NovelToon NovelToon
Lily ( From The Hill To The Valley)

Lily ( From The Hill To The Valley)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Careerlit
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Meg Yorah

Lily, gadis muda yang menjadi tulang punggung keluarga. Lily adalah anak kedua dari keluarga Brown, seorang pengusaha yang bangkrut dan meninggal dalam kecelakaan mobil bersama sang istri. Tidak ada harta yang ditinggalkan. Semua dijual untuk menutupi utang perusahaan. Nyonya Hannah, nenek Lily adalah wanita yang tidak bisa menerima keadaan. Dia tetap merasa kaya walau harus mengontrak di kawasan kumuh di pinggiran ibu kota. Begitu juga kakak Lily, Amber Rose yang tidak bisa melepaskan kehidupan hedon masa remajanya. Dia melakukan apa saja demi uang walau itu salah. Lily berjuang sendiri menghidupi keluarganya dengan cara halal. Adik Lily dan Rose, Corey yang masih SMA bisa dibilang berandalan. Tapi dia sangat menyayangi dan menghormati Lily walau sering membuat masalah yang membuat pusing keluarga itu.

Lily jatuh cinta pada Jared Watson, anak pengusaha kaya yang ternyata hanya memanfaatkan Lily sebagai bahan taruhan. Bagaimana akhir kisah Lily? Kita ikuti bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meg Yorah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jared Beraksi

Lily dan Winda sedang ada di kantin. Sedangkan soto dan bakso mengepul masing-masing di hadapan keduanya.

Lily terlihat mulai menyendokkan sotonya sedang Winda masih terus cemberut dan uring-uringan.

"Udah lah, Win. Biarin aja. Lu kalau kayak gini malah gue yang jadi nggak enak. Yang jadi omongan gue tapi lu yang kena masalah ma orang-orang."

"Ishhhh... Shibal. Sekiya." umpat Winda dalam Bahasa Korea. Dia memang penggila drama Korea. Katanya, selain ceritanya bagus, Winda juga bisa belajar Bahasa Korea dari drama yang ditontonnya. Tapi selama berteman dengan Winda, Lily tidak melihat perkembangan Bahasa Korea Winda selain Annyeong, Gomawo dan beberapa frasa makian.

Lily hanya menggelengkan kepalanya.

Tanpa sengaja matanya menangkap bayangan sosok sombong yang menjengkelkan. Sosok yang selama ini tidak pernah terlihat di kantin para pekerja ataupun di dining room kantor.

Lily yang awalnya semangat jadi malas setelah melihat pria itu. Mereka memang tidak pernah berinteraksi semenjak kejadian Lily Numa. Tapi mereka beberapa kali bertemu dan tatapan Jared selalu merendahkannya.

Lily meletakkan sendok tepat ketika Winda mulai makan.

"Kenapa lu, Ly?" tanya Winda heran.

"Nggak kenapa-napa. Tiba-tiba berasa kenyang." jawab Lily tanpa bisa menutupi wajahnya yang jengkel.

Winda yang bukan baru sehari dua hari mengenal Lily paham apa yang terjadi. Pasti ada hal yang tidak disukai Lily terlihat di depan matanya. Makanya mood Lily langsung berubah jelek.

Sambil terus menyendokkan baksonya, Winda melihat sekeliling. Dilihatnya Jared dan temannya berdiri. Jared berkacak pinggang menatap sekeliling seorang mencari seseorang. Sedang temannya juga nampak mengedarkan pandangannya tapi sepertinya hanya untuk melihat situasi.

Winda terkejut ketika pandangan Jared bertumbuk dengan pandangannya. Winda langsung pura-pura tidak melihat lalu meneruskan makan baksonya.

"Hey girls. Boleh gabung?" tanya seseorang.

Winda yang tanpa melihat siapa yang bertanya langsung menjawab.

"Duduk aja. Tinggal duduk ini. Punya umum tuh kursi. Bukan punya gue." cerocos Winda.

"Merci, Madamoiselle." kata laki-laki itu.

Winda benar-benar nampak tidak peduli atau tidak mendengar apa yang diucapkan pria itu dan terus makan baksonya. Sedang Lily menunjukkan wajah yang makin tidak enak untuk dilihat.

Winda yang melihat wajah Lily langsung melihat siapa yang mengajaknya bicara.

Dia sangat kaget. Tapi dia berhasil tidak menyemburkan apa yang ada di mulutnya. Alih-alih, dia jadi tersedak karena itu.

Jared membuka botol air mineral yang memang ada di setiap meja. Memberikannya pada Winda.

Winda yang ragu hanya bisa menatap Jared tanpa menerima botol yang ada di tangan Jared.

Jared meraih tangan Winda dan memberikannya pada Winda.

"Te...Terimakasih." kata Winda terbata.

Jared tersenyum lalu mengalihkan pandangannya pada Lily. Dia meletakkan sebelah tangannya di meja. Sedang tangan lainnya bertahan dagu dan terus menerus menatap Lily dengan intense hingga membuat Lily jengah.

Lily lalu menatap pria yang bersama Jared.

"Teman bapak itu kenapa?" tanya Lily pada Brian.

"Tidak tahu." kata Brian.

"Pak Jared.. Bapak ngapain di sini terus ngapain juga kayak gitu?" Lily memandang sekeliling yang untungnya tidak terlalu ramai. Karena memang sebagian karyawan lebih memilih makan siang di ruang makan kantor.

Tapi tetap saja beberapa karyawan nampak berbisik-bisik sambil melihat ke arahnya.

"Lagi lihat bidadari cemberut." jawab Jared.

Sekarang giliran Brian yang tersedak air mineral.

"Oh God." gumam Brian dalam hati.

Dia benar-benar berharap Jared tidak melakukan ide gilanya tadi. Entah kenapa Brian begitu menyukai gadis ini. Padahal kalau karena cantik, masih banyak yang lebih cantik. Atau karena sexy? Tidak, badan Lily terlalu biasa untuk dibilang sexy.

Tapi Brian menyukai Lily. Entah apa yang membuatnya ingin mengenal dekat Lily. Sayangnya saat dia bertanya tentang gadis itu pada Jared, Jared malah mengajaknya bertaruh siapa yang lebih cepat tidur dengan gadis itu.

Walau Brian mempunyai feeling yang kuat bahwa Lily bukan gadis seperti itu, tapi tetap saja dia ketar-ketir.

Brian dan Winda sempat beradu mata sebentar. Dari wajah Winda, dia seolah bertanya ada apa pada Brian. Sedang Brian menjawab dengan gelengan samar.

Lily makin tidak nyaman lalu berdiri dan berniat meninggalkan tempat itu. Dia yang sangat menyayangi makanan terpaksa harus menyudahi keinginannya untuk menghabiskan soto miliknya. Walau Nasi Sotonya masih banyak tapi mulai mengembang. Keberadaan Jared yang tidak jelas benar-benar menghancurkan moodnya.

"Ayo, Win." Lily mengajak Winda pergi juga. Tapi baru juga selangkah Lily bergerak, Jared memegang pergelangan tangannya. Mencegahnya pergi.

Hati Lily berdesir entah karena apa. Jantungnya juga berdetak lebih cepat. Wajahnya yang sebelumnya merah karena menahan marah mendadak jadi pucat pasi. Hal ini tidak luput dari perhatian Winda dan Brian.

"Duduk." kata Jared memerintah.

Lily yang tersadar segera mencoba menguasai dirinya.

"Maaf, Pak. Saya mau pergi. Ayo, Win."

"Tapi bakso gua masih banyak." kata Winda yang langsung membuat Lily memelototinya.

Lily sedikit menyentakkan tangannya dari genggaman Jared. Bukan hal yang susah untuk Lily yang merupakan pemegang sibuk hitam Dan ke 3 Taekwondo. Jared agak kaget karena tenaga Lily cukup kuat untuk lepas dalam satu hentakan.

"Permisi Pak Jared. Permisi Tuan." pamit Lily sopan sambil berlalu pergi.

"Ly, bakso gue." Winda masih sempat mengambil bakso telur yang tersisa dan memakannya sambil jalan.

Jared dan Brian mengikuti arah Lily dan Winda berjalan. Sedang mereka tetap duduk disitu.

"Ya Tuhan, apa itu tadi?" suara yang mendayu dan dibuat sedikit mendesah membuat Jared memutar bola matanya.

"Not again." gumamnya.

"Apa mereka mengganggumu, Honey?" tanya wanita itu. Dia memeluk Jared dari belakang. Walau sebal, Jared tidak menepis pelukan itu.

Jared tidak menjawab apapun selain lirikan siap membunuh. Sayang Sheila tidak menyadarinya.

Gadis itu, Sheila Amelia Joseph, tunangan Jared. Orang tua mereka membicarakan tentang perjodohan mereka dari kecil tapi baru meresmikan pertunangan mereka ketika Sheila lulus SMA.

Sheila adalah teman SD Lily dulu. Sheila juga pernah membully Lily. Gadis itu sangat membenci Lily.

Dia bukannya tidak melihat, bahwa Jared yang tampak mendekati Lily. Tapi dia berpikir pasti Lily yang menggoda lebih dulu.

"Hai, Brian." sapa Sheila manja membuat Brian mual.

Brian adalah type cowok cool yang cenderung bodo amat terhadap fisik, sifat ataupun tingkah laku wanita. Tapi entah kenapa dari awal kenal, dia kurang suka pada Sheila.

"Hai She, baik. Terimakasih."

"Kamu nggak nanya balik kabar aku?"

Brian melirik Jared. Wajah dongkolnya membuat Brian tersenyum.

"Kamu apa kabar, Sheila?"

"Baik." Sheila kemudian melepaskan pelukannya lalu duduk di kursi.

"Kok kalian di kantin pegawai sih, Boys...?"

"Come on, Mate. We need to go." Jared berdiri dan mengajak Brian pergi.

"Hey...where are you going?" tanya Sheila sambil ikut berdiri. Mengekor kedua pria tampan itu.

Baik Jared ataupun Brian hanya diam. Mereka terus berjalan sambil Brian menyerahkan selembar 50 ribuan untuk membayar air mineralnya dan Winda tadi.

"Keep the change." kata Brian sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya yang langsung membuat penjaga kantin meleyot.

Sheila menatap tidak suka pada penjaga kantin dan membuat gadis muda itu menundukkan pandangannya.

"Boys. Wait for me..." seru Sheila mengejar Jared dan Brian.

1
Ratna Shinta Dewi
Saran aja ni kak. Untuk bahasa asing dan bahasa daerah dikasih terjemahan. Semangat
Ratna Shinta Dewi
nama panjang Mpok Odah, Saodah bukan wkekwk
Meg Yorah: Bukan Kak..
Raudah nama panjangnya mah..hehe
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
secara wajar, manusia menyukai keindahan, nenek lebih sayang ke Rose krn cantik, tp ketulusan Lily memenangkan hati nenek
Ratna Shinta Dewi
jangan makan daging rendang nenek, gak baik buat nenek2, buat saya aja xixixi
Meg Yorah: Hehehe... Makasih komentarnya, Kak. Alhamdulillah, ini komentar pertama yang saya dapat. Tolong terus dukung saya ya, Kak. Terimakasih.
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
warga kok baik bgt sih, masak ada tetangga begitu 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!