*Juara 1 YAAW 9*
Tiga tahun mengarungi bahtera rumah tangga, Vira belum juga mampu memberikan keturunan pada sang suami. Awalnya hal ini tampak biasa saja, tetapi kemudian menjadi satu beban yang memaksa Vira untuk pasrah menerima permintaan sang mertua.
"Demi bahagiamu, aku ikhlaskan satu tanganmu di dalam genggamannya. Sekalipun ini sangat menyakitkan untukku. Ini mungkin takdir yang terbaik untuk kita."
Lantas apa sebenarnya yang menjadi permintaan ibu mertua Vira? Sanggupkah Vira menahan semua lukanya?
Ig. reni_nofita79
fb. reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Jangan Berharap Pada Manusia
Seperti biasanya, pagi ini Vira memasak buat sarapan. Menu kali ini hanyalah nasi goreng ikan teri. Vira sengaja membuat menu yang praktis. Pikirannya masih dipenuhi dengan permintaan suaminya untuk menikah lagi. Walau Vira mengatakan jika dirinya ikhlas untuk dimadu, tapi dia tidak bisa memungkiri hati kecilnya jika itu semua masih mengganjal dihati.
Wanita mana yang rela di madu. Namun, Vira tidak memiliki pilihan lain. Dia harus belajar ikhlas dan bersabar.
Dulu, saat mereka baru menikah Vira merasa wanita yang paling beruntung. Yudha sangat meratukan dirinya. Vira sangat berharap pada Yudha, dia berpikir akan selamanya pria itu meratukannya.
Namun, kemarin semua berubah, Vira merasa dihempaskan ke dasar bumi saat suaminya itu meminta izin untuk menikah lagi. Mungkin dia terlalu berharap pada suaminya, sehingga saat kenyataan tidak seindah impiannya, Vira merasa dunianya hancur.
Imam Syafi’i berkata:
Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya harapan-harapan kosong. Allah tak suka bila ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya supaya ia kembali berharap hanya kepada Allah SWT. Jadi jangan pernah terlalu berharap pada manusia, kamu akan merasakan kekecewaan.
Vira menyajikan nasi goreng ke piring dan menaranya di meja. Wanita itu lalu membersihkan peralatan memasaknya.
Ibu Desy, mertua Vira keluar dari kamarnya. Langsung duduk dan menyantap nasi goreng yang dia masak.
"Pulang jam berapa kalian tadi malam? Makan di restoran mana? Buang-buang uang saja makan di luar. Padahal masakan di rumah lebih terjamin kebersihannya," omel ibu Desy.
Vira tidak ingin menjawab ucapan ibu mertuanya. Dia sedang tidak ingin berdebat karena takut nanti akan meledak, di saat hatinya sedang tidak baik-baik saja.
"Pendengaran kamu masih berfungsi dengan baik'kan? Kenapa tidak menjawab pertanyaan dariku?" tanya Ibu dengan suara sedikit tinggi.
"Alhamdulilah menantu yang tidak pernah ibu harapkan ini masih sehat," jawab Vira.
Saat Ibu mertuanya itu akan berkata lagi, muncul Yudha dari kamar. Pria itu juga langsung duduk dekat meja makan.
"Bagaimana Yudha, apa wanita ini setuju?" tanya Ibu dengan putranya itu.
"Ibu, aku baru saja ingin sarapan. Sudah ditanya mengenai itu."
"Apa sulitnya menjawab setuju atau tidak. Itu tidak akan mengurangi waktumu!" ujar ibu sedikit kesal.
Yudha menatap Vira. Mungkin suaminya itu masih menjaga perasaan Vira. Ketika Vira berdiri untuk mengambil sesuatu, barulah pria itu menjawab pertanyaan ibunya.
"Ya, Vira setuju."
"Baguslah. Jika dia tidak setuju kamu tinggal ceraikan saja. Yakinlah, kamu akan mudah mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darinya," ujar Ibu.
Vira dapat mendengar ucapan ibu mertuanya itu. Dia menarik napas untuk menghilangkan sebak di dada.
"Kalau istrimu telah setuju untuk di madu, kamu segera lamar Weny. Secepatnya saja kalian menikah. Niat baik itu tidak usah ditunda," ucap Ibu Desy selanjutnya.
Vira memegang dadanya yang terasa sesak. Walaupun dia mengatakan ikhlas, apa mereka berdua tidak bisa sedikitpun menjaga perasaannya. Kenapa harus secepat ini melamar dan menikah lagi? ucap Vira dalam hatinya.
Vira berjalan meninggalkan ibu dan suaminya. Masuk ke kamar. Vira memegang dadanya.
"Kenapa hati ini masih saja sakit saat mendengar Mas Yudha akan menikah lagi? Padahal aku telah mencoba menutup hati ini untuk pria itu. Aku telah mencoba membuang perasaannya cintaku padanya. Tapi ternyata tidak semudah itu, aku tetap merasakan sakit," gumam Vira pada diri sendiri.
Jangan percaya terlalu banyak, jangan terlalu mencintai banyak, jangan berharap terlalu banyak, sebab terlalu banyak akan melukai begitu banyak pula. Jangan salahkan mereka yang mengecewakanmu, pada kenyataannya kamulah yang menempatkan diri untuk dikecewakan. Jangan terlalu berharap. Ketika hati terlalu berharap kepada manusia maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebauh pengharapan, suapaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.
...****************...