NovelToon NovelToon
Jalan Menuju Pencabut Nyawa

Jalan Menuju Pencabut Nyawa

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Fantasi Timur
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: pralam

Liu Wei, sang kultivator bayangan, bangkit dari abu klannya yang dibantai dengan Pedang Penyerap Jiwa di tangannya. Dibimbing oleh dendam dan ambisi akan kekuatan absolut, dia mengarungi dunia kultivasi yang kejam untuk mengungkap konspirasi di balik pembantaian keluarganya. Teknik-teknik terlarang yang dia kuasai memberinya kekuatan tak terbayangkan, namun dengan harga kemanusiaannya sendiri. Di tengah pertarungan antara takdir dan ambisi, Liu Wei harus memilih: apakah membalas dendam dan mencapai keabadian lebih penting daripada mempertahankan sisa-sisa jiwa manusianya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pralam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harga Sebuah Visi

Saat kesadaran Liu Wei perlahan kembali, dia merasakan lantai dingin di bawah tubuhnya. Kepalanya berdenyut hebat, seolah ribuan jarum qi menusuk setiap titik meridiannya. Dengan susah payah, dia membuka mata.

"Wei'er?" Suara Guru Feng terdengar jauh, seperti bisikan dari balik kabut tebal. "Kau bisa mendengarku?"

Liu Wei mencoba bangkit, tapi tubuhnya terasa asing - seolah dia mengenakan kulit orang lain. Di dadanya, Pedang Penyerap Jiwa berdenyut lemah, mencoba menyelaraskan diri dengan energi tuannya yang kini berubah.

"A-aku..." Liu Wei terbata. Ada lubang-lubang dalam ingatannya, celah-celah kosong yang terasa menyakitkan saat dia mencoba menggapainya. "Siapa... siapa nama ibuku?"

Guru Feng dan Biksu Hui Chen bertukar pandang prihatin.

"Yang penting sekarang," Hui Chen berkata lembut, "apa yang kau lihat dalam cermin?"

Liu Wei memejamkan mata, mencoba merangkai pecahan-pecahan visi yang masih tersisa:

Sebuah paviliun di tengah lautan awan merah. Di dalamnya, Lin Xiao Mei berlutut di hadapan sesosok bayangan - Ketua Sekte Awan Hitam.

"Kau akan menjadi wadah yang sempurna," suara serak itu berkata. "Dendam dan kehilanganmu akan memberi kekuatan pada Pedang Pembakar Surga."

Adegan berganti. Xiao Mei berdiri di puncak Gunung Yin Lu, Pedang Pembakar Surga terangkat tinggi. Langit menggelap saat pedang itu menyerap energi kehidupan dari segala yang hidup di sekitarnya.

"Hanya ada satu cara untuk menghentikan ritual ini," suara Kaisar Bayangan menggema. "Tapi harganya..."

"Gunung Yin Lu," Liu Wei membuka mata. "Kita harus ke sana sebelum bulan purnama berikutnya."

"Itu di wilayah Sekte Awan Hitam," Guru Feng mengingatkan. "Bahkan dengan kekuatanmu sekarang..."

"Aku tahu," Liu Wei memotong, suaranya lebih dingin dan tegas dari yang pernah mereka dengar. "Tapi aku juga tahu jalan masuknya. Dalam visi... aku melihat rute rahasia melalui Lembah Sembilan Hantu."

Hui Chen mengerutkan kening. "Lembah itu adalah tempat terlarang. Konon, bahkan kultivator tingkat Nascent Soul bisa tersesat selamanya di sana."

Liu Wei bangkit, kali ini lebih mantap. Di tangannya, Pedang Penyerap Jiwa mulai bersinar dengan cahaya keemasan yang lebih intens.

"Cermin itu mengambil banyak hal dariku," dia berkata pelan. "Ingatan tentang masa kecilku, wajah orang tuaku, bahkan..." dia berhenti sejenak, "...rasa takut akan kematian. Tapi sebagai gantinya, dia memberiku pengetahuan. Tentang jalan yang harus kutempuh."

Guru Feng menghela napas panjang. Muridnya yang dulu - pemuda yang masih ragu-ragu dan dipenuhi kebimbangan - kini telah berubah. Di hadapannya berdiri seorang kultivator yang telah melihat takdirnya dan siap membayar harganya.

"Kalau begitu," sang guru akhirnya berkata, "kita harus bersiap. Lembah Sembilan Hantu bukan tempat yang bisa dihadapi tanpa persiapan."

Liu Wei mengangguk. "Ada satu hal lagi yang harus kulakukan sebelum kita berangkat."

Dia berjalan ke arah jendela, menatap rembulan yang kini tampak seperti mata perak yang mengawasi. Tangannya bergerak membentuk segel rahasia - teknik yang bahkan tidak dia sadari dia kuasai sampai saat ini.

"Pedang Penyerap Jiwa memiliki lima segel," dia menjelaskan sambil membentuk segel terakhir. "Yang pertama sudah terbuka. Untuk menghadapi Pedang Pembakar Surga... aku harus membuka yang kedua."

Cahaya keemasan meledak dari pedang itu, begitu menyilaukan hingga Guru Feng dan Hui Chen harus memejamkan mata. Saat cahaya memudar, Liu Wei masih berdiri - tapi ada yang berbeda. Di punggungnya, samar-samar terlihat sepasang sayap yang terbuat dari qi keemasan.

"Ini..." Hui Chen terkesiap. "Sayap Transenden? Teknik legendaris yang konon hanya dikuasai Kaisar Bayangan?"

Liu Wei mengangguk. "Dan sekarang, teknik ini akan membawa kita melintasi Lembah Sembilan Hantu."

Di kejauhan, lonceng kuil berdentang dua belas kali. Tengah malam telah tiba, menandai dimulainya perhitungan mundur. Tiga puluh hari menuju bulan purnama berikutnya. Tiga puluh hari untuk menyelamatkan Lin Xiao Mei - dan mungkin, dunia kultivasi itu sendiri.

Saat Liu Wei menatap kegelapan malam, dia berbisik pelan, lebih kepada dirinya sendiri: "Tunggu aku, Xiao Mei. Kali ini... aku tidak akan membiarkan kegelapan mengambil siapapun lagi."

Dan malam itu, di puncak Pagoda Seribu Kabut, tiga sosok memulai persiapan untuk perjalanan yang akan mengubah takdir mereka selamanya. Karena terkadang, untuk menyelamatkan masa depan... kita harus rela mengorbankan masa lalu.

1
Yurika23
cresendo teh naon nya?
Yurika23
keren
Yurika23
suka karakter MC ya..kereeen...
ricky suitela
keren thor ceritanya jangan sampe berhenti
ricky suitela
up terus thor
ricky suitela
gasss
ricky suitela
mantap
ricky suitela
mantap
Yurika23
aku mampir ya Thor ..
Siti Komariyah
cukup bagus, semoga terus berlanjut ya
Anonymous
cukup bagus lanjutkan terus ceritanya
yos helmi
go..
asri_hamdani
Menarik. Penyampaian cerita berbeda dari kebanyakan.
Ismaeni
awal cerita yang menarik, bahasanya enak tidak berat. ..semoga selalu update ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!