Jemima dan Arion adalah mantan sahabat kecil yang dipertemukan kembali setelah 10 tahun terpisah. Jemima yang tidak bisa melawan takdir dan kesempatan yang ada di depan mata, terpaksa harus bertemu kembali dengan Arion yang sudah dianggapnya sebagai musuh.
Hari-hari mereka berlalu dengan banyak percekokan dan adu mulut karena sikap dingin Arion. Jemima merasa bahwa Arion memang sudah melupakan persahabatan kecil mereka yang sempat dinodai pertengkaran hingga perang dingin terjadi di antara mereka berdua.
Bagaimana kisah mereka berdua? Apakah akan menjadi sahabat kembali? Atau cinta bersemi di antara mereka? Ikuti kisahnya di sini ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Othsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
“Wuahhh, cantik banget, Rion!” seru Jemima saat Arion membawanya ke pantai pribadi yang masih merupakan bagian dari kawasan hotel.
Jemima langsung mengalungkan lengannya pada lengan Arion dan mengajak lelaki itu untuk mendekati tepi pantai. Arion mengalah dan membiarkan Jemima melakukan keinginannya, tetapi Arion melarang Jemima untuk membasahi kakinya dan memaksa gadis itu memakai sweater yang ia ambil dari kamar Jemima.
“Makasih ya, Rion. Hari ini kamu baik banget!” cicit Jemima yang membuat Arion mendengus karena merasa aneh dengan sikap malu-malu gadis itu, seolah sejak tadi Jemima tidak sadar bahwa ia sudah memeluk dan mengalungkan lengannya pada lengan Arion.
Jemima mengajak Arion untuk duduk di pasir sembari memandang ke kejauhan. Mereka cukup lama duduk bersisian dalam diam, hingga akhirnya Jemima menanyakan sesuatu hal yang membuat Arion terkejut.
“Ehm, On…, sebenarnya sejak dulu aku mau nanya sesuatu sama kamu! Ehmm, dulu itu…, aku salah apa ya sama kamu sampe kamu mutusin persahabatan kita dengan nyuruh aku jauhin kamu?”
Arion tidak bisa menyembunyikan keterkejutan yang tercetak jelas pada wajahnya. Setelah 10 tahun lebih berlalu, akhirnya pertanyaan yang Arion pikir akan Jemima tanyakan 10 tahun yang lalu, keluar juga dari bibir gadis itu.
“Kenapa baru sekarang kamu nanya?” balas Arion setelah cukup lama ia berdiam diri.
“Aku juga engga tahu kenapa, aku baru nanya sekarang. Tapi yang aku tahu, dulu aku benci banget sama kamu karena kamu tega ngomong gitu ke aku dan tega ninggalin aku tanpa ngomong apa pun!”
Tanpa terasa air mata Jemima mengalir keluar yang menyebabkan ia menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya agar Arion tidak bisa melihat keadaan itu. Tetapi isak tangis yang sejak tadi ia tahan, tak lagi bisa ia bendung dan hal itu terdengar ke telinga Arion. Hal itu membuat Arion menghela nafas panjang dan sebuah kata maaf terucap dari bibir lelaki itu.
Jemima tidak mengeluarkan sepatah kata pun karena ia masih sibuk mengatur emosi agar tangisnya berhenti. Jemima sebenarnya tidak menyangka bahwa 10 tahun ternyata tidak bisa menyembuhkan luka itu. Ia hanya mengendapkan semua kekecewaan dan kesedihan itu di dasar hatinya, tetapi pertemuannya kembali dengan Arion membuat perasaan sakit itu muncul lagi ke permukaan.
Setelah Jemima tenang dan berhenti menangis, ia baru mengangkat wajahnya dan kembali menatap lembayung senja yang perlahan mulai terlihat dan menemani kedua insan itu.
“Ehmmm, aku minta maaf buat omonganku dulu. Aku pengen nemuin kamu waktu itu, tapi kamu sepertinya udah benci banget sama aku, makanya aku ngurungin niat aku! Dulu aku cuma engga suka kamu ngekang kebebasan aku! Kamu selalu jadiin persahabatan kita, jadi alasan buat kamu untuk ngelarang-larang aku! Kamu sadar engga kalo kamu dulu kayak gitu?” jelas Arion yang membuat Jemima mencoba “memanggil” kembali semua kenangan kecil mereka yang masih tersimpan rapi dalam ingatannya.
Jemima masih tidak membuka suaranya, ia masih sibuk dengan ingatan masa lalu mereka yang tengah mengharu biru dalam benaknya. Berbagai emosi terlihat pada wajah gadis cantik itu, bahkan tanpa sadar Jemima tersenyum kala mengingat kenangan manis mereka berdua.
“Kenapa kamu engga ngomong langsung aja kalo kamu engga suka kalo aku ngelarang-larang kamu?” balas Jemima yang membuat Arion berdecak kesal.
“Udah sering. Mima! Tapi kamu kayaknya budek, makanya engga pernah mau ngedengerin aku!”
Jemima menoyor kepala Arion seperti kebiasaannya dulu dan langsung meminta maaf kepada lelaki itu saat menyadari tindakannya. Jemima tahu bahwa mereka bukan lagi sahabat kecil dan Arion adalah atasannya, ia menyadari batasan yang terlihat begitu jelas antara dirinya dan lelaki itu.
‘Apa kita engga bisa kayak dulu lagi?’
Lembayung senja perlahan menghilang digantikan temaram malam yang menemani dua insan yang terpaku pada kenangan masa lampau.
***
“Kalian hati-hati ya pak, nek!” ujar Jemima saat ia akan berpisah dengan Michael dan Rusli di Bandara.
“Ihhh, kau tunggulah aku di Bali ya, nek. Kok sedih kali aku baru jumpa udah pisah lagi kita!” balas Rusli sembari memeluk Jemima.
“Kok jadi batak kali logatmu, Rus!” ledek Michael yang membuat Rusli dan Jemima terkikik.
Sementara itu Arion yang berdiri tidak jauh dari mereka bertiga terlihat sedang asyik mengobrol dengan Claudia. Jemima melihat sekilas ke arah Arion dan Claudia, lalu mencibir karena melihat tawa bahagia yang terlihat di wajah lawan bicara dari Arion itu. Entah mengapa Jemima merasa tidak nyaman dengan keberadaan Claudia.
Terkadang Jemima bisa melihat sorot mata yang menunjukkan permusuhan yang berasal dari Claudia terhadap dirinya. Jemima merasa bahwa Claudia menaruh hati pada Arion dan menganggap dirinya sebagai saingan dari gadis itu.
Arion kembali mendekat ke arah Jemima setelah Claudia pamit untuk memasuki ruang tunggu dengan “gate” yang berbeda dari mereka. Tak lama, Michael dan Rusli pun pamit untuk memasuki ruang tunggu.
“Kalo dia macam-macam kabari gue, gue pasti langsung ke Bali demi lo” bisik Rusli sebelum mereka meninggalkan Jemima, yang membuat Jemima terkikik, sedangkan Michael yang turut mendengar perkataan Rusli tersenyum geli sembari menatap sekilas ke arah Arion.
Arion hanya memandang malas ke arah Jemima dan Rusli yang masih sempat berbincang sesaat sambil bercanda.
“Mima, ayo!”
***
Jemima kembali merasa kesal karena Arion kembali bersikap dingin kepadanya. Arion sama sekali tidak mengajak berbicara sejak di ruang tunggu, hingga mereka kembali ke kediaman keluarga Arion. Jemima ingin sekali menjambak rambut tebal lelaki itu sambil memaki Arion.
Setibanya di kediaman keluarga Arion, Miranti langsung menyambut Jemima dengan hangat. Miranti langsung mengajak Jemima beristirahat dan mengabaikan Arion yang sedang memandang kedua wanita itu dengan kesal. Sejak kedatangan Jemima di rumah mereka, perhatian Miranti seolah hanya kepada Jemima dan Hannah. Miranti seakan-akan lupa bahwa ia masih memiliki seorang putra di dalam rumah itu. Arion menghela nafas lelah dan meninggalkan kedua wanita yang terlihat sudah asyik mengobrol.
“Mima sayang, kamu engga usah pulang ke rumah kontrakan kamu ya, tinggal di sini aja. Engga ada yang keberatan kok,” ujar Miranti sambil menatap kedua orang anggota keluarganya yang lain dengan penuh harap.
Hannah terlihat sangat setuju dengan perkataan sang ibu. Ia langsung mengangguk cepat sambil tersenyum lebar saat menatap Jemima yang sebenarnya merasa tertekan. Sedangkan Arion mendengus kesal karena permintaan yang berulang kali keluar dari bibir Miranti.
“Mam, dari kemaren-kemarin Jemima ‘kan udah nolak untuk tinggal di sini. Ngapain dipaksa terus sih?!” ujar Arion tanpa menutup kekesalannya.
Miranti segera mencebik dan memandang jengkel ke arah sang putra.
“Mingkem!”
****