Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Maaf, aku tidak tahu kalau perbuatanku akan menyebabkan Bianca terluka," ujar Liam tidak membalas perbuatan James.
"Seharusnya kamu menanyakan dulu kondisi kehamilan Bianca. Bagaimana pun adikku ini sedang hamil anakmu!" balas James kembali memukul Liam.
"Hentikan, James! Tidak perlu memakai otot! Bagaimana kondisi Bianca? Kandungannya baik-baik saja, kan?" tanya Sonia sambil mencegah putranya yang ingin kembali menghajar sang menantu.
"Ya, Ma. Kita hanya perlu menunggu Bianca sadar. Dokter bilang kondisi Bianca harus terus diperhatikan. Bila pendarahannya tidak berhenti, berarti...." Liam tidak sanggup untuk berbicara lebih, matanya hanya terpejam tidak mengatakannya secara lengkap.
Ucapan James tentangnya yang bersikap brengs*k memang benar. Dia harusnya menanyakan terlebih dahulu kondisi kehamilan Bianca. Selama persiapan pernikahan pun, Bianca tidak mengeluh padahal dia cukup lelah melakukannya. Liam justru menunjukkan sikapnya yang tidak peduli dengan hal yang amat penting itu.
"Ehm..."
Terdengar gumaman kecil dari Bianca. Liam mendekati istrinya itu. "Bi, kamu sudah bangun?"
Perlahan, Bianca membuka matanya. Dia melihat wajah Liam yang memar dengan mengeryit.
"Apa yang terjadi?" tanya Bianca memegang wajah Liam.
Liam menggeleng, "Tidak ada apa-apa. Apa yang kamu rasakan? Apa masih sakit?" jawab Liam.
Bianca terperangah dan menyadari dia telah berada di rumah sakit. Sonia dan James pun mendekati Bianca ingin mengetahui kondisi wanita hamil itu.
"Aku...Baik-baik saja. Perutku sudah tidak sakit. Apa terjadi sesuatu pada bayiku?" gumam Bianca pelan.
Wanita itu kembali mengingat aktivitas panas mereka. Liam melakukannya tanpa mempedulikan ucapan Bianca yang kesakitan. Hingga dia merasa sesuatu keluar dari tubuhnya dan sakit mendera perut bagian bawah.
"Bayi kita kuat, aku yakin kalau dia dapat bertahan. Maafkan aku yang tidak melakukannya dengan hati-hati," ucap Liam merasa bersalah.
Bianca menggeleng, dia merasa Liam tidak perlu meminta maaf. Sudah sewajarnya pria itu menginginkan melakukan hubungan suami istri dengannya. Lagi pula, itu juga merupakan malam pertama bagi mereka. Terlepas, mereka telah memiliki bayi yang ada di rahim Bianca saat ini.
"Aku yang salah karena tidak bisa melayanimu dengan baik. Akan tetapi, lain kali mungkin kamu dapat melakukannya dengan lembut, Sayang. Aku...." Wajah Bianca memerah ketika menimpali ucapan Liam.
Di samping, Bianca berdiri Kakak dan mamanya. Jadi, dia memilih untuk menghentikan ucapannya yang terlalu frontal itu. James terperangah mendengar ucapan Bianca. Adik kecilnya itu telah memiliki suami yang bahkan tidak bisa menjaga Bianca.
"Setelah keluar dari rumah sakit, tinggallah bersama Mama. Aku tidak tenang bila kalian hanya tinggal berdua. Takut kalau terjadi kembali sesuatu hal hingga menyebabkan kamu terluka, Bi," tukas James.
Liam hanya diam tidak membantah ucapan James. Dia memang lalai menjaga Bianca pada hari pertama menjadi suaminya. Namun, sejak awal yang memintanya bertanggung jawab adalah Keluarga Davis.
Selama beberapa hari menjelang pernikahan pun, Liam sama sekali tidak berminat pada pernikahan ini. Dia ingin Bianca membatalkan pernikahan mereka pada awalnya. Bahkan, setelah mereka menikah, Liam ingin mereka membuat perjanjian kalau akan bercerai setelah anak yang ada dalam kandungan Bianca lahir.
Ketika Bianca kesakitan karena ulahnya. Liam sadar bahwa yang ingin dilakukannya sangat tidak berperasaan. Bagaimana mungkin dia ingin menceraikan wanita yang mengandung anaknya?
Seharusnya, Liam bersyukur Bianca mempertahankan bayi mereka alih-alih menggugurkan kandungan. Pastinya, Keluarga Davis juga tidak ingin menanggung malu karena nona muda di keluarga mereka hamil di luar nikah.
"Tidak, Kak. Sekarang, aku sudah menjadi seorang istri. Pasti Liam tidak nyaman bila dia tinggal bersama kita. Begitu pun, aku yang tidak nyaman bila tinggal bersama keluarga Smith. Kami harus mandiri dan membina rumah tangga kami dengan cara kami," ujar Bianca menolak usulan dari James.
"Tapi, kalau sampai terjadi seperti ini aku khawatir, Bi. Kamu adalah adikku satu-satunya. Aku tidak ingin kamu tersakiti lagi. Mungkin menikahkanmu dengan Liam adalah sebuah kesalahan yang aku lakukan!" gumam James.
"Apa maksudmu? Saat ini, Bianca sudah menjadi istriku. Jangan pernah kau mengatakan pernikahan kami adalah sebuah kesalahan! Bianca dan bayi yang ada dalam kandungannya adalah milikku!" balas Liam tidak terduga.
Pria itu memandang James dengan tajam. Perkataan James seolah menyiratkan bila Bianca dapat memiliki suami yang lebih baik dibandingkan dengan dirinya. Tidak akan Liam biarkan Bianca jatuh pada orang lain. Tidak dengan anaknya yang berada dalam kandungannya.
Lain lagi dengan Bianca. Wanita itu menatap lembut Liam yang mengatakan kalau Bianca dan anak dalam kandungannya adalah miliknya. Apa usahanya selama ini telah berhasil?
Wanita hamil itu menyangka dia sudah dapat meluluhkan hati Liam yang selama ini dingin. Pria yang selama ini menolak cintanya terang-terangan mengakui kalau Bianca adalah miliknya.
"Apa kamu sudah mulai mencintaiku, Sayang?" tanya Bianca dengan senyum di wajahnya.
Bianca tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri untuk menanyakan hal yang ada dalam pikirannya. Wanita itu merasa telah melihat pernikahan yang dia lakukan akan berjalan dengan baik.
Liam menatap Bianca dengan pandangan yang sulit diartikan. Menimbang setiap ucapan Bianca. Liam tidak dapat menjawab pertanyaan Bianca yang menanyakan tentang perasaannya.
Semudah itukah aku jatuh cinta pada Bianca? Sebenarnya, apa alasanku begitu membenci bila dia mendekatiku? batin Liam memandangi Bianca yang masih menunggu jawabannya.
***
Bersambung.
Terima kasih telah membaca. ❣️