NovelToon NovelToon
Melawan Kematian

Melawan Kematian

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Iblis / Identitas Tersembunyi
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fukano Jr

Seorang pemuda bernama Riu Zin, yang dipenuhi ambisi dan keinginan yang membara untuk mencapai kekuatan yang luar biasa, sehingga ia bersedia untuk melawan bahkan kematiannya sendiri.

Meskipun menghadapi tantangan yang tampak tidak mungkin, seperti melawan Surga yang bagi manusia adalah suatu kemustahilan, namun demi kekuatan yang diimpikannya, ia rela menghadapi segala risiko, bahkan kematian pun sudah menjadi bagian dari kesiapan dan tekadnya. Dengan tekad yang teguh dan semangat yang membara, pemuda ini siap menghadapi segala rintangan dan tantangan, mengejar impian dan ambisinya dengan penuh determinasi dan keberanian yang luar biasa.

Ini bukan tentang mencari kesempurnaan,cerita ini tentang mencari Mati! Ambisi dari seorang Pemuda yang merasa tertantang dan mengikuti seseorang yang menurutnya bisa di andalkan.


Mari baca cerita Pertama ku ya

[ Karya asli]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fukano Jr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Kalah !

Teknik "Prajurit Api" merupakan salah satu jurus andalan dalam sekte Rantai Api, menjadi bagian dari tiga jurus utama yang tidak diajarkan kepada orang luar. Ketangguhan Prajurit Api tidak boleh dianggap remeh, karena kekuatan mereka hampir mencakup kemampuan yang sekuat dengan penggunaannya.

Namun, melawan sosok Iblis itu, kedua belas Prajurit Api tersebut menjadi tidak berdaya. Dengan gerakan halus, Iblis mematahkan setiap gerakan cepat dari Prajurit Api dengan sentuhan dua hari yang mematikan, namun terlihat begitu santai.

Gemuruh terjadi dalam domain Api milik Riu Zin, pertarungan saling membentur dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat secara normal, pergerakan yang begitu cepat seperti cahaya saling bertabrakan.

Satu per satu Prajurit Api berubah menjadi puing-puing debu. "Kena kau, sialan!" teriak Riu Zin sambil menebas leher Iblis itu dengan pedangnya, menghantam dengan kekuatan dahsyat yang mengguncang, bahkan membuat dinding lapisan Api sedikit terkoyak. Tindakan tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali menusuk perut Iblis dan menghantam setiap titik aliran energinya.

Meskipun diserang dengan kekerasan, Iblis itu tetap tenang, membiarkan dirinya dibabat seperti sebelumnya, menunjukkan ketenangannya yang membingungkan di tengah kekacauan pertempuran yang luar biasa. Pertarungan antara kekuatan Prajurit Api dan ketenangan Iblis menciptakan suasana epik dan menegangkan yang sulit dilupakan.

"Fondasi macam apa itu? Fondasi dirinya begitu keras, bahkan Fondasi jiwanya tidak terbakar sedikit pun," ujar Riu Zin dengan kebingungan, merasa tidak mendapatkan hasil dari serangan bertubi-tubi yang dilancarkannya. Bahkan pukulannya mampu menghancurkan tebing dan gunung dalam sekali atau dua tebasan, namun saat menghantam Iblis, tampaknya tidak ada dampak sama sekali.

"Ugh," desah Iblis, memuntahkan darah dari mulutnya, seketika menghilang dalam sekejap akibat pukulan Riu Zin yang terus menyambar. "Apa? Apakah aku terluka?" Iblis bahkan tidak percaya bahwa dirinya bisa terluka.

Tanpa memberi kesempatan bagi Iblis untuk bereaksi, Riu Zin muncul kembali tepat di atasnya. "Akhirnya ambruk juga fondasi mu," ucapnya sambil mengangkat pedang tinggi, aura api berkumpul kembali di ujung pedangnya, memancarkan kekuatan yang membara.

Dari bawah, Prajurit Api yang tersisa juga muncul, membawa tombak yang ukurannya lebih besar, dengan aura api yang menyala besar dan siap dilemparkan.

Slash!

Boom!

Sambaran kuat bersamaan dengan lemparan tombak yang lebih dahsyat dari sebelumnya membuat lapisan domain api yang membentang seluas seribu meter hancur sepenuhnya, tidak mampu menahan kekuatan dahsyat seperti gempa besar yang melanda.

Riu Zin memastikan bahwa Iblis tenggelam bersamaan dengan bongkahan batu yang terkubur dalam tanah. "Sudah berakhir, Iblis. Harus ku akui kau bukanlah lawan yang mudah.Akan ku ingat selalu pertarungan ini" ucapnya dengan tatapan penuh serius ke arah bongkahan batu yang tenggelam dalam tanah.

Namun, ekspresi terkejut dan kecemasan terpancar di wajahnya yang bercucuran darah saat melihat kerusakan besar yang diakibatkan oleh pertarungan mereka. 

"Pemandangan ini, sudah seperti perang saja. Habislah aku, apa yang akan aku sampaikan kepada para Tetua nanti," gumamnya dalam kekhawatiran yang mendalam. Tiba - tiba...

Hening...

Dunia terasa berhenti, tubuh Riu Zin menggigil kuat, mulutnya menganga kecil dengan darah mengalir. Matanya yang kaku terpaku pada tatapan Iblis, seolah terjebak dalam ilusi gelap di sekelilingnya yang terbakar oleh api hitam yang membara.

"Sudah berakhir bagimu," ucap Iblis pelan, sambil menarik tangannya kembali. Saat itu juga, Riu Zin merasa kembali tenang dan tidak lagi kaku, menyadari bahwa pertarungan mereka telah mencapai titik akhir yang menegangkan.

"Sudah berakhir," ulang Riu Zin kata-kata itu dalam pikirannya yang melayang, menyadari bahwa akhir tersebut bukan untuk Iblis, melainkan untuk dirinya sendiri.

Boom!

Ledakan besar yang melanda hutan yang diselimuti oleh segel Iblis, dengan pesona aura hitam yang mencekam, meledakkan segalanya. Suasana hutan yang baru saja sunyi,kini kembali lagi menjadi gemuruh oleh kekuatan yang tak terbendung.

"Jika aku ingin membunuhmu, maka sudah kulakukan sejak awal kita bertemu," bisik Iblis pelan kepada Riu Zin yang masih terdiam dalam lamunannya.

Tanpa sadar Riu Zin menjatuhkan pedang dari genggamannya dengan berat ke tanah yang keras. Suara dentuman terdengar saat pedang menusuk tanah, menciptakan getaran yang menggema di sekeliling mereka. 

Pria itu terdiam, matanya memancarkan keputusasaan dan keputusasaan yang mendalam. Napasnya berat, mengisyaratkan pertarungan batin yang sedang ia alami. Dalam keheningan yang membelenggu, ia merasakan beban berat yang menghimpit dadanya, merenungkan segala keputusan yang telah diambil.

Iblis menatap Riu Zin dengan tatapan tajam, lalu dengan suara seraknya, ia mengucapkan kata-kata yang menusuk telinga Riu Zin, "Beginilah jika kehormatan menjadi pedoman hidupmu. Selalu ingin menjadi yang teratas, namun sekali kalah langsung menjadi beban hidupmu." Kata-kata itu menggetarkan hati Riu Zin, sementara darah mengalir di mulutnya, ia dengan gemetar menyeka darah tersebut.

"Ini sangat berat bagiku, terlebih lagi merasa dipermainkan oleh lawan. Bahkan teknik-teknik mematikan ku tidak memiliki arti," ucapnya pelan, mengungkapkan keraguan dan keputusasaannya, merenungkan kekalahan yang mengejutkan.

Riu Zin mengatur posisi berdirinya kembali, wajahnya tegang, dan dengan serius, ia mengangkat pedang yang tertancap di tanah. Dengan ekspresi yang penuh tekad, ia ingin memberikannya kepada Iblis, kemudian dengan suara tegas, ia mengucapkan kata-kata yang sulit, "Aku kalah." Pernyataan itu menggema dalam keheningan, menandai akhir dari pertarungan yang penuh dengan kegagalan dan kesedihan.

**Sekedar Info** : Dalam Ranah Penyempurnaan terdapat beberapa tingkatan di antaranya ; Tingkat Esensi Mendalam, Tingkat Pemurnian , Tingkat Fondasi Jiwa Roh, Tingkat Puncak Diri, Tingkat Transendensi Alam, Tingkat Lanjutan.

1
Lumine
keren.../Good/

/Rose//Rose/+/Coffee/ untukmu thor...
Uciha Kumar: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Lumine
Karyamu mantav bang../Good//Good//Good/
kukasih kopi /Coffee/ /Ok/
Uciha Kumar: Terima kasih dukungan nya 😁🙏
total 1 replies
Lukalama
tulisanmu rapi sekali Thor.../Good/
/Rose//Rose/meluncur....
Uciha Kumar: Makasih kak Luka sudah mampir 😁🙏
total 1 replies
arfan
terus semangat bos
Uciha Kumar: Ok Siap👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!