NovelToon NovelToon
Happy Ending

Happy Ending

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Bullying di Tempat Kerja / Kehidupan di Kantor / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat
Popularitas:40.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Charlie percaya adiknya mati bukan karena bunuh diri. Tetapi, seseorang berada di belakangnya. Setelah Charlie masuk dalam lingkup kehidupan sang adik, Charlie jadi tahu ternyata pelaku tak hanya satu orang tetapi beberapa orang yang terlibat, termasuk Bos dan juga ketua mafia yang beroperasi pada bagian bisnis ilegal.

Charlie berjanji siapapun yang terlibat pada kasus kematian sang adik, Charlie akan memberikan hukuman yang setimpal untuk pelaku.

Penasaran? Yuk, simak kisahnya di Happy Ending!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Happy Ending-15

Malam itu, angin kencang berhembus di sekitar villa yang semakin menambah suasana mencekam. Semua orang duduk takut dan cemas di ruang tamu, dengan tubuh gemetar dan wajah pucat pasi.

Mereka seolah melupakan rasa lapar yang seharusnya mendera perut mereka. Kotak berisi makanan yang telah disiapkan untuk makan malam masih tertutup rapat, tak ada yang berani menyentuhnya.

Nico menatap Charlie dengan tatapan curiga yang tajam, serasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik raut wajah pria itu.

Sementara Rifki, dengan perasaan penasaran yang memuncak, menatap Wilson yang duduk di sudut ruangan. Ada aura misterius yang menyelimuti pria tersebut, seolah dia tahu sesuatu yang tidak diketahui orang lain.

 Di sisi lain, Juwita duduk di lantai dengan tubuh gemetar, wajah penuh ketakutan dan mata berkaca-kaca. Kenangan tentang mayat Kang Dadang yang terbunuh menghantui pikirannya, membuatnya merasa seolah-olah kematian itu akan menjemputnya juga. Ia merasa sangat cemas dan ketakutan, tak tahu harus berbuat apa.

 Sherli berusaha menenangkan diri, mencoba mengusir rasa cemas yang mulai merasuki pikirannya.

Namun, sekuat apapun ia berusaha, rasa cemas itu tetap ada, menggelayut di dalam hatinya seperti racun yang menyebar. Suasana di ruang tamu villa semakin terasa mencekam, seolah-olah ada bayangan maut yang mengintai mereka dari balik kegelapan malam. Masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikiran dan perasaan masing-masing, tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kemarin Kang Dadang masih terlihat sibuk mengurus halaman villa. Tadi, malam juga sempat bertemu dengan kita waktu makan malam. Tetapi, tadi pagi Kang Dadang tewas dan mayatnya berada di dalam kulkas. Jadi, aku penasaran siapa yang melakukan ini? Dan apa motif di balik kematian Kang Dadang?"tanya Nico dengan suara yang sedikit parau karena kentara dengan kecemasan.

"Aku ingin pulang,"ucapan Juwita membuat semua orang menoleh kearahnya. Nico mengerutkan keningnya.

"Apa kau gila?! Pihak kepolisian akan memburu kita sampai ke Jakarta kalau kita benar-benar lari di tempat ini. Kita akan disangka pelakunya,"Nico berkata dengan tegas. Sherli menghela napas.

"Untuk sementara tunda dulu proses syutingnya. Aku akan menghubungi Pak David besok,"ujar Sherli yang bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruang tamu.

"Kami juga butuh istirahat,"Clarisa berkata sembari mengajak Wilson untuk meninggalkan tempat itu.

Charlie menatap kepergian wanita itu dengan raut wajah yang penuh kecurigaan. Di ruang tamu hanya tinggal Juwita, Rifki dan juga Nico serta Charlie.

Malam itu, suasana di villa terasa semakin mencekam setelah kejadian pembunuhan terhadap Kang Dadang. Charlie, yang sudah terlibat dalam kasus Alia yang belum terpecahkan, kini harus menangani kasus baru ini.

Tidur baginya menjadi hal yang sulit, pikirannya terus menerawang mencari petunjuk untuk memecahkan kasus yang terus bertambah rumit ini. Di kamar yang sepi, Charlie duduk termenung di tepi jendela dengan secangkir kopi di tangannya.

 Wajahnya tampak pucat, mata yang sembab menandakan lelah yang tak tertahankan. Entah berapa kali dia mengecek berkas-berkas kasus yang tersebar di atas meja, mencari celah yang mungkin terlewatkan.

Namun, semakin dia mencari, semakin kebingungan yang dirasakan. "Ada apa ini sebenarnya? Apakah semua ini ada kaitannya satu sama lain?" gumam Charlie dalam hati. Rasa penasaran dan keinginan untuk menuntaskan kasus ini semakin membara.

Charlie bangun di pagi hari dengan perasaan yang tidak enak. Begitu ia membuka matanya, ia langsung mendengar suara ribut di lantai bawah villa. Tanpa berpikir panjang, Charlie segera turun untuk melihat apa yang terjadi.

 Di sana, ia melihat Juwita yang sedang memberontak dengan wajah ketakutan. Wanita itu ingin meninggalkan villa segera, karena merasa takut dengan kasus kematian Kang Dadang yang terjadi sebelumnya.

Juwita merasa bahwa keberadaannya di villa ini juga tidak aman. Nico, Sherli, dan Rifki berusaha menenangkan Juwita, namun wanita itu tidak mau mendengarkan. Ia berulang kali memberontak dan berteriak, menuntut untuk segera keluar dari villa tersebut. Suasana semakin tegang, hingga akhirnya suara keras Wilson terdengar, menyuruh Juwita untuk diam.

"Cukup! Kita semua di sini juga merasa takut, tapi bukan berarti kita bisa lari dari masalah ini. Kita harus menghadapinya bersama," ujar Wilson dengan tegas.

Juwita terdiam sejenak, menatap wajah-wajah yang ada di sekelilingnya. Setelah beberapa detik berlalu, ia akhirnya menghela napas panjang dan menundukkan kepalanya, tanda menyerah pada situasi tersebut.

"Kalau ada yang pergi, harusnya aku dan Clarisa yang pergi. Kami tidak mau terlibat dengan kasus ini. Di sini aku dibayar untuk bekerja bukan untuk memikirkan masalah ini, apalagi kasus pembunuhan ini,"lanjut Wilson yang memutuskan untuk meninggalkan villa.

Charlie berjalan ke arah mereka. Lalu, Sherli berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Charlie sembari berkata.

"Katakan malam itu kamu pergi ke mana? Kenapa kamu tiba di sini pagi hari?"Sherli bertanya. Charlie terdiam dan melirik ke arah Juwita yang saat ini juga menunggu jawabannya.

"Aku ada keperluan mendesak di sekitar tempat ini. Jadi, aku terpaksa pergi tanpa memberitahu kalian,"ujar Charlie. Lalu, Sherli tertawa kecil sembari berbalik dan mengambil sesuatu yang ada di atas meja sofa. Benda itu tak di perhatikan oleh Charlie sebelumnya.

"Ini apa? Benda ini kita temukan di dalam kamar kamu tadi pagi,"Sherli menekan benda yang ada di tangannya ke dada Charlie. Pria itu mengambil dan melihatnya. Kertas putih di tangan Charlie terlihat jelas beberapa bukti tentang keterlibatan perusahaan Florist dengan kematian Alia. Hal itu membuat Sherli curiga akan Charlie.

"Katakan siapa yang membayar mu untuk melakukan ini?!"Sherli kembali bertanya. Charlie masih memilih untuk diam. Di waktu yang sama Nico berdiri dan berjalan ke arah dua orang itu yang terus berdebat.

"Apa jangan-jangan cake pada Minggu lalu itu dari kamu? Kamu yang meneror perusahaan?"tanya Nico. Charlie tertawa kecil.

"Kenapa harus aku? Jika kalian mau curiga harusnya kalian curiga sama dia!"Charlie menunjuk ke arah Rifki yang membuat Sherli dan Nico ikut menoleh. Pada malam itu aku tak sengaja melihat Rifki membeli sebuah cake dan cake itu sama persis yang aku lihat di kantor pada pagi itu. Jadi, di sini yang patut kalian curiga adalah dia!"Charlie berkata dengan tegas.

"Rifki, apa benar yang di katakan Charlie?"Nico bertanya. Rifki gugup dengan tangan yang gemetar. Terlihat pria culun itu ketakutan ketika semua orang memojoknya.

"Bukan aku. Malam itu, aku sengaja membeli cake tersebut hanya untuk aku makan bukan untuk membawa ke kantor. Kamu tahu, aku tak cukup banyak uang melakukan hal itu,"jawab Rifki dengan gugup. Rasa takut sangat kentara dari raut wajahnya. Lalu, Rifki mengeluarkan sebuah handphone dari dalam saku celananya. Menunjukkan sebuah foto kepada mereka. Di foto tersebut Rifki sedang memakan cake yang dia beli. Rifki juga membuat sebuah vidio jika cake tersebut habis di makan olehnya.

Charlie merebut handphone tersebut di tangan Nico dan melihat vidio tersebut dengan seksama. Charlie lalu menatap Rifki dengan tatapan datar, karena tak percaya jika Rifki bisa memberikan bukti yang kuat untuk membersihkan kecurigaan rekannya.

"Yang dikatakan Rifki ada benarnya,"sahut Sherli yang kini kembali ke tempat duduknya. Semua orang nampak bingung dengan apa yang sedang terjadi.

"Lalu, kenapa kau menyimpan foto kami semua dan kenapa kau ingin sekali tahu masalah kematian Alia?"Nico kembali bertanya kepada Charlie yang membuat pria itu terperangah. Ternyata, Nico tak berhenti di situ saja dia masih cukup penasaran dengan barang bukti yang mereka temukan di kamar Charlie.

1
Tati Hayati
lanjut
Tati Hayati
serius tegang thor
Herlina Lina
seru nih lanjut thor
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!