Tarik Ulur Cinta

Tarik Ulur Cinta

BAB 01

"STOP!" ujar seorang gadis kepada seorang lelaki yang sedang berjalan di belakangnya.

Si lelaki yang mendengar kata-kata dengan nada memerintah itu, menghentikan langkahnya dan menatap ke arah sang gadis dengan tatapan bertanya. Ia menoleh ke arah gadis yang mendekat kepadanya.

“Arion, hari ini cewek mana lagi yang ngasih coklat ke kamu?” tanya sang gadis dengan raut wajah yang terlihat tidak senang.

“Kenapa? Kamu cemburu, Mima?” balas Arion Jevera Bagaskara yang merupakan sahabat kecil dari gadis yang bernama lengkap Jemima Ariel Joachim. Jemima melihat ke arah Arion sambil memelototinya. Entah sejak kapan, persahabatan mereka menjadi renggang dan selalu berakhir dengan perang mulut.

“Aku cemburu? Yang bener aja dong! Kamu engga liat cowok yang antri cuma untuk kenalan sama aku?! Aku nanya karena aku engga mau kamu mainin cewek, apalagi Amira. Kamu tau 'kan kalo dekat sama dia!”

Perkataan Jemima membuat Arion mencebik. Ia merasa Jemima selalu mengawasi gerak-geriknya, hingga ia merasa tidak nyaman. Arion sudah berusaha menjauhkan diri dari Jemima, tetapi gadis itu selalu saja menemuinya hanya untuk bertanya dan mengeluh tentang banyak hal terutama semua hal yang berhubungan dengan Arion.

“Mima, aku cuma minta satu permintaan ke kamu! Jauhi aku!”

***

 Sepuluh tahun kemudian....

"Jemima, gimana tentang penawaran saya minggu lalu? Saya yakin kamu bisa mengambil keputusan yang bijaksana karena ini semua demi masa depan karier kamu. Saya rasa banyak orang yang menginginkan posisi yang saya tawarkan ke kamu saat ini!" ujar Michael, Manager sekaligus atasan Jemima di divisi HRD.

"Ehmmm, gimana ya pak? Saya masih bingung, soalnya. Boleh saya minta waktu berpikir seminggu lagi engga, Pak? Kalo boleh...," balas Jemima ragu-ragu karena sebenarnya ia merasa dilema. Ia menginginkan jabatan itu, tetapi ia tak ingin ditempatkan di kota, dimana orang yang sangat ingin ia hindari berada.

"No more time, dear! Kalo kamu memang merasa tak siap, atau ada alasan lain yang membuat kamu berat menerima tawaran yang belum tentu datang dua kali ini, saya akan offer ke supervisor hotel kita yang ada di kota lain," tegas Michael yang membuat Jemima merasa semakin terdesak.

"Jangan, Pak! Saya siap kok ditempatkan di Bali." Jemima tak bisa lagi menarik kata-katanya. Ia hanya bisa pasrah menerima bahwa minggu depan ia sudah harus mulai bertugas di Bali.

'Tenang Mima, walau Bali kecil kamu belum tentu ketemu dia di sono. Mama bilang mereka tinggal di denpasar, sementara kamu bakalan di tempatin di daerah Nusa Dua toh! Aman itu..., aman!' batin Jemima.

***

Jemima memberitahukan keputusannya kepada pihak keluarga dan mendapat sambutan hangat dari kedua orang tuanya terutama sang ibu.

"Mima sayang, mama senang banget kamu bisa kerja di Bali, jadi mama bisa bolak-balik Bali - Jakarta. Mama juga bisa makin sering ketemu sama Tante Mira deh. Hannah tuh kangen banget sama kamu tau engga! Kamu sih selalu nolak diajak kalo liburan ke Bali. Noh, kena karma 'kan..., akhirnya kamu malah harus pindah tugas ke sono," ledek sang ibu yang membuat Jemima mencebik karena kesal.

"Ihhh, mama malah ngejekin anak sendiri, gimana sih?! Mama kan tau alasan kenapa aku malas ke sana. Aku malas ketemu sama putra Tante Mira itu, mom!" gerutu Jemima yang membuat Cendana, sang ibu. Ia langsung memeluk sang putri sambil tertawa.

"Namanya masih Arion, Mima sayang.... Jangan terlalu benci, nanti cinta loh. Apalagi sekarang Rion makin ganteng, kerjaannya bagus, duitnya...." Perkataan Cendana terpotong karena Jemima langsung menutup kedua telinganya dan berlari ke kamar.

***

"Ingat ya sayang, Tante Mira udah mama kabari kalo kamu bakalan stay di Bali karena kamu dapat promosi jabatan. So, jangan lupa kunjungi rumah Tante Mira, mama engga mau dengar kata TIDAK, ENGGA, DKK, pokoknya!" ujar sang mama sebelum Jemima memasuki ruang tunggu untuk keberangkatannya menuju Bali.

"Ihhh, mama rese deh. Kesel akunya, tau engga! Awas aja kalo mama ngasih tau alamat aku di Bali! Aku engga bakalan pulang lagi ke Jakarta!" gerutu Jemima sambil memeluk kedua orang tuanya yang membuat kedua orang paruh baya itu tertawa.

Setelah memasuki ruang tunggu, Jemima menyibukkan diri dengan membaca novel kesukaannya sembari menajamkan pendengaran agar mengetahui jadwal penerbangan pesawat yang ditumpanginya.

'Ahhh, selamat tinggal Jakarta. Semoga aku bisa secepatnya balik setelah dapat kesempatan bagus untuk balik ke sini lagi.'

Jemima menatap ke luar jendela, ia merasa nelangsa karena akan meninggalkan kota kelahiran dan kedua orang tua yang sangat ia cintai. Tak terasa air mata yang sejak tadi ditahannya, mengalir perlahan dan membasahi kedua pipinya. Karena malu ia segera menunduk dan mencoba mencari tisu dalam tasnya.

"Ini!" ujar seseorang yang membuat Jemima mendongak. Ia menatap seorang lelaki yang sedang tersenyum lembut kepadanya sembari menyodorkan beberapa helai tisu.

"Ahhh, makasih," Cicit Jemima sembari mengusap air matanya dengan wajah tersipu karena ternyata ada seseorang yang memperhatikan dirinya. Lelaki itu duduk di depan bangku penumpang yang diduduki oleh Jemima.

"Ehmm, mau ke Bali juga?" tanya sang lelaki yang membuat Jemima mengangguk. Ia merasa sedikit tidak nyaman, tetapi ia merasa tak enak hati karena lelaki itu sudah berbaik hati kepada dirinya.

Jemima berusaha mengalihkan pandangan dari lelaki yang masih memperhatikannya itu. Jemima mencoba fokus ke novel yang masih terbuka di pangkuannya, ia sedang tak ingin membuka obrolan dengan orang asing.

Terdengar suara tawa kecil yang membuat Jemima kembali mengangkat wajahnya dan mendapati lelaki itu sedang tersenyum geli sembari menatap ke arahnya. Jemima mengerutkan dahinya karena bingung dan merasa sedikit kesal karena lelaki itu terlihat sok akrab.

"Maaf mba, tapi bukunya kebalik!" ujar lelaki itu pelan sembari menunjuk ke arah novel yang dipegang Jemima.

'Alamak matilah aku! Malunya!'

***

 "Mimaaa!"seru seseorang yang membuat Jemima terkejut karena ia tak merasa menunggu jemputan siapa pun. Wajah Jemima semakin terkejut saat melihat wajah Miranti, sang suami dan putrinya, Hannah sedang melambai ke arahnya sembari membawa spanduk yang berisikan tulisan "Selamat Datang ke Bali, Mima sayang" lengkap dengan foto masa kecilnya yang membuat Jemima ingin menenggelamkan dirinya ke laut karena ia sudah mencapai batas tingkat malu maksimal yang bisa ia toleransi.

Jemima ingin menghindar, tetapi ia tak tega karena ia masih sangat menyayangi Miranti yang sudah ia anggap sebagai ibu keduanya.

"Tante, Om, hai Hannah...," sapa Jemima setelah ia mendekati mereka. Miranti langsung memeluk putri sahabatnya itu sambil menangis haru. Hal itu membuat Jemima terenyuh dan ikut menitikkan air mata.

"Kamu udah engga sayang sama Tante lagi ya, Mi?! Tiap kali mama sama papa ke sini kamu engga pernah mau ikut! Tante sedih tau!" keluh Miranti yang membuat Jemima merasa bersalah.

"Maaf ya, Tan. Tapi kan Mima udah di sini. Aku juga bakalan tinggal lama di sini, kan?! Jadi bisa main tempat tante..., bujuk Jemima yang membuat Miranti mengangguk senang.

Setelah bercengkerama sebentar, Miranti mengajak Jemima ke mobil mereka. Jemima sempat bertanya-tanya kemana lelaki yang sangat dihindarinya itu. Namun ia merasa lega karena tak harus bertemu dengan musuh lamanya itu.

Miranti dan Hannah terus mengajak Jemima untuk mengobrol, sehingga Jemima tidak merasa terlalu canggung dengan situasi yang ada. Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat, pasti banyak perubahan fisik, sikap dan sifat dari masing-masing mereka. Miranti yang memahami situasi itu, mencoba membuat Jemima merasa nyaman.

Mereka telah tiba di kediaman keluarga Miranti, dan sedang bersantap malam bersama. Jemima sedikit risih dengan pengaturan tempat duduk saat mereka berada di meja makan. Ia bertanya-tanya mengapa ia harus duduk berhadapan dengan Arion yang membuat selera makannya berkurang.

Arion sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun, ia hanya menyantap makanannya dalam diam. Belum ada sepatah kata pun yang ia tujukan kepada Jemima sejak gadis itu tiba. Hal itu sebenarnya membuat Jemima jengkel, seolah-olah lelaki yang dibencinya itu tidak mengharapkan kehadirannya di kediaman mereka.

‘Kenapa kami harus Engkau pertemukan lagi ya, Tuhan?’

****

Terpopuler

Comments

ᴾᴿᴼRia🫂💤࿐✰

ᴾᴿᴼRia🫂💤࿐✰

kereenn thorr🥳

2024-04-26

1

Rinjani Putri

Rinjani Putri

keren kk

2024-04-05

1

Liu

Liu

Thor... mampir yuk di the impossible married 🥺

2024-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!