NovelToon NovelToon
Istri Simpanan Tajir

Istri Simpanan Tajir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Nikah Kontrak / Kehidupan di Kantor / Keluarga / Pihak Ketiga
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.

Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.

Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.

"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.

"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.

Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?

Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.

"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.

Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Operasi Hanin

Waktu operasi Hanin terasa sangat lama bagi Mahreeen. Dari siang hingga sore, operasi masih belum selesai. Mahreeen menunggu sendirian di luar ruang operasi, hatinya diliputi kecemasan yang tak tertahankan. Setiap detik berlalu dengan berat, dan doanya terus terucap tanpa henti di dalam hati.

Saat matahari mulai terbenam dan waktu shalat Maghrib tiba, operasi masih belum menunjukkan tanda akan selesai. Mahreeen menyelesaikan shalatnya di sudut kecil ruang tunggu, lalu kembali duduk dengan tatapan yang masih tertuju pada lampu ruang operasi yang belum juga berubah warna.

Ya Allah, kuatkan aku... berikan kesembuhan untuk Hanin, jangan ambil dia dariku dulu. Aku sudah merelakan dan memberikan yang terbaik. Jangan sia siakan usahaku ini karena Hanim belum benar benar merasakan bahagia, batinnya, mencoba tetap tenang meski hatinya dilanda was was.

Ketika kecemasannya mencapai puncak, tiba tiba sosok yang tidak diduganya muncul di hadapannya. Manaf, bosnya, berjalan mendekat dengan langkah tenang dan duduk di sampingnya. Mahreeen terkejut melihatnya di sana. Tidak hanya karena dia adalah bosnya, tetapi juga karena kehadirannya yang mendadak di rumah sakit.

"Pak Manaf?" lirih Mahreeen dengan suara gemetar, masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Manaf menatapnya dengan lembut, lalu tanpa berkata apa apa, ia mengulurkan tangan dan perlahan mengusap air mata yang sudah mengalir di pipi Mahreeen.

"Tenanglah, Mahreeen. Aku ada di sini. Hanin akan baik baik saja," ucap Manaf dengan suara tenang dan meyakinkan.

"Tapi operasinya begitu lama, Pak. Saya takut..." ucap Mahreeen dengan suara bergetar, matanya kembali berkaca kaca.

Manaf menarik napas dalam dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum berbicara lebih jauh.

"Operasi besar memang memerlukan waktu yang lama. Tapi percayalah, tim dokter di sini adalah yang terbaik. Mereka akan melakukan yang terbaik untuk Hanin." ucap Manaf.

Mahreeen hanya bisa menundukkan kepalanya, mencoba menahan isakannya yang sudah hampir pecah.

"Saya sudah berdoa... tapi saya tetap takut," ucapnya, suaranya serak oleh emosi yang terus menghantamnya.

Manaf menatap Mahreeen dengan penuh perhatian. Ini adalah sisi lain dari wanita yang biasanya selalu terlihat kuat dan tegar di kantor.

"Kamu sudah melakukan yang terbaik sebagai ibu. Sekarang, biarkan dokter melakukan tugasnya. Aku yakin, semuanya akan baik baik saja. Kamu tidak sendirian," ucap Manaf dengan lembut, suaranya terdengar penuh empati.

Dalam hati, Mahreeen merasa sangat terkejut. Manaf yang biasanya terlihat dingin dan tegas di kantor, ternyata memiliki sisi yang hangat dan penuh perhatian. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa sosok yang selama ini tampak kaku justru bisa menjadi penopang di saat saat sulit seperti ini.

"Terima kasih, Pak Manaf. Saya tidak tahu harus berkata apa...," ucap Mahreeen pelan, masih terkejut dengan kehadiran dan perhatian bosnya itu.

"Kamu tidak perlu berkata apa apa. Fokus saja pada Hanin dan doakan dia. Aku akan menunggu di sini bersamamu sampai operasi selesai," jawab Manaf, mengusap pundak Mahreeen dengan lembut. Dia tidak berani melakukan lebih dari itu, menghormati ruang pribadi Mahreeen, tetapi kehadirannya sudah cukup membuat Mahreeen merasa sedikit lebih tenang.

Di dalam hatinya, Mahreeen tak bisa berhenti membandingkan Manaf dengan Peros.

Andai saja Peros bisa bersikap seperti Pak Manaf... mungkin aku tidak akan merasa serapuh ini, Peroa benar benar Bapak yang tidak tahu diri, bagaimana kondisi anaknya yang sedang berjuang dia malah mengabaikannya batin Mahreeen dalam diam.

Penyesalan demi penyesalan mulai menghampirinya. Hubungannya dengan Peros yang dulu begitu penuh harapan kini hancur berkeping keping. Proses perceraian sedang berlangsung, dan Peros tidak lagi peduli pada keluarganya. Jangan salahkan jika nanti akan menyesal karena di benci anak anaknya karena sikapnya sendiri.

Apa yang salah dengan pernikahan ini? Kenapa dia berubah begitu drastis? batin Mahreeen, hatinya terasa hancur mengingat kabar dari Rasya bahwa Peros sudah tidak pulang ke rumah selama beberapa hari. Kesedihan itu menggerogoti hatinya lebih dalam lagi.

Tiba tiba, suara lembut Manaf memotong lamunan Mahreeen. "Aku tahu ini sulit, tapi kamu harus tetap kuat. Hanin membutuhkanmu lebih dari siapapun," ucap Manaf, suaranya penuh perhatian.

Mahreeen mengangguk pelan, mencoba menenangkan diri.

"Saya akan berusaha, Pak. Saya akan kuat... demi Hanin," ucapnya dengan suara yang lebih tegas, meskipun hatinya masih terasa berat.

Waktu terus berlalu, dan malam pun mulai menjelang. Mahreeen terus menatap lampu operasi yang masih berwarna merah. Dia berharap setiap saat lampu itu akan berubah menjadi hijau, tanda bahwa operasi sudah selesai.

Ting!

Tiba tiba suara lembut dari lampu operasi terdengar. Mahreeen dan Manaf sama sama terkejut dan segera berdiri serentak. Lampu operasi akhirnya berubah menjadi hijau, menandakan bahwa operasi sudah selesai.

"Alhamdulillah...," ucap lirih Mahreeen, hatinya sedikit lega.

"Ayo, kita tunggu dokter keluar," ajak Manaf sambil menuntun Mahreeen mendekati pintu ruang operasi.

Beberapa menit kemudian, pintu ruang operasi terbuka dan tim dokter keluar. Mahreeen langsung mendekat dengan perasaan bercampur antara cemas dan harap.

"Dokter, bagaimana keadaan Hanin?" tanya Mahreeen penuh kekhawatiran, suaranya hampir tak bisa dia kendalikan.

Dokter yang memimpin operasi tersebut tersenyum lembut, menatap Mahreeen dengan penuh pengertian.

"Operasi berjalan dengan baik. Hanin berhasil melewati operasinya dengan stabil. Namun, proses pemulihannya masih memerlukan waktu dan perawatan intensif. Dia anak yang kuat, Bu Mahreeen. Sekarang kita tinggal berdoa agar masa pemulihannya berjalan lancar." jawab dokter penanggung jawab itu.

Mahreeen hampir tidak bisa menahan tangisnya.

"Terima kasih, Dokter. Terima kasih banyak...," ucapnya dengan air mata yang mengalir di pipinya, kali ini air mata kebahagiaan dan kelegaan.

Manaf yang berdiri di sampingnya juga tersenyum tipis.

"Aku sudah bilang, semuanya akan baik baik saja," bisiknya pelan kepada Mahreeen.

Mahreeen menatap Manaf dengan mata penuh rasa terima kasih.

"Terima kasih, Pak Manaf. Tanpa dukungan Anda, saya tidak tahu bagaimana saya bisa melewati hari ini," ucapnya tulus.

"Kamu wanita yang kuat, Mahreeen. Aku hanya ada di sini untuk mengingatkanmu tentang itu." ucap Manaf hanya mengangguk.

Malam itu, meskipun lelah dan penuh kecemasan, Mahreeen akhirnya bisa bernapas sedikit lebih lega. Namun, di balik perasaan leganya, dia juga merasakan kegetiran yang dalam terhadap apa yang telah terjadi dalam hidupnya. Sementara itu, Manaf, meskipun tetap menjaga jarak, diam diam merasa puas bisa berada di samping Mahreeen pada saat saat paling sulit ini.

Ya Allah, aku yang memang tidak pandai untuk meminta padamu. Kali ini saja kabulkan doaku, aku ingin kebahagiaan untuk wanita di depanku ini, Mahreeen. Wanita yang ingin aku selalu melihat senyumnya merekah. Batin Manaf.

...****************...

Hi semuanya!!! Tinggalkan jejak kalian disini ya.

1
Enny Nuraeni
ok bgt
ziear: terima kasih kak
total 1 replies
dapurAFIK
lanjut Thor makin penasaran aza...
ziear: siap kak
total 1 replies
dapurAFIK
bertemu calon madu🤭
ziear: 😅 bener bgt kak
total 1 replies
dapurAFIK
peros manusia ga waras
ziear: cung yang setuju Peros ga. waras☝
total 1 replies
ziear
siap kak
bentar lagi up ya di tunggu
dapurAFIK
semangat mahreeen..... semoga ada jln terbaik...
ziear
Karya Mommy selanjutnya.
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!