar Untuk 30 Hari

Satu Milyar Untuk 30 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Nikah Kontrak
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Tya

zea perempuan cantik yang harus menikah kontrak selama 30 hari dengan leon pengusaha kaya raya.
di dalam perjanjian pernikahan kontrak mereka tidak boleh saling jatuh cinta.
namun berjalannya waktu zea mulai ada rasa dengan Leon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Zea merasa dirinya sudah cukup tenang, ia keluar dari kamar dengan langkah pasti. Ia berjalan menuju ruang tamu yang sunyi dan duduk di sofa empuk sambil memijat keningnya yang tegang.

Perasaan kecewa dan kesal masih terasa di dadanya, namun ia mencoba untuk menenangkan diri.

"Non Zea, mau saya buatkan minum?" tawar bibik yang melihat kondisi Zea dari sudut ruangan, mencoba menghibur hati gadis tersebut.

"Tidak usah, Bik," jawab Zea sambil tersenyum lemah. Ia tahu bibik mencoba membantunya, namun ia memilih untuk menanggung beban ini sendiri.

Tak lama kemudian, deru mobil Leon terdengar di telinga Zea, menandakan suaminya baru saja pulang. Pintu utama terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Leon dengan wajah datarnya, tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Leon masuk ke dalam rumah, tatapannya langsung menemui Zea yang masih duduk di sofa dengan bibir memanyun. Suasana tegang seketika menyelimuti ruangan.

"Ikut aku ke kamar," seru Leon tegas, sambil berjalan ke arah kamar mereka. Ia tak peduli dengan perasaan Zea, yang saat ini merasa terpojok.

"Dasar manusia tukang maksa," kesal Zea dalam hati. Namun, ia terpaksa mengikuti Leon ke kamar, menelan rasa sakit hatinya yang mendalam.

Zea berdiri di depan jendela kamarnya, kesal karena kejadian sebelumnya. Ia tak menyadari Leon masuk ke kamarnya dengan membawa seikat bunga mawar merah dan ponsel Zea yang tertinggal di ruang tamu.

Leon melihat Zea yang masih kesal dan memutuskan untuk menghiburnya. Ia menghampiri Zea dengan senyum manis, berharap bisa menghilangkan kesal yang ada di wajah Zea. Namun, saat ia mencoba mencium bibir mungil Zea, gadis itu langsung menepisnya.

"Gak boleh!" seru Zea dengan wajah kesalnya. Ia menatap tajam ke arah Leon, memperingatkannya untuk tidak mendekat lagi.

Leon tak patah semangat. Ia mencoba lagi mendekati Zea, namun sekali lagi, gadis itu menepisnya dengan keras. Leon menatap wajah Zea yang kesal, lalu tersenyum miring.

"Kau emang membuatku semakin ingin melahapmu, Zea," ujarnya penuh nafsu.

"Jangan coba-coba kamu mendekatiku!" seru Zea dengan nada tegas. Wajahnya memerah karena marah dan malu, namun di balik semua itu, ada sedikit rasa takut yang tersembunyi di hatinya.

Saat itu, suasana di kamar mereka begitu sunyi dan penuh ketegangan. Leon, dengan tubuh tegap dan tatapan tajam, mendekati Zea yang tengah duduk di tepi tempat tidur. Tiba-tiba, tanpa peringatan, Leon membopong wajah mungil Zea dan mengecup bibirnya dengan kasar.

Zea terkejut, namun tak memiliki pilihan selain pasrah. Dia tahu bahwa melawan Leon sama saja dengan bunuh diri, mengingat tubuhnya yang jauh lebih kecil dan tak sekuat Leon.

Mereka pun terlibat dalam adegan intim yang cukup liar, memadukan hasrat dan gairah yang membara.

Setelah beberapa menit berlalu, mereka akhirnya merasa puas dan memutuskan untuk mandi bersama. Di kamar mandi yang luas, mereka kembali mengeksplorasi tubuh satu sama lain, seolah tak pernah lelah dan tak ingin melepaskan diri satu sama lain.

Namun, setelah adegan kedua itu berakhir, Leon segera mengakhiri permainan mereka dan beranjak keluar dari kamar mandi terlebih dahulu.

Zea, yang masih merasa belum puas, terdiam sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk membersihkan tubuhnya sendiri.

Dengan gerakan lembut, Zea menyapu seluruh tubuhnya dengan air yang jatuh dari shower. Dia merasakan sensasi dingin yang menyegarkan, seolah membawa kembali kesadarannya yang sempat hilang dalam kenikmatan yang tak terlupakan.

Setelah membersihkan diri, Zea mengenakan piama kesayangannya yang terbuat dari bahan katun lembut dan nyaman di kulitnya.

Dengan rambut yang masih basah dan terikat karet, Zea melangkah ke depan cermin yang ada di kamar tidurnya untuk menyisir rambutnya.

Pada saat itulah, Leon datang dan berdiri di ambang pintu kamar dengan menenteng bunga mawar merah dan sebuah ponsel di tangannya.

"Ini untukmu," seru Leon sambil mengulurkan bunga dan ponsel itu ke arah Zea.

Zea terkejut dan tidak bisa menyembunyikan rasa gembiranya. "Bunga? Tuan memberikan bunga ini untukku?" tanyanya dengan mata berbinar.

"Iya," jawab Leon singkat, wajahnya tampak malu-malu.

Senyum Zea semakin lebar, membuat wajah cantiknya semakin menawan. Ia segera berdiri dari kursinya dan memeluk erat tubuh Leon. Jantung Leon berdebar kencang, bahkan lebih kencang dari biasanya.

"Aish, jantung aku kenapa bisa seperti ini," gerutu Leon dalam hati, mencoba menenangkan dirinya.

Merasa jantung Leon berdebar kencang, Zea melepaskan pelukannya dan kembali duduk di kursi. Ia menghirup aroma bunga mawar yang diberikan Leon sambil menatap penuh harap ke arahnya.

Keduanya saling berpandangan dalam diam, seolah-olah ada seribu kata yang ingin mereka ucapkan, namun tak mampu diungkapkan.

Zea menatap kagum ke arah meja rias yang ada di kamarnya. Di sana tergeletak sebuah benda yang belum pernah ia lihat sebelumnya. "Itu apa, Tuan?" tanyanya penasaran.

"Ponsel," jawab Leon singkat.

"Wow, Tuan membelikan ponsel juga untukku?" Zea tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Leon mengangguk, membuat Zea semakin girang. Ia meletakkan bunga yang sedang dipegangnya, lalu mengambil ponsel tersebut. Zea lantas kembali bertanya bagaimana cara menggunakannya.

Dengan sabar, Leon mengajari Zea cara menggunakan ponsel barunya. Zea sangat senang dan takjub dengan kemampuan ponsel tersebut.

"Terima kasih, Tuan Leon," ucap Zea dengan tulus.

"Sama-sama," balas Leon dengan senyum hangat.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu kamar mereka. "Makan malam sudah siap, Tuan Nona," seru Bibik dari luar.

"Iya, Bik," jawab Leon.

Mereka berdua pun keluar dari kamar, bersiap untuk menikmati makan malam bersama. Zea masih tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya karena mendapatkan ponsel dari Leon.

Di balik tatapan dingin yang biasa ditunjukkan oleh Leon, ternyata dia memiliki sisi yang sangat perhatian. Zea merasa kagum dengan sisi lain yang jarang ditunjukkan Leon ini. Dalam hati kecilnya, Zea tak henti-hentinya mengagumi Leon yang sedang duduk di seberangnya.

Tiba-tiba, Leon menyadari bahwa Zea tengah menatapnya. "Gak usah memandangi aku, nanti kamu jatuh cinta sama aku," ucap Leon dengan nada bercanda.

"Ih, gak mau ah!" Zea menjawab dengan ekspresi jijik yang dibuat-buat.

Leon tersenyum tipis, lalu mengambil piring dan menyiapkan makan malamnya. Zea pun segera menyajikan nasi dan lauk pauk untuk Leon, seperti seorang istri yang menyajikan makan malam untuk suaminya.

Mereka berdua duduk berhadapan, menikmati makan malam yang hangat dan lezat. Meski suasana di antara mereka terasa dingin, namun ada kehangatan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Zea tersenyum dalam hati, merasa bahagia karena bisa melihat sisi lain dari Leon yang sangat jarang ditemui, zea juga merasa jantung tak aman jika berdekatan dengan Leon.

***

1
Dewi
👍
Rike
cwok gk besyukur🤦
Dewi
ceritanya sangat bagus
🌜💖Wanda💕🌛
Luar biasa
Ivana Make Up
awal yg bagus😍aku suka baca novel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!