Bella mempergoki kekasihnya selingkuh sedang bercumbu di parkiran mall yang sepi. Hal itu membuat Bella syok dengan melihat secara langsung Tama berselingkuh dengan seorang perempuan yang amat dikenalnya. Apa yang akan dilakukan Bella saat tahu Tama selingkuh? Dan bagaimana ia akan memberikan pelajaran pada perempuan yang amat ia percaya selama ini?
Disclaimer; Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa atau cerita mohon dimaafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14 - Puncak
Seorang wanita dengan pakaian formal memasuki ruangan pribadinya. Ia menatap map merah yang sudah ia tahu, bahwa isinya adalah informasi mengenai hal yang ia inginkan.
"Hemmm ... Anak Rita ternyata. Dunia sempit ya, Ta!" ucap wanita itu sambil memandangi foto di dalam figura yang menampilkan empat remaja belia, salah satunya adalah dirinya yang sedang merangkul Rita dengan senyum bahagianya.
"Andai Lo masih ada, Ta. kita pasti hangout bareng dan membahas anak-anak kita," ucapnya berbicara sendiri. Sudut matanya mengeluarkan cairan bening yang sudah membanjiri wajahnya.
Tookkk ... Tookkk ... Tookkk ...
Wanita itu segera mengelap sisa air matanya menggunakan tisu dan mempersilahkan seseorang yang berada di balik pintu untuk masuk.
Lelaki bertubuh jangkung dan berwajah Mediterania memasuki ruangan dengan wajah seriusnya.
"Igor mulai bergerak. Dia sekarang berada di Indonesia dan sedang menyelidiki gadis yang sedang bersama Kamandanu." Lapornya.
Wanita tersenyum tipis. "Biarkan saja. Aku yakin Igor tidak akan mengganggu Kamandanu sampai anak itu memutuskan akan menjadi pewaris Izyaslavich atau Harrison."
"Bagaimana jika Kamandanu memilih mengikuti jejak Igor, Mill?" tanyanya.
"Memangnya mengapa? bukankah wajar? Mereka ayah dan anak!"
"Tapi hubungan kamu dan Kamandanu tidaklah baik. Kecil kemungkinan ia mau mengurus perusahaan Harrison beserta partnership nya. Lagi pula, bukankah saat ini Kamandanu diberikan kekuasaan untuk mengontrol Izyaslavich di Ultimo Re?"
Camilla memperlihatkan foto Bella dan beberapa informasi mengenai gadis itu ke hadapan Justin.
"Dia ... Isabella bisa membuat hubungan aku dan Kamandanu membaik. Aku tau Kamandanu, Justin."
Justin menatap foto Bella dan Danu yang sedang di atas motor, lalu foto ketika Danu tertawa saat menemani Bella. Terakhir, yang terbaru adalah foto saat Danu menyentuh wajah Bella di dalam mobil.
...💕💕💕💕💕💕💕...
Mereka telah tiba di Puncak 7, Puncak Fajar Kencana pada pukul 11:45 siang. Mereka juga Bertemu beberapa anggota team pendaki lain dan beberapa peserta trail yang sedang beristirahat dan makan siang.
"Team gue yang terakhir sampe sini?" tanya Danu pada Panji.
Panji menjawab, "Masih ada 2 kelompok lagi Nu, di belakang Lo. Team nya Kenzo dan Arthur!"
"Kak Danu, ini makan siang buat kak Danu!" Voni memberikan makanan yang team nya Masak kepada Danu.
"...." Danu tidak menjawab, bahkan menoleh pun tidak ke arah Voni. Danu malah melangkah pergi meninggalkan Voni dan Panji.
"Buat gue aja, sini!" ucap Panji.
"Enggak, enak aja. ini khusus buat kak Danu!" kesal Voni.
Sambil menghentakkan kaki dengan kesal karena mendapat penolakan dari Danu.
Voni mengambil kembali ransum yang ada di tangan Panji dan berjalan ke team nya yang sedang berkumpul.
"Dihh ... borok sikutan loh. Abis ngasih di ambil lagi!" Panji meledek Voni yang berjalan misah misuh dari hadapannya.
"Bang sini, jangan berdiri disitu, kaya patung selamat datang aja. Kita nungguin Bang Danu buat makan, nih!" ujar Rio panjang lebar.
"Kak Kanu udah makan?" tanya Bella basa-basi, meskipun ia tau jika Voni menawari makanan pada Danu tadi.
"Belum. aku belum makan Bell!" jawab Danu sambil mengambil posisi duduk di samping Bella.
"Tadi di tawarin makan sama Voni, Kak Danu nolak. Kenapa Kak? Makanan Voni ada racunnya ya?" ledek Natalie.
"Gue mau makan di sini," jawab Danu sambil menatap Bella yang sedang sibuk menata makanan yang sudah selesai dimasak.
Natalie yang memang tau kedekatan antara Bella dan Danu, semakin senang membuat mereka berdua salah tingkah.
"Nah, kebetulan Kak. Kali ini Bella yang masak. Bella juga bawa kacang teri dari rumahnya. Tadi kita udah coba. Enak Kak!"
Danu menatap Bella dalam, sedangkan yang di tatap masih sibuk dengan aktivitasnya.
"Ambilin atuh Bell, kaga peka banget Lo. Itu Bang Danu udah liatin Lo aja!" goda Rio.
Bella menoleh lalu menatap wajah Danu. Ia mengambilkan makanan yang ia buat bersama Dara dan Natalie untuk Danu.
Menu nya kacang teri, tumis kacang panjang, sosis dan rolade goreng. Sesekali Bella bertanya pada lelaki itu mengenai lauk mana saja yang dikehendaki lelaki itu.
"Masakan kamu enak, cocok," ucap Danu spontan.
"Bukan aku sendiri yang masak, Kak. Natalie dan Dara juga ikut masak!" jelas Bella.
"Engga Kak. Kita cuma bantuin motong-motong doang sama goreng rolade nya. Overall Bella yang masak," pungkas Dara sambil tersenyum menatap Bella dan Danu.
"Udah cocok, kan Kak. Jadi istri idaman? Bella paket lengkap, Kak. Limited edition lagi," timpal Natalie seperti sales sedang mempromosikan barang jualannya.
"Hussshhh ... Kita masih SMA. Masih jauh ke arah sana." Bella membalas ucapan Natalie.
Danu mengangguk dengan senyum tipis sambil memasukan makanan ke mulutnya. Pandangannya tidak lepas dari Bella.
Bella yang di tatap intens seketika membalas tatapan Danu dan tersenyum sungkan.
"Kak Kanu mau nambah?" tanya Bella saat membalas tatapan Danu. Ia pikir Danu menatapnya karena ingin tambah. Namun Danu menggeleng.
"Ka-kanu ... Kanu siapa Bell?" tanya Rio, "Oh ... Itu panggilan sayang Bella buat kak Danu ya? Ya ampun so sweet," lanjut Rio dengan suara yang membahana. Membuat orang-orang yang disekitar menatap ke arah team mereka.
Bella menundukkan wajahnya dan menulikan pendengarannya ketika Rio meledeknya.
Danu yang tidak ingin membuat Bella tidak nyaman seketika membelanya. Agar suasana tidak lagi canggung.
"Itu nama kecil gue. cuma Bella dan keluarga gue yang tau."
"So-sorry ya Kak K-danu ... Jadi bikin kamu akward," ucap Bella sambil mengangkat kepalanya dan menatap wajah Danu yang berada tepat di depan wajahnya.
"Cuma buat kamu, please ... panggil aku Kanu. Aku suka itu," pinta Danu berbicara pelan.
Manik mata keduanya saling bertemu, bagi mereka dunia seakan berhenti berputar.
Bella bahkan sampai tidak mendengar riuh suara di sekitarnya yang sedang meledek mereka berdua dan bereforia menertawakan mereka.
Mereka berdua sibuk mengontrol detak jantung yang berdebar kencang menciptakan kupu-kupu bertebaran di perut mereka masing-masing.
Wajah Bella yang putih memunculkan warna merah di sekitar pipinya. Begitupun dengan Danu.
Dengan jarak sedekat itu, bohong jika ia tidak ingin berkenalan dengan bibir mungil merah muda milik gadis itu. Menahan hasrat itu membuat kedua telinga Danu memerah.
"Ekkhemmmm ... Nu, jaga sikap. Kita masih di Salak!" tegur Kenzo sedikit berteriak.
Kenzo yang dari kejauhan melihat Danu yang ia kira sedang mencium Bella, segera menghampiri lelaki itu.
Bagaimana ia tidak berfikir begitu. Disekitar mereka, banyak yang bersorak dan memekik dengan apa yang mereka lihat.
Danu kembali memasang wajah datar dan dingin lalu menatap Kenzo.
"Gue? Gue emang kenapa?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri
"Jangan ciuman disini, be go!" bisik Kenzo di dekat Danu.
Danu mengerutkan keningnya. "Gue gak ciuman. Jangan asal deh!" Kesalnya dengan nada sedikit keras dan terdengar oleh beberapa orang yang duduk di dekat Danu dan Bella.
Kenzo menatap Danu lalu mengisyaratkan agar lelaki itu mengikutinya. Danu paham arti tatapan Kenzo, ini pasti sesuatu yang serius. Danu menatap Bella yang sedang sibuk membereskan peralatan makan mereka.
"Gue gak bisa bantu beres-beres, ya!" ucap Danu menatap ke seluruh anggota team nya.
"Bella, I am sorry," lanjutnya sambil berdiri.
Bella tidak menjawab, ia hanya mengangguk sambil tersenyum canggung.
Ia segera membantu Dara dan Natalie merapikan barang-barang yang berantakan.
Dari jarak yang tidak begitu jauh, Voni menatap Bella dengan tatapan yang penuh kebencian.
Danu mengikuti Kenzo menjauh dari kerumunan orang. Berjalan sedikit menurun sampai pada di tempat yang landai.
Kenzo menunjukan iPad mini yang berada di dalam waist bag nya.
Danu mengamati informasi dan membaca setiap detail laporan yang ia terima.
"Jadi, Daddy gue lagi di Indonesia dan Mommy gue bakal nyusul?" tanya nya.
"Gak cuma itu, Nu."
"Terus?"
"Bokap dan nyokap lo sedang menyelidiki Bella, sekarang gue tanya sama lo, apa hubungan lo dengan perempuan itu?" tanya Kenzo serius.
"Jangan bawa-bawa Bella ke Pioneer, Ken!" tegas Danu.
"Gak bisa Nu. Ini penentu buat kita, jadi kita tau apa yang harus kita lakukan saat orang tua lo mengusik Bella."
"Gue ... Gue gak ada hubungan apapun sama dia," jawab Danu masih sambil menatap iPad milik Kenzo.
Kenzo berdecih, "Setelah apa yang gue liat tadi, lo masih menyangkal? Nu, waktu gue mulai berhubungan sama Melisa, lo bahkan pressing gue dan menyuruh gue buat lanjut atau lepasin Melisa kalau berpotensi mencelakakan kami dan Pioneer. Sekarang gue balik tanya ke lo, seberapa serius lo sama Bella? Kalau lo cuma mau bikin baper, tinggalin. Kita cuma gak mau ada Raneysha kedua di dalam Pioneer!"
Danu tersenyum miring. "Raneysha itu urusan Adrian. Isabella dan Raneysha berbeda, Man! Kalian tenang aja, gue bisa jaga Bella dengan cara gue sendiri."
Danu menempelkan iPad Kenzo ke dada bidang lelaki berwajah oriental dan pergi meninggalkan Kenzo yang masih ingin berbicara dengan lelaki berdarah Rusia itu.
Tama sedang menunggu Frilly pulang sekolah. Ponsel Tama tidak berhenti berdering menampilkan nomor sang ibundanya.
Dirinya sengaja tidak mengangkat panggilan itu, karena kesal dengan keputusan orang tuanya yang mencabut semua fasilitasnya.
Dari arah gerbang sekolah, Frilly melambaikan tangan ke arah Tama. Banyak sepasang mata menatap keduanya penuh rasa iri dan kagum.
Bagaimana tidak, Pratama adalah salah satu Most wanted di Yayasan Angkasa. Meskipun ia menempati sekolah khusus laki-laki namun di angkasa juga terdapat sekolah khusus perempuan.
Banyak dari sekolah khusus perempuan di SMA Angkasa menargetkan Tama sebagai buruan mereka. Justru itu di manfaatkan oleh Tama untuk bergonta ganti pasangan.
Hal itu sudah di ketahui oleh Bella, Tapi tidak dengan Frilly. Wanita itu tidak tau, betapa baji ngannya Pratama Adisutjipto.
"Kamu udah lama nunggu aku?" tanya Frilly dengan suara yang di imut-imutkan mirip chipmunk.
"Ngomongnya biasa aja, bisa? Geli gue dengernya. Bella yang imut, gak gitu-gitu juga ngomongnya!" Omel Tama sambil memberikan helm pada Frilly.
Frilly hanya memanyunkan bibirnya dengan kesal. "Tama aku gak bisa pakainya," rengek Frilly manja.
Tama yang sudah dari tadi duduk di motornya, memutar bola matanya malas. "Pakai sendiri. Jangan manja! Ayo cepet, gue gak tahan panas!" hardiknya.
Frilly menurut dan tidak lagi merengek. Ia memakai helmnya asal dan naik ke atas motor Ninja merah milik Tama sambil berpegangan pada bahu lelaki itu.
"Tam ... Aku ke rumah kamu ya, nanti?"
"Gak bisa, ibu minta anterin ke rumah temannya. Mau arisan."
"Bukannya arisannya udah, Tam, kemarin sore?"
"Arisan ibu banyak, gak cuma sama kolega nya aja."
"Biasanya, ibu kamu di antar supir. Kenapa sekarang minta antar jemput kamu?"
"Lo juga, biasanya di anter jemput supir. Sekarang ngerengek minta anter jemput gue. Nyusahin tau gak? Lo 'kan denger waktu itu ibu bilang, kalau gue harus banyak belajar. Sebentar lagi gue ujian dan mau masuk perguruan tinggi."
"Kamu akhir-akhir ini menghindar dari aku Tama. Kamu juga suka banyak alasan setiap aku mau ke rumah kamu. Ini bukan alasan kamu mau menjauh dari aku, 'kan?"
Jujur saja, Frilly merasa terganggu dengan ucapan Bella yang mengatakan jika Tama suka berselingkuh.
Tapi Frilly yakin, Tama tidak mungkin melakukan itu. Karena apapun yang Tama butuhkan. Frilly bisa berikan.
"Lo sumpah, bawel banget. Bella aja gak pernah rewel, gue mau ngapain, mau kemana, sama siapa bahkan lagi dimana. Dia gak se-bawel Lo."
Air mata Frilly jatuh begitu saja saat Tama membandingkan dirinya dengan Bella. Orang yang bener-bener Frilly benci.
"Jangan samakan aku dengan dia. Dia bodoh, Dia tolol, dia bahkan gampang di bohongin sama laki-laki brengsk kaya kamu!" teriak Frilly.
Suaranya terbawa angin namun cukup jelas di dengar oleh Tama meskipun ia membawa motor dalam keadaan cepat.
Tama terkekeh sinis, "Kan, Lo juga yang bikin gue jadi bren gsek. Lo lupa siapa yang menawarkan diri lebih dulu? Kalau lo gak menjajakan tubuh Lo, gak bakal gue kunyah, Ly!"
Pelukan Frilly mengendur, ia mengepalkan tangannya menahan setiap emosi yang membuncah di dadanya.
Tama yang menyadari itu hanya tersenyum sinis dari balik helm full face nya. Ia berharap jika kalimat-kalimatnya tadi dapat memprovokasi Frilly untuk melepaskannya.
Mereka telah sampai di depan rumah Frilly. Frilly turun dari motor Tama dan memberikan helmnya pada lelaki bjingan itu.
"Besok lo pulang pergi ke sekolah sendiri, ya. Gue 'kan cowok bjingan. Mending lo cari cowok yang gak bjingan kaya gue," ucap Tama menatap Frilly lekat.
Frilly berbisik di dekat telinga Tama. "Gak usah mencari alasan, Tama. Aku tau kamu mau putus dari aku, 'kan? Gak segampang itu, Sayang. Kamu Berani depak aku. Aku bakal kerahin orang buat bikin Bella celaka."
"Gue gak takut ancaman Lo. Lo cuma bocah SMP. Emang bisa apa?"
Tama melajukan ninja merahnya menuju ke rumahnya. Frilly masih menatap tajam ke arah Tama yang sudah memasuki rumahnya.
"Kita lihat aja nanti, Tama. Apa yang bocah SMP ini bisa lakukan pada mantan terindah kamu."
Mereka telah tiba di Puncak Prabu, 2,180 MDPL. Area puncak tidak terlalu luas jadi bagi yang sudah selesai beristirahat, mengabadikan momen berfoto dan menghabiskan sisa bekal makanan. Bisa langsung turun untuk berganti dengan team lainnya.
"Ayo Bang Danu sini, kita foto full team!" ajak Rio pada Danu yang sedari tadi berdiri menyamping memandangi Bella.
"Sini ... sebelah Bella masih kosong Kak!" titah Dara.
Rio meminta orang lain untuk memfoto mereka. Foto pertama mereka dengan pose gaya biasa, foto kedua pose gaya bebas, dan foto ketiga mereka menggunakan gaya absurd.
Danu memilih berdiri di samping Bella, ia bukannya menghadap ke kamera, malah fokus menatap Bella dari samping.
"Tunggu! kalian jangan pergi dulu. coba Bang Danu berdiri disini. Dan Lo Bella ... Lo berdiri di sebelah Bang Danu!" Rio memberikan sedikit arahannya.
"Disini?" tanya Danu meyakinkan juniornya.
"Iya. Senyum ya," perintahnya, " 1... 2... 3..., lagi!" Hal itu berlangsung hingga tiga kali.
Bella dan Danu melihat hasil fotonya, foto pertama mereka berdiri canggung sambil tersenyum, foto kedua Danu melihat ke arah Bella, foto ketiga Danu merangkul Bella yang membuat Bella mengeluarkan ekspresi terkejut namun tetap menjaga senyumnya.
"Berasa jadi Rio motret gue!" Rio terkekeh melihat hasil jepretannya.
"Kirim by Airdrop ya, Yo! Gue tunggu sekarang!" pinta Danu.
"Abis ngapain lo?" tanya Kenzo yang baru datang dengan team nya.
"Pemanasan prewed dia, Bang!" jawab Rio asal, "Nanti kalau pre-wed pakai jasa gue ya, Bang!" ucap Rio sambil tertawa senang.
Kenzo ikut melihat lihat foto yang di ambil Rio. Ia heran baru ini Danu mau berdekatan dengan perempuan untuk waktu yang lama dan dalam mood yang bagus. Terakhir berinteraksi dengan perempuan berujung perkelahian.
Ya ... Pertama kali lelaki itu dekat dengan perempuan, perempuan itu malah di cekik oleh Danu. Oleh sebab itu, Kenzo dan anak-anak Pioneer yang lain sempat curiga kalau Danu beneran homogenius.
"Akhirnya temen aing kaga homse lagi!" seru Panji yang tiba-tiba ikut nimbrung sambil melihat lihat foto Danu dan Bella.
"Cantik banget ya mulut lo. Bonyok lo udah pengen pensiun kayanya jadi seleb!" sindir Danu.
"Bercyanda Boss bercyanda!"
"kalian pacaran ya?"
TBC
Guys... Baca sampai habis ya 🫰🏻❤️😘