NovelToon NovelToon
Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Playboy / Diam-Diam Cinta / Harem / Angst / Bad Boy
Popularitas:18k
Nilai: 5
Nama Author: mooty moo

"Kak Akesh, bisa nggak pura-pura aja nggak tahu? Biar kita bisa bersikap kaya biasanya."
"Nggak bisa. Gua jijik sama lo. Ngejauh lo, dasar kelainan!" Aku didorong hingga tersungkur ke tanah.
Duniaku, Nalaya seakan runtuh. Orang yang begitu aku cintai, yang selama ini menjadi tempat ‘terangku’ dari gelapnya dunia, kini menjauh. Mungkin menghilang.
Akesh Pranadipa, kenapa mencintaimu begitu sakit? Apakah karena kita kakak adik meski tak ada ikatan darah? Aku tak bisa menjauh.
Bagaimana bisa ada luka yang semakin membuatmu sakit malah membuatmu mabuk? Kak Akesh, mulai sekarang aku akan menimpa luka dengan luka lainnya. Aku pun ingin tahu sampai mana batasku. Siapa tahu dalam proses perjalanan ini, hatimu goyah. Ya, siapa tahu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mooty moo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 - Kucing dan Anjing

Tidak. Menghapus pesan Rachel mungkin bisa membuatnya menang sekali. Tapi bisa membuatnya kalah berkali-kali di kemudian hari.

Akhirnya Nalaya memutuskan untuk duduk di meja makan, menunggu Akesh selesai mandi. Dua bungkus bubur ayam dan kerupuk tersaji di atas piring. Nalaya memesan makanan online. Sebelumnya ia juga menyeduh dua gelas susu hangat.

Iya menunduk. Kedua telapak tangannya saling meremas.

Benar, ia cemas. Perasaan tak menyenangkan ini muncul setelah ia mengaku kepada Akesh. Sialnya, Nalaya masih tak mengetahui bagaimana cara mengendalikannya.

Di seberang sana, seseorang membuka pintu kamar mandi. Orang itu keluar bertelanjang dada. Sepotong handuk putih melilit di pinggangnya.

Melihat pemandangan ini, mata Nalaya tak berkedip. Bahkan sampai Akesh berada di sampingnya pun, ia masih menatap sang dominan.

"Mau sampai kapan ngeliatin gue kaya gitu?"

"A-ah, itu di telinga Kakak masih ada busanya," Nalaya menunjuk telinga kiri Akesh.

"Masa sih?"

Akesh mengusap-usap telinga kirinya, tapi hasilnya nihil. Sejurus kemudian, Akesh menyadari dirinya ditipu.

Bukannya kesal, sebuah ide muncul di benaknya. Sambil tersenyum evil, ia berjalan ke arah Nalaya kemudian duduk di pangkuannya. Tidak sepenuhnya duduk karena dia mengontrol berat badannya sampai batas masih bisa diterima oleh wanita itu.

Kedua tangannya memegang bahu "sang adik". Menatap matanya lekat-lekat. Sementara Nalaya mengerjakan mata beberapa kali. Iya menelan ludah kasar.

Kedua mata Nalaya terpaku pada dada bidang Akesh. Kemudian turun ke perutnya yang seperti roti sobek. Semakin ke bawah, sepertinya ia memikirkan sesuatu yang ada di balik handuk putih itu.

Nalaya kembali menelan ludah kasar. Pertahanannya roboh, ia memalingkan wajahnya ke samping. Kalah.

Seperti mendapatkan piala, Akesh menyunggingkan senyum. Ia dekatkan wajahnya. Menghirup sekilas pipi lawannya yang nampak memerah.

Tak lama kemudian ia memiringkan kepalanya, bibirnya menuju telinga Nalaya. Mengecupnya sekilas. Diperlakukan demikian, Nalaya menutup mata. Ia menahan napas sejenak.

"Bagian mana yang masih ada busanya? Bantu bersihin dong."

Bulu kuduk Nalaya meremang. Badannya memanas. Tak tahan, ia pun mencubit pinggang Akesh cukup keras. Berhasil membuat korbannya meringis kesakitan. Ya, meskipun sedikit dilebih-lebihkan.

"Oke-oke, gue nggak akan godain lo lagi."

Sambil terkekeh, Akesh bangkit dari pangkuan Nalaya. Biar bagaimanapun, ia sadar kalau Nalaya pasti keberatan karena badannya jauh lebih besar.

Ia mengambil kaus dan celana pendek yang sudah Nalaya letakkan di atas kasur. Itu adalah pakaian Nalaya yang paling besar meski saat dipakai Akesh, terlihat sedikit kekecilan. Tapi masih cocok dipakai oleh orang berbadan proporsional itu.

Saat itu ia menyadari bahwa menggoda Nalaya ternyata bisa menyulut percikan di dadanya. Tentu saja rasanya berbeda dibandingkan ketika dirinya menggoda Rachel atau perempuan lainnya. Rasanya cukup menyenangkan hingga menimbulkan riak yang kian melebar di sungai.

Ia belum bisa menafsirkan kata apa yang tepat untuk menjelaskannya. Yang pasti, ia mulai kecanduan. Dua orang itu kini menyendokkan bubur ke mulut. Tak ada obrolan untuk beberapa saat.

"Nanti malam lo ada acara nggak?"

Nalaya yang sebelumnya melamun tenggelam dalam pikirannya sendiri tak langsung menjawab.

"Belum ada rencana, Kak. Emang kenapa?"

"Oke, bagus. Gimana kalau kita pergi nonton?"

Mata Nalaya pun bercahaya terang seperti lampu di malam tahun baru. Namun belum sempat ia menjawab, ponsel Akesh berbunyi. Itu adalah notifikasi ada pesan WhatsApp masuk.

Akesh langsung meletakkan sendok ya. Ia menuju kasur tempat ponselnya berada.

Sementara itu, Nalaya diam-diam meliriknya. Ia melihat "sang kakak" membalas pesan itu sambil tersenyum tipis.

Usai membalas pesan, ia memasukkan ponsel ke saku celananya. Sejurus kemudian menghampiri Nalaya.

"Siapa Kak?"

"Temen gue."

"Gue pergi dulu ya, ada urusan mendadak. Kapan-kapan kalau gue ke sini, masakin ya. Kangen masakan lo."

Akesh mengusap lembut rambut Nalaya. Orang yang diusap tersenyum tipis sambil mengangguk.

Ia tak menoleh ke arah Akesh yang berjalan keluar kamarnya. Tanpa Akesh sadari, Nalaya tahu setiap lelaki itu bohong, ia akan menggaruk telinga kanannya.

Ya, memang siapa lagi yang mengirim pesan kalau bukan wanita itu?

***

Akesh memarkirkan mobilnya di depan apartemen Rachel. Ia berkaca ke spion, merapikan rambutnya. Setelahnya menyemprotkan parfum ke badan.

Lima menit kemudian, seorang perempuan mengenakan hoodie pink dan rok pendek menghampirinya. Namun ia hanya berdiri di samping. Melipat kedua tangannya sambil mengerucutkan bibir.

"Gemes banget deh cantiknya aku kalo lagi ngambek."

Akesh menurunkan kaca mobil dan melongokkan kepalanya. Si perempuan masih enggan menjawab.

Si lelaki pun turun dari mobil dan memeluknya dari belakang. Hal itu berhasil membuat kekasihnya tersenyum.

"Maaf ya Sayang. Sebagai permintaan maaf, hari ini aku full nemenin kamu deh."

"Udah sadar belum salahnya apa?"

"Lama bales chat kamu,” ia nyengir.

Rachel mendengus pelan.

"Ya udah karena aku lagi baik hati. Tapi janji jangan diulangi?"

Keduanya melaju. Rachel mengajak Akesh nonton film di bioskop dan belanja kebutuhan bulanan.

Waktu berjalan begitu cepat bagi sepasang sejoli itu. Ketika sore hari, mereka pergi ke supermarket.

Rupanya Rachel membeli bahan masakan. Ia ingin belajar memasak untuk pacarnya. Sejak kecil dirinya tidak pernah memasak, ia bahkan tak bisa membedakan antara merica dan ketumbar.

Beruntung ada Akesh yang mengerti tentang perdapuran, meski tak sejago Nalaya. Ia membantu Rachel memilih bahan masakan untuk seminggu ke depan.

"Sayang nanti kita masak bareng ya? Ajarin aku."

Keduanya asik memilih. Sampai tak sadar di depannya ada seseorang yang menatap tajam. Sosok itu pun berjalan perlahan mendekati keduanya.

"Belanja apa, Kak?"

Orang yang ditanya kaget dan gelagapan. Sudah seperti kepergok selingkuh.

"Ini disebut belanja pasangan kalo lo nggak tahu."

Oh, si kucing bertemu musuhnya, si anjing. Entah kapan keduanya akan akur.

Nalaya ingin melawan Rachel yang membuatnya kesal itu. Ia sangat ingin pamer jika mereka tidur bersama semalaman. Tapi ia urungkan. Hal ini akan membuat Akesh memarahinya. Bahkan lebih buruk lagi, ia akan menjauhinya.

"Belanja juga lo? Emang bisa masak?"

Nalaya berdecih pelan. Senyumnya begitu mengejek.

"FYI, seseorang baru saja minta aku masakin masakan kesukaannya," ujarnya sambil melirik Akesh seolah sedang membocorkan siapa orang itu secara terang-terangan.

Nalaya menoleh ke arah Akesh, kemudian mengedipkan mata. Tanpa sadar, Akesh tersenyum.

Hal itu sukses membuat Rachel marah. Ia lalu menarik Akesh pergi menjauh. Setelah berjalan beberapa langkah, Akesh menoleh ke belakang. Matanya menangkap Nalaya yang tengah menatapnya. Sorot matanya begitu rumit hingga sulit dipahami. Alis matanya menurun. Ada seulas senyum tipis.

Sebenarnya hati Nalaya sangat sakit. Tapi ia menahannya sebisa mungkin. Lagi pula ia merasa saat ini tak begitu buruk.

Betapa tidak, Akesh sudah mengetahui perasaannya tapi tak pergi menjauh. Bahkan hubungan mereka "sedikit" berkembang ke arah intim.

Semua indra orang jatuh cinta, terutama mata memang seakan lumpuh. Ia mengabaikan fakta bahwa mungkin saja Akesh cuma ingin tubuhnya atau memanfaatkannya. Ia lebih memilih meyakini apa yang ia harapkan. Bukankah Akesh sebelumnya menyayanginya sebagai sahabat atau adik?

Sudahlah, Nalaya tak mau lebih lama berkutat dengan pertarungan logika dan perasaannya. Ia sudah malas belanja lagi. Beruntung, semua yang ia butuhkan sudah ada di troli.

Akhirnya ia berjalan menuju kasir. Ia berharap tak ada kejadian lebih berat lagi hari ini. Sayangnya, saat ia sedang mengantre, seseorang menepuk pelan punggungnya.

Oh, tidak. Orang yang sangat mengganggu datang.

1
piyo lika pelicia
mampir yuk
piyo lika pelicia
1 iklan untuk mu
piyo lika pelicia
rasain siapa suruh buang berlian untuk setumpuk sampah
piyo lika pelicia
"Kalau ada
piyo lika pelicia
"Kenapa
piyo lika pelicia
1 iklan untuk mu
piyo lika pelicia
hih jijiks 😒
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
hhh kasihan kamu camel
piyo lika pelicia
"Kemana saja
piyo lika pelicia
"Gini
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
"Tujuan
piyo lika pelicia
sungguh capek karena pengangguran 🤣
Durrotun Nasihah
tahu....tahu....tahu ...
Durrotun Nasihah
akesh keren.../Drool//Drool/
mooty moo: 🌟🌟🌟🌟🌟
total 1 replies
Bilqies
typo kak
mooty moo: makasih kak🤭
total 1 replies
Bilqies
cemburu nih
Bilqies
semangat terus kak
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!