Kisah Nyata : Adakalanya cinta itu memang harus dilepas, bukan karena jika bersama akan saling menyakiti, Namun...jika terus bersama, akan ada banyak hati yg tersakiti.
Diangkat dari kisah nyata, Adeeva seorang guru honorer yang di buat jatuh cinta oleh Adrian, seorang pria berprofesi sebagai polisi. Kegigihan Adrian membuat Adeeva luluh dan menerimanya.
Namun masalah demi masalah pun mulai bermunculan. Membuat Adeeva ingin menyerah dan berhenti. Bagaimana cara mereka menyelesaikan permasalahan yang ada? Akankah mereka bisa bersatu atau justru harus saling merelakan?
Temukan jawabannya di novel ini. Yang akan membuatmu masuk ke dalam kisah percintaan yang mengharukan.
Note : Demi menjaga privasi tokoh sebenarnya, semua nama dan lokasi kejadian sudah di rahasiakan.
follo saya di
Fb : Cut elvi anita
Ig : cut_elvi_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LV Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surpriseeee...
Aku duduk di depan cermin kamarku. Ku buka sebuah buku catatan kecil dari dalam lacinya. Note book berwarna pink itu lalu ku buka lembar demi lembar. Buku catatan yang ku tulis kisahku dengan Adrian dari awal kami berkenalan sampai sekarang.
Kadang aku tertawa sendiri jika membacanya. Tanpa disadari kami sudah hampir sebulan menjalin asmara. Hubungan kami bisa dibilang sangat biasa. Tidak ada yang berlebihan. Semua berjalan sebagaimana mestinya. Dia tahu batasan-batasan saat bersamaku dan aku pun begitu. Statment orang-orang yang mengatakan jika berpacaran dengan aparat itu buruk seolah dipatahkan oleh hadirnya hubungan kami.
Bagiku, mencintai itu tak selamanya harus menyentuhnya. Dan bagi Adrian, mencintaiku adalah dengan terus menjaga diriku sebagaimana mestinya. Adrian memang banyak bercerita padaku tentang bagaimana dia dulu di masa lalunya. Dia juga mengakui, aku adalah satu-satunya wanita yang dia kencani, tapi tak pernah dia sentuh. Pernah aku tanya kenapa bisa begitu? Dia jawab, karena terlalu sayang. Sementara dulu masa lalunya penuh dengan noda hitam.
Namun aku tidak peduli akan itu. Yang aku tahu, dia mencintaiku dengan tulus. Dan bukankah setiap manusia punya kesempatan untuk menjadi lebih baik?
Saat aku masih hanyut dengan tulisan-tulisanku, alarm HP-ku berbunyi. Alarm apa pikirku. Sekarang kan masih jam 12 malam. Aku pun membuka ponselku. Ternyata alarm pengingat ulang tahunku. Aku memang sengaja menyetel alarm ulang tahunku. Maklum saja, selama ini tidak ada yang pernah ingat pada ulang tahunku. Hehe.
Aku lalu menyimpan notebook pink itu. Ku simpan kembali di dalam laci meja. Mungkin suatu hari aku akan memberikannya kepada Adrian. Yah, barang kali sebagai kado ulang tahun untuknya.
***
Pagi sabtu seperti biasa aku sudah sampai di sekolah diantar oleh Adrian. Tapi sepanjang jalan dia tidak berbicara apa-apa. Dia juga tidak mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Aku sedikit bete. Masa sih dia bisa lupa. Padahal awal-awal kenal, dia yang pertama menanyakan perihal ulang tahun padaku. Dasar cowok pelupa!
"Nanti pulang jam berapa? " tanyanya padaku.
"Eh.. eh.. apa? " aku seperti kurang nyambung saat dia bicara karena terbelit rasa kesal.
"Pulangnya... mau di jemput jam berapa? " Tanyanya lagi
"Nggak usah. Mungkin abang sibuk. Adek bisa pulang sendiri kok. Nanti juga ada kak Una. " Jawabku
"Kalau Les... hari ini ada les kan? " Tanyanya.
"Iya ada. pulang jam 5 sore" Kataku.
"Oke. Nanti dijemput jam 5." katanya lagi.
Aku cuma berdiam diri. Membatu melihatnya berlalu begitu saja. Laki-laki tuh emang nggak peka ya? Ulang tahun pacarnya aja bisa lupa? Pacar macam apa itu?
Aku mengomel dalam hati sambil terus berjalan menuju kelas. Kesal campur sedih. berharap dia orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Tapi ternyata dia lupa. Ah, kesel-kesel-kesel-kesel.
"Pagi buk deeva.. " Tiba-tiba aku berpapasan dengan pak Edwar di pintu kantor.
"Pagi juga pak.. " jawabku tapi masih terlihat kesal
"Eh, buk guru ulang tahun ya hari ini? wah selamat ulang tahun ya buk... " Pak edwar mengulurkan tangannya hendak menyalamiku.
"Nggak ada yang ultah Pak.. Uda di tunda" jawabku sambil terus berlalu. Masa iya sih, dia orang pertama yang ngucapin ulang tahun padaku? Agh... menyedihkan.
***
Sepulang dari sekolah aku beristirahat sejenak dikamar. Pukul 3 nanti aku harus kembali ke sekolah karena ada les tambahan. Anak-anak kelas 6 mereka mendapat bimbingan belajar tambahan karena akan mengikuti ujian nasional tidak lama lagi. Jadi kami sebagai guru, harus lebih ekstra lagi dalam mengajar.
Aku berjalan pelan menuju sekolah. Dari jauh tidak ku lihat satu pun murid. Apakah anak-anak belum datang? aku bertanya sendiri didalam hati.
Sepi... benar-benar sepi. Hanya tiupan angin yang menyapu dedaunan. Aku terus melangkah menuju ruang kelas 6. Pintu kelas juga masih terkunci. Tidak ada suara anak-anak berlarian dan bercanda ria. Biasa kalau mereka sudah datang, suara mereka bisa menembus pintu langit ke tujuh. begitulah kiasannya.
Benar, anak-anak belum datang sepertinya. Baru saja aku berpikir seperti itu dan membuka pintu kelas..
"Surpriseeeeee" Teriak para murid. Ternyata murid-muridku memberikan kejutan ulang tahun untukku. Balon. Rombe-rombe. Menghiasi ruang kelas 6 sore ini. Papan tulis tertuliskan Ucapan SELAMAT ULANG TAHUN GURU KESAYANGAN. Ya Tuhan, aku sangat terharu... mereka juga menyediakan kue ulang tahun dan lilin. Mereka memberikan kado kepadaku secara satu persatu. Kami pun lalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun secara bersamaan. Memakan kue ulang tahun sama-sama. bernyanyi bersama. Sampai waktu berlalu begitu saja. Untung kepala sekolah sudah tidak ada lagi. Kalau tidak... hmm.. kita pasti di marahi Nak.. hihihi.
Aku kemudian mengambil ponselku dan kami berfoto-foto. Banyak foto mereka yang kemudian aku simpan dalam satu album kenangan. Mungkin nanti mereka akan menjadi orang hebat. Dan aku harap, mereka akan ingat masa-masa kami saat ini.
Pukul 5 kami pun saling berpamitan. Anak-anak menyalamiku satu persatu. Mereka adalah murid-murid terbaikku seumur hidupku. Karena mungkin kontraku tidak akan lama lagi mengajar disekolah ini. Yah, aku hanyalah gadis lulusan SMA saja. Yang kebetulan mempunyai keberuntungan untuk lolos menjadi guru honorer daerah.
Anak-anak sudah pulang semua. Aku masih berdiri di gerbang sekolah menunggu Adrian. Tanganku penuh dengan kado dari para murid. Satu kantong besar semua dari anak-anak. Aku sampai kewalahan membawanya.
Tak lama aku menunggu Adrian pun tiba. Dia lalu menatapku dengan heran.
"kado apa itu? kok banyak banget? " tanyanya.
Aku masih ngambek padanya. Diam tidak mau menjawab.
"Marah? Udah dong ngambeknya" Lanjutnya
Aku pun naik ke motornya. Masih sama belum mau bicara sepatah katapun. Begitulah wanita kalau lagi terluka, seramnya melebihi kuburan.
Adrian tiba-tiba berhenti di depan kosnya. Dia lalu turun dan masuk ke dalam kos. Adrian memang bukan orang asli desa ini. Dia hanyalah salah satu polisi yang ditugaskan didesa ini. Jadi dia tinggal sendiri dan menyewa kamar didekat sekolah tempatku mengajar.
Tak lama Adrian keluar lagi. Dia seperti membawa sesuatu. aku tak tahu apa.
"Nih... Selamat ulang tahun ya" Dia menyerahkan sebingkis kado untukku. Aku pun langsung menerimanya meski tanganku sendiri penuh dengan kado dari para murid.
"Apa ini? " Tanyaku
"Alquran.. " jawabnya
"Kenapa ngasih Al quran? " Tanyaku lagi. Sudah untung dikasih malah banyak tanya. huhu
"Biar selalu adek baca. Kan adek guru ngaji. Jadi kado ini cocok untuk adek. " jelasnya.
"Makasihnya... tapi kenapa gk jadi orang pertama sih? Adek nungguin loh semalam. " aku memasang wajah cemberut.
"Sebenarnya uda nungguin jam 12 pas. Abang malah ketiduran. " dia tertawa terbahak.
"Dasar... " Aku pun ikut tertawa. Yah, nggak apa-apa deh. Bukan masalah siapa yang lebih dulu ngucapin sih sebenarnya. Tapi siapa yang selalu ada bersama kita. ehem.
Adrian pun melajukan
kawen aja truss sama pak Edward udah beress.. gak banyak kali abis episode..