Denis Agata Mahendra, seorang bocah laki-laki yang harus rela meninggalkan kediamannya yang mewah. Pergi mengasingkan diri, untuk menghindari orang-orang yang ingin mencelakainya.
Oleh karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan kematian sang ayah, ia tinggal bersama asisten ayahnya dan bersembunyi hingga dewasa. Menjadi orang biasa untuk menyelidiki tragedi yang menimpanya saat kecil dulu.
Tanpa terduga dia bertemu takdir aneh, seorang gadis cantik memintanya untuk menikah hari itu juga. Menggantikan calon suaminya yang menghamili wanita lain. Takdir lainnya adalah, laki-laki itu sepupu Denis sendiri.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkenalan Denis
"Ekhem! Saya rasa ada yang sedang kasmaran," ujar Haris melirik Denis yang berdiri di depannya usai mereka berada di dalam lift.
"Diamlah!" tegur Denis dingin.
Haris menahan tawa, menatap punggung sang tuan yang nampak berguncang beberapa kali meski pelan.
"Apa kau sudah menyiapkan hadiah untuk kakek?" tanya Denis melirik Haris lewat dinding lift.
"Anda tenang saja, hadiah akan dikirimkan ke rumah tuan Jaya setelah waktunya," jawab Haris dengan yakin.
Denis mengangguk-anggukkan kepala puas, setelahnya mereka terdiam sampai lift berhenti.
"Ngomong-ngomong, terima kasih kau sudah menerima CV istriku," ucap Denis menghentikan langkah dan berbalik menghadap Haris.
Ada riak kebahagiaan di garis wajahnya yang tak dapat ia sembunyikan. Haris menelisik lebih teliti, khawatir dia hanya salah melihat.
"Sepertinya ada yang sudah mencuri hati tuanku. Aku khawatir tak akan mendapat perhatian tuanku lagi ke depannya," ucap Haris menggoda Denis dengan wajah yang memberengut.
Pemuda dengan balutan tuxedo hitam itu mendengus, kemudian berbalik membelakangi. Diam-diam tersenyum sebelum melanjutkan langkah menuju mobil mereka.
Kota Metro, kota yang nyaris tidak pernah tertidur. Hiruk-pikuk kehidupan malam jelas terlihat di berbagai sudutnya. Lampu-lampu berpijar menjadikan malam tetap seperti siang hari. Berbagai kegiatan pun masih mereka lakukan.
"Apakah hadiahnya sesuai dengan permintaanku?" tanya Denis hanya untuk memastikan tidak ada kesalahan apapun.
"Anda tenang saja, semua hadiahnya sesuai dengan permintaan Anda," jawab Haris tegas.
Denis menghela nafas lega, satu yang dia pikirkan adalah keselamatan sang kakek. Dia ingin menjaga laki-laki tua itu dari orang-orang yang ingin membunuhnya.
"Tuan Jaya mengundang semua anggota keluarganya malam ini. Sepertinya ia sudah tidak bisa menyembunyikan keberadaan Anda, Tuan," ujar Haris sembari melirik Denis yang diam mendengarkan.
"Itu lebih baik. Aku hanya ingin melihat reaksi sepupu setelah melihatku di sana," sahut Denis, kedua sudut bibirnya terangkat. Tidak terlihat manis, melainkan begitu sinis dan penuh ancaman.
"Saya khawatir dia akan merasa terancam dengan kehadiran Anda," balas Haris lagi sudah dapat membaca situasi yang akan terjadi.
Denis menganggukkan kepala, ia juga tahu betul apa yang akan terjadi untuk ke depannya.
"Aku tahu, justru aku ingin melihat bagaimana mereka mengatasinya." Denis tersenyum, secepatnya dia ingin menemukan orang yang sudah menyebabkan kecelakaan mobil dua puluh tahun lalu yang menewaskan sang ayah dan membuat cacat dirinya.
Haris melirik, menatap bekas luka di wajah itu. Hal yang ingin selalu Denis miliki untuk mengingatkannya pada kematian sang ayah. Bisa saja ia mengobati bekas luka itu, tapi Denis enggan dan membiarkannya menjadi cemoohan orang-orang. Hanya Larisa yang tidak pernah mempermasalahkan kekurangan itu.
Mobil berhenti di halaman rumah besar Mahendra. Sudah banyak kendaraan terparkir dan semuanya adalah kendaraan mewah.
Di dalam rumah tersebut semua orang sudah terkumpul, termasuk Raditya dan Indra juga istri mereka.
"Malam ini, sengaja aku mengumpulkan kalian di sini untuk mengumumkan berita besar kepada kalian semua," ucap tuan Jaya begitu lantang.
Matanya yang sudah menua, harus menyipit ketika melihat satu per satu dari mereka untuk bisa dikenali.
Hanya ada kebahagiaan yang terlihat di rumah itu. Semuanya bertanya-tanya berita besar seperti apa sehingga sesepuh mereka mengumpulkan semua anggota keluarga.
"Aku ingin memperkenalkan kepada kalian, cucuku yang lain, yang baru aku temukan setelah dua puluh tahun kami berpisah," ucap tuan Jaya seraya menunjuk pada pintu masuk di mana Denis dan Haris sudah berdiri.
"Denis Mahendra anak dari mendiang Surya Mahendra dan Chantika Putri," sambung tuan Jaya dengan bangga menyebut nama cucunya itu.
Semua orang menoleh ke belakang, melihat dua orang pemuda bertubuh tinggi tegap, berjalan memasuki ruangan. Tanpa senyuman, tanpa ramah tamah. Keduanya berjalan dengan angkuh, tanpa menoleh ke kanan dan kiri.
Kedua bola mata Radit melebar, melihat siapa yang datang. Sejak hari itu, dia sudah memutuskan untuk menjadi musuh Denis selamanya. Bekas luka di wajah Denis membuat semua orang iba dan mengira ia sudah melewati hari-hari yang berat.
"Kakek! Ku rasa Kakek sudah salah mengira. Dia bukan cucu Kakek, dia adalah seorang pelayan yang merebut calon istriku, Kek!" teriak Radit menuding Denis yang tetap berjalan di jalan yang dibuat semua tamu.
"Benarkah?" Indra bertanya karena ia sendiri tidak begitu memahami kejadian saat pernikahan Radit gagal dulu.
"Iya, Ayah. Aku tahu karena laki-laki itu memiliki bekas luka di wajahnya. Coba Ayah lihat, bukankah itu dia!" ucap Radit dengan lantang membuat semua orang memerhatikan dirinya.
"Raditya, diamlah!" tegur tuan Jaya melihat situasi sudah mulai berisik.
Denis dan Haris tiba di hadapan tuan Jaya, membungkuk memberi hormat kepada laki-laki itu.
"Salam, Kakek! Semoga diberkahi umur panjang dan diberikan kesehatan selalu," ucap Denis yang kemudian berdiri tegak.
Semua orang tertuju pada sosok kedua pemuda itu. Sebagian mengira Haris adalah cucu yang dimaksud sang kakek. Tuan Jaya mendekat, memegangi kedua bahu Denis dan memintanya untuk menegakkan tubuh.
"Terima kasih, cucuku!' ucap tuan Jaya seraya menarik tubuh Denis ke pelukan. Benar-benar di luar prediksi semua orang yang ada.
Kedua bola mata Radit melebar, tak percaya musuhnya selama ini adalah sepupunya sendiri.
"Bagaimana mungkin penipu ini bisa menjadi cucu Kakek?" udah Radit dengan lantang. Semua orang menoleh padanya.
"Apa yang kau lakukan!" cegah sang ayah berbisik di telinganya.
Denis menoleh dengan tenang, tersenyum tipis ketika manik mereka saling bertemu satu sama lain.
"Maafkan aku, tapi apa yang sudah aku lakukan terhadap Anda, Tuan?" ucap Denis pelan.
"Kau!"
Tuan jaya menghela napas, semakin mendekati Denis dan menunjukkan kepada semua orang jika dia putra anak sulungnya.
"Kakek!"
"Dia cucuku. Denis Mahendra. Dulu, saat dia kecil aku pernah memberinya hadiah. Sesuatu yang tidak berharga sebenarnya, tapi cukup menjadi bukit bahwa dia memang cucuku yang dua puluh tahun lalu dikabarkan meninggal dunia bersama ayahnya. Sungguh tidak menduga akan bertemu di sini," papar tuan Jaya kepada semua orang.
Semua orang tahu kisah itu, kisah anak pertama keluarga Mahendra yang mengalami kecelakaan bersama putranya. Kabar yang beredar adalah mereka semua tewas. Bahkan Darwis, supir mereka ikut menjadi korban dalam kecelakaan tersebut.
"Kakek! Dia penipu! Dia yang menggagalkan pernikahanku waktu itu hingga aku harus kehilangan calon istriku. Dia merebutnya, dia membawa lari mempelai wanitaku," tuding Radit membuat gaduh seisi rumah.
Ia tak peduli bagaimana perasaan wanita yang tengah mengandung anaknya saat ini. Tak pernah peduli bagaimana sakitnya menjadi dia. Dalam diam, wanita yang tengah hamil besar itu menangis. Menyembunyikan dirinya dibalik tubuh sang ayah. Merasa tak pernah dihargai, tak pernah dianggap keberadaannya sebagai istri.
Denis yang mempunyai sikap tenang, tidak tersulut emosi sama sekali. Ia berbalik menatap Radit, mata elangnya menghujam jantung laki-laki itu. Cukup membuat Radit goyah.
"Bukankah kau sendiri yang menghancurkan pernikahanmu? Kenapa menyalahkan orang lain?" ujar Denis seketika membuat hening ruangan yang gaduh.
gk mau Kalah Sam Denis ya....
Yg habis belah durian......