Diceritakan seorang pemulung bernama Jengkok bersama istrinya bernama Slumbat, dan anak mereka yang masih kecil bernama Gobed. Keluarga itu sudah bertahun-tahun hidup miskin dan menderita, mereka ingin hidup bahagia dengan memiliki uang banyak dan menjadi orang kaya serta seolah-olah dunia ini ingin mereka miliki, dengan apapun caranya yang penting bisa mereka wujudkan.
Yuk simak ceritanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permulaan Yang Bagus
Hari Senin pagi dimulai dengan penuh kesibukan di rumah Jengkok. Gobed bersiap untuk pergi ke sekolah dengan semangat baru setelah akhir pekan yang penuh kejutan. Sepatu barunya yang mengkilap membuatnya merasa seperti anak terhebat di sekolah.
Sementara itu, Jengkok dan Slumbat menghabiskan waktu pagi mereka di teras, menyiapkan warung jajan yang baru mereka buka. Mereka sudah membahas berbagai rencana dan strategi untuk memaksimalkan potensi warung mereka. Slumbat, dengan cekatan, menata berbagai jajanan di meja, sementara Jengkok menyusun minuman dan memastikan segala sesuatunya siap untuk pembeli.
Belum lama mereka mulai, terdengar suara ramai dari luar. Jengkok melongok dari teras dan melihat beberapa tetangga sudah berdatangan. "Wah, sepertinya ramai hari ini!" katanya kepada Slumbat dengan penuh semangat.
Slumbat mengangguk, "Iya, Pak. Sepertinya berita tentang warung kita sudah menyebar. Mari kita siapkan semuanya dengan baik."
Saat pelanggan pertama tiba, seorang tetangga bernama Pak Ahmad, dia langsung bertanya dengan antusias, "Jengkok, Slumbat, ini benar-benar warung jajan teras? Ada apa saja di sini?"
Jengkok menjawab dengan senyum lebar, "Ada banyak, Pak Ahmad! Keripik, bakwan, pisang goreng, dan minuman segar. Semuanya baru dan enak!"
Pak Ahmad memutuskan untuk mencoba beberapa jenis jajanan. Setelah mencicipi beberapa jenis, dia berkomentar sambil tertawa, "Wah, kalau ini rasanya enak, nanti saya bawa teman-teman datang ke sini juga!"
Sementara itu, beberapa anak-anak dari lingkungan sekitar juga mulai berdatangan, penasaran dengan jajanan yang ditawarkan. Di antara mereka, ada si kecil Dika yang berlari dengan semangat. "Pak Jengkok, Bu Slumbat, ada apa aja di sini? Aku mau coba semuanya!"
Slumbat tertawa, "Kalau begitu, Dika, coba semua dan beri tahu kami yang mana yang paling kamu suka. Kita juga ada promo spesial: beli satu, dapat satu gratis jika kamu bisa membuat kami tertawa."
Dika langsung terkejut dan mulai melakukan berbagai trik lucu, mulai dari menari sambil berteriak dengan nada tinggi hingga melakukan mimik wajah yang konyol. Setiap kali dia membuat Jengkok dan Slumbat tertawa, mereka memberinya jajanan tambahan. "Hahaha, Dika, kamu benar-benar lucu! Terima kasih sudah membuat hari kami lebih ceria!"
Sebagian besar pelanggan menikmati jajanan sambil bercanda dan berkelakar. Bahkan, Bu Siti, yang sebelumnya juga pernah mampir, datang lagi untuk membeli lebih banyak. "Wah, ini rasanya lebih enak dari kemarin! Kalau begini, warung kalian pasti akan ramai terus!"
Saat waktu berlalu, suasana warung semakin meriah. Pelanggan datang silih berganti, dan Jengkok serta Slumbat sibuk melayani mereka dengan penuh semangat. Mereka bahkan mulai menciptakan kebiasaan baru di warung: "Jajanan Senin Ceria," di mana mereka memberikan diskon khusus bagi pelanggan yang datang dengan semangat ceria.
Ketika waktu istirahat tiba, Gobed pulang dari sekolah dan melihat keramaian di warung teras. "Wow, warung kita ramai sekali!" serunya dengan penuh semangat saat melihat suasana yang hidup dan meriah.
Jengkok menyambut Gobed dengan senyum lebar. "Iya, Gobed! Hari ini sangat sukses. Kami sudah mendapatkan banyak pelanggan dan semua orang tampak senang."
Slumbat menambahkan sambil mengelap keringat dari dahinya, "Ini semua berkat semangat dari kalian semua. Sekarang kita sudah bisa mulai berpikir untuk mengembangkan menu dan mungkin menambahkan beberapa item baru."
Ketika sore tiba, Jengkok dan Slumbat duduk bersama di teras sambil menikmati istirahat singkat. Mereka merasa puas dan bahagia dengan pencapaian hari itu. Mereka melihat anak-anak dan tetangga yang senang menikmati jajanan mereka dan merasa bangga dengan apa yang telah mereka capai.
Jengkok berkomentar dengan nada penuh syukur, "Hari ini benar-benar luar biasa, Mah. Rasanya seperti semua kerja keras kita terbayar dengan senyum pelanggan."
Slumbat mengangguk sambil tersenyum, "Iya, Pak. Kita harus terus berusaha dan memberikan yang terbaik. Terima kasih atas semua dukunganmu. Rasanya, kita sudah membuat langkah yang tepat."
Sore itu, mereka merayakan kesuksesan kecil mereka dengan duduk bersama dan menikmati makanan sederhana yang tersisa. Tawa dan kegembiraan mengisi teras rumah mereka, membuat hari itu menjadi salah satu hari terbaik mereka. Mereka tahu bahwa dengan semangat dan kerja keras, mereka bisa mencapai banyak hal, bahkan dari warung jajan kecil di teras rumah mereka.
Malam itu, suasana di rumah Jengkok terasa hangat dan ceria. Setelah hari yang penuh kesibukan di warung jajan teras, Jengkok dan Slumbat duduk bersama di meja makan, menyiapkan laporan penjualan mereka untuk hari itu. Gobed, yang baru selesai belajar, juga ikut membantu menghitung dan mencatat.
Slumbat membuka buku catatan dan mulai mencatat angka-angka yang sudah mereka kumpulkan. "Mari kita hitung total pendapatan hari ini," katanya sambil memeriksa nota penjualan.
Jengkok mulai menjumlahkan semua pemasukan. "Oke, kita mulai dari penjualan keripik, totalnya 300.000," katanya sambil menulis angka tersebut di kertas.
"Bakwan, 150.000," tambah Slumbat.
"Minuman segar, 200.000," lanjut Jengkok.
Slumbat menghitung total pendapatan. "Jadi, total pendapatan hari ini adalah 650.000."
Mereka kemudian mengurangi total biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan dan kebutuhan operasional warung. "Biaya bahan baku hari ini 200.000," kata Slumbat. "Dan biaya operasional lainnya seperti listrik dan sewa teras 100.000."
Jengkok menjumlahkan semua pengeluaran. "Total pengeluaran adalah 300.000."
Dengan perhitungan itu, mereka mendapatkan penghasilan bersih. "Jadi, penghasilan bersih kita hari ini adalah 650.000 dikurangi 300.000, yaitu 350.000," kata Jengkok sambil menghitung.
Slumbat tersenyum lebar. "Wow, kita dapat keuntungan bersih 350.000! Ini luar biasa untuk hari pertama."
Jengkok menatap Slumbat dengan penuh semangat. "Tapi tunggu dulu, Mah. Jangan terlalu senang dulu. Masih ada biaya lain yang mungkin kita lupakan, seperti perawatan teras dan beberapa keperluan kecil. Kita simpan sekitar 100.000 sebagai cadangan."
Slumbat mengangguk setuju. "Baiklah, jadi total bersih kita setelah menyisihkan cadangan adalah 250.000."
Mereka merasa sangat puas dan lega dengan hasil tersebut. "Kita lakukan semua ini bersama, dan hasilnya memuaskan," kata Slumbat sambil tersenyum.
Jengkok tertawa bahagia dan mengangkat cangkir teh mereka. "Kalau begini terus, kita nggak perlu lagi memulung kepanasan, ya, Mah. Apalagi jumpa dengan pocongan usil itu. Semoga warung kita terus ramai dan makin sukses."
Mereka tertawa bersama mengingat kembali petualangan mereka dengan pocongan. "Ya, semoga saja pocongan itu tidak datang lagi," kata Slumbat sambil menggoda Jengkok. "Kalau dia datang lagi, kita kasih dia satu porsi bakwan gratis supaya dia pergi."
Gobek yang ikut mendengarkan komentar itu langsung menambahkan, "Iya, Pak! Pokoknya kalau ada pocongan datang, kita beri dia keripik banyak supaya dia nggak kembali lagi. Pasti dia suka!"
Keluarga itu tertawa terbahak-bahak. Suasana malam itu terasa sangat ceria dengan kehangatan kebersamaan mereka. Mereka berbisik-bisik tentang rencana untuk hari-hari mendatang dan bagaimana cara meningkatkan penjualan. Jengkok bahkan membayangkan berbagai ide kreatif untuk menarik lebih banyak pelanggan, seperti membuat promosi spesial atau menambah menu baru.
Dengan penuh harapan dan semangat, mereka memutuskan untuk menikmati malam dengan makan malam sederhana sambil merencanakan langkah-langkah selanjutnya. Kebahagiaan dan rasa syukur mengisi malam mereka, membuat mereka semakin yakin bahwa mereka berada di jalur yang benar. Dan yang terpenting, mereka bisa melanjutkan hari-hari mereka tanpa harus khawatir bertemu pocongan yang usil, sambil terus membangun masa depan yang lebih baik.
Malam semakin larut, dan di rumah Jengkok, suasana telah menjadi tenang setelah hari yang sibuk. Dengan penuh rasa puas dan kebanggaan, keluarga Jengkok bersiap untuk tidur.
Di kamar tidur, Jengkok, Slumbat, dan Gobed berkumpul sebelum tidur. Mereka duduk di tempat tidur yang sederhana namun nyaman, saling bertukar cerita tentang hari itu.
Slumbat memeluk Gobed yang baru saja selesai merapikan buku-bukunya untuk besok. “Gobed, bagaimana rasanya punya warung di depan rumah?” tanyanya sambil tersenyum.
Gobed tertawa, “Rasanya kayak mimpi jadi kenyataan! Aku suka banget jualan keripik dan bakwan. Walaupun kaki aku capek berdiri sepanjang hari.”
Jengkok menambahkan sambil bercanda, “Kalau begitu, nanti kita akan buka cabang di bulan, biar Gobed bisa jualan tanpa khawatir kaki pegal!”
Slumbat menatap Jengkok dengan penasaran, “Oh ya? Dan bagaimana dengan pelanggan dari luar angkasa? Kita harus siap dengan menu spesial ‘Bakwan Astro’!”
Mereka semua tertawa terbahak-bahak. Gobed ikut bergurau, “Jangan-jangan pocongan kemarin juga penggemar bakwan! Dia pasti datang lagi kalau tahu ada menu spesial.”
Jengkok memeluk Slumbat dan Gobed dengan penuh kasih sayang. “Kalau pocongan datang lagi, kita akan tawarkan diskon khusus untuk dia. Lagipula, kami butuh pelanggan setia.”
Slumbat berpikir sejenak dan berkomentar, “Atau kita bisa berikan dia topi gratis. Siapa tahu topi itu bikin dia lebih nyaman dan betah di sini!”
Gobek membayangkan pocongan mengenakan topi berwarna cerah dan langsung tertawa. “Bayangkan pocongan dengan topi berwarna cerah dan kacamata hitam. Pasti lucu banget!”
Setelah tawa mereda, Slumbat menggenggam tangan Jengkok dan Gobed. “Aku sangat bersyukur kita bisa melalui semua ini bersama. Hari ini benar-benar istimewa, dan aku yakin masa depan kita akan lebih cerah.”
Jengkok mengangguk sambil menambahkan, “Ya, dengan kerja keras dan kebersamaan, kita bisa melewati segala tantangan. Dan malam ini, kita akan tidur dengan tenang, menikmati hasil usaha kita.”
Mereka semua saling berpelukan dan mematikan lampu. “Selamat malam, semuanya,” kata Jengkok sambil menarik selimut.
Saat mereka mulai memejamkan mata, Gobed tiba-tiba bertanya dengan penasaran, “Ayah, Bu, apa kita bisa punya hewan peliharaan?”
Slumbat tertawa lembut, “Hewan peliharaan? Kalau pocongan mau jadi peliharaan, mungkin kita bisa coba. Tapi, aku lebih suka kucing atau anjing!”
Jengkok menimpali, “Asal jangan hewan yang bisa berteman dengan pocongan. Kita belum siap dengan kerumunan pocongan!”
Mereka semua tertawa lagi, merasakan hangatnya kebersamaan. Malam itu, dengan hati penuh rasa syukur dan harapan, keluarga Jengkok tidur nyenyak. Rumah mereka dipenuhi dengan tawa dan canda, dan mimpi indah tentang masa depan yang lebih baik.
Di luar, bulan bersinar lembut, memberikan cahaya yang tenang di malam yang damai. Dan di dalam rumah, mereka tertidur dengan nyaman, siap menghadapi hari-hari yang akan datang dengan semangat dan optimisme baru.