NovelToon NovelToon
Wanita Pilihan CEO Tua

Wanita Pilihan CEO Tua

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rahayu Dewi Astuti

Wanita tegar dan nampak kuat itu ternyata memiliki luka dan beban yang luar biasa, kehidupan nya yang indah dan bahagia tak lagi ada setelah ia kehilangan Ayah nya akibat kecelakaan 10 tahun lalu dan Ibunya yang mengidap Demensia sekitar 7 tahun lalu. Luci dipaksa harus bertahan hidup seorang diri dari kejinya kehidupan hingga pada suatu hari ia bertemu seorang pria yang usianya hampir seusia Ayahnya. maka kehidupan Luci yang baru segera dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahayu Dewi Astuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejutan Tak Terduga

"Apa yang telah kau lakukan seharian ini?" Tanya William pada Simon karena anak buah kesayangannya itu baru saja datang di waktu sore hari.

"Maaf Tuan, tadi saya mengantarkan uang yang anda kirim untuk Sabrina kepada orang tuanya. Sabrina meminta untuk orang tuanya tak lagi mencari keberadaannya."

William mengerutkan dahinya mendengar penjelasan itu, Semakin penasaran bagaimana wanita seberantakan Sabrina bisa berteman dengan Luci.

"Lalu bagaimana penjagaan di rumah sakit? Kau harus tetap memantau jika semuanya aman." Perintah William.

"Tiga orang yang aku perintahkan menyamar menjadi seorang security di lantai perawatan disana sehingga mereka bisa memantaunya selama 24 jam."

"Kerja bagus." Ucap William

William sedang merapikan barang miliknya kedalam tas, Simon melirik jam dinding yang tepat berada di depan pandangannya, masih pukul 17:10 tumben sekali William sudah bersiap untuk pulang padahal ini masih sore batin Simon.

Namun jika saja benar William akan pulang, maka malam ini ia bisa menepati janjinya kepada Sabrina yang mungkin kini sedang kesepian.

"Apa anda akan pergi? Mari saya antar." Simon menawarkan hal itu sebagai bentuk cara supaya ia juga bisa kembali pulang.

"Tidak perlu, aku akan menyetir sendiri karena malam ini aku berencana pergi berdua dengan Luci." William menepuk pundak Simon dan melangkahkan kakinya keluar.

"Semoga acara anda menyenangkan, Tuan." Setelah Simon mengatakan hal itu tiba-tiba langkah kaki William terhenti.

"Ah ya, aku baru saja ingat. tolong kabari Sabrina jika besok aku dan Luci ingin bertemu dengannya. Datanglah kerumah pribadiku." Simon mengangguk kemudian pergi.

Simon menjadi penasaran, pekerjaan apa yang akan di berikan oleh William pada Sabrina jika saja itu membahayakan, Simon merasa mampu jika harus memenuhi semua kebutuhan Sabrina.

Suasana hati William begitu senang, ia berencana untuk mengajak Luci kesuatu tempat karena seminggu terakhir ia begitu sibuk sehingga tak punya banyak waktu yang bisa ia habiskan dengan Luci.

William memarkirkan mobilnya ditepi jalan, ia menghampiri pedagang bunga dan membeli 45 tangkai bunga mawar merah segar untuk Luci. Selepas itu ia segera menancap gas menuju apartemen supaya tidak terlalu malam.

Sedangkan Luci, ia kini sedang duduk santai setelah merapikan dapur yang berantakan, bahkan ia mengepel lantai berkali-kali supaya tidak licin. Ia tak mau saat William datang rumah dalam keadaan berantakan.

Baru saja menyalakan televisi, tiba-tiba terdengar suara bell berbunyi segera Luci bangkit dan melihat siapa yang datang.

"Daddy? tumben sekali jam segini ia sudah pulang." Luci segera membuka pintu.

"Surprise...." William nampak begit bahagia, biasanya saat pulang kerja ia tidak akan seekspresif itu.

"Waw.. aneh sekali Daddy bisa pulang dengan cepat hari ini." Ujar Luci kegirangan.

"Tunggu, kenapa kau terlihat seperti kelelahan? apa yang sudah kau lakukan?" Tanya William sembari menatap lekat wajah Luci.

"Tidak, ayo Daddy lebih baik kita masuk dulu ada sesuatu yang ingin aku tunjukan." Luci menarik tangan William penuh semangat untuk menunjukan kue buatannya.

Melihat dari jauh sebuah kue yang dihias cantik William langsung membuka mulutnya takjub.

"Wow...Wow apa ini cake yang kau buat?" Tanya William tak percaya.

Luci mengangguk cepat, Luci segera meminta William duduk untuk menyicipi kue buatannya. Luci memotong kue cantik itu kemudia memberikan satu suapan pada William. Luci agak ragu dengan rasanya, karena ia saja belum mencobanya sama sekali.

"Bagaimana? Enak atau tidak?" Luci penasaran dengan jawaban William karena pria itu nampak berfikir lama.

"Hmmm aku rasa ini adalah kue paling enak yang pernah aku makan." William tersenyum kemudian mengambil alih piring kecil berisi kue yang dipegang oleh Luci.

Luci sangat senang, ia juga segera duduk dan mencobanya, ternyata William benar kue ini sangat lembut dan tidak terlalu manis sangat cocok dinikmati bersama teh hangat.

Setelah selesai memakan kue itu, William kini membantu Luci menyuci piring dan gelas yang baru saja mereka gunakan sedangkan Luci sedang membersihkan meja makan.

"Setelah ini pergi mandi, gunakan pakaian tercantikmu aku akan mengajak kamu pergi kesuatu tempat." Ujar William.

"Sungguh? kemana kau akan mengajakku pergi?" Luci sangat bahagia akhirnya ia bisa pergi berdua dengan William.

"Rahasia." Jawab William sambil tersenyum.

Mendengar hal itu Luci segera berlari menuju kamarnya untuk mandi dan bersiap, begitupun dengan William.

Selepas mandi, Luci segera menata rambutnya terlebih dahulu, kemudian ia merias wajahnya dengan sangat cantik dan setelah itu ia memilih pakaian yang akan digunakan malam ini.

"Ah... Aku harus mengenakan pakaian yang seperti apa? bahkan Daddy tak memberi tahuku kemana kita akan pergi."

Luci terus mencari pakaian yang sesuai hingga tanpa ia sadari setengah dari isi lemarinya sudah berserakan diatas tempat tidur. Sampai akhirnya ia memilih sebuah dress berwarna putih tulang dengan tali tipis di sisi kiri dan kanannya serta bagian dadanya yang sedikit terlihat. Kain mengkilap itu nampak sangat indah dikenakan oleh Luci karena bisa menonjolkan lekuk tubuh Luci yang langsing.

Setelah selesai, Luci segera keluar, ia melihat William sudah sangat rapi dan tampan dengan setelan formal berwarna navy. William tersenyum indah saat melihat Luci begitu menawan.

"Apakah penampilanku berlebihan?" Tanya Luci yang kurang percaya diri.

"Tentu saja tidak," William menggelengkan kepalanya. "Meskipun aku tidak memberi tahumu kemana kita akan pergi namun kau sudah bisa memilih pakaian yang sesuai serta sempurna."

Luci tersenyum, William tak pernah berkata dirinya buruk. William tak pernah malu dan sungkan untuk memuji Luci setiap waktu.

Kini mereka sudah dalam perjalanan, Luci tidak mengetahui jika di dalam bagasi William sudah menyiapkan bucket bunga mawar yang cukup besar untuknya.

"Aku sangat penasaran, kemana kau akan membawaku." Ujar Sabrina sembari menatap William dengan penasaran.

"Sabarlah sebentar lagi kita akan sampai." Kata William sembari mengelus tangan Luci.

Tak lama kini William dan Luci telah sampai di sebuah Restoran Italia yang sangat terkenal dikota ini. Selain terkenal, Restoran ini juga dikenal sangat elit tidak semua orang bisa makan disini karena sistem reservasi yang panjang kecuali memiliki platinum card.

Luci terkejut, ia tak pernah membayangkan bisa datang ketempat ini. William benar-benar memberikan kejutan luar biasa pikir Luci.

Saat sudah sampai diparkiran, William keluar lebih dulu, untuk membukakan pintu Luci. Setelah wanitanya keluar ia menyuruh Luci untuk menunggunya sebentar karena William akan memberikan bunga kepada Luci.

"Ini untukmu."

"Dad..." Mata Luci berkaca-kaca tak menyangka ia menerima bucket bungan sebesar ini untuk pertama kalinya.

"Mengapa kau menangis? Apa kau tak menyukai bunganya?" Tanya William bingung.

Luci menggelengkan kepalanya, "Ini bunga yang pertama aku terima dari seseorang, thanks Daddy." Luci mengecup pipi William dan memeluknya erat.

Akhirnya Luci memutuskan untuk menyimpan kembali bunga itu didalam mobil dan mereka mulai masuk ke dalam resto. Saat di tegur pelayan disana rupanya William sudah memesan meja serta memberikan platinum card kepada pelayan itu. setelah diperiksa kurang lebih lima menit akhirnya Luci dan William diantarkan kemeja mereka.

Namun siapa sangka jika kini William dan Luci kembali mendapat sebuah kejutan tak terduga saat mereka melihat seseorang yang mereka kenal sedang menikmati hidangan tepat disamping meja yang William pesan.

"Sabrina? Simon?" Luci spontan menyebut nama itu.

Merasa terpanggil Simon dan Sabrina langsung menolehkan kepala mereka ke sumber suara.

"Luci?" Ujar Sabrina kaget.

"Mr. William?" Gumam Simon yang spontan membuat Simon segera bangun dari duduknya.

"Mengapa kalian biasa bersama?" Tanya Luci yang masih kebingungan.

1
Reysha Maharani
ceritanya sangat fresh, dan membuat penasaran bagaimana nantinya hubungan Lucu dengan Mr.William perbedaan umur 20 tahun sangat menarik
Reysha Maharani
puas banget Simon nampar Sabrina /Scream/
Reysha Maharani
seru sekali, aku gak bisa stop baca Thor... jangan stop update yaaa
Eemlaspanohan Ohan
lanjut
Ita Putri
typo....sabrina thor bukan sandra
Eemlaspanohan Ohan
waw. Simon sama sabrina
Eemlaspanohan Ohan
mampir thor
Abu Yahya Badrusalam
Ceritamu bikin aku susah move on thor, keep writing 👏👏
Withtiwi: terima kasih kak(^v^)bikin aku jadi semangat buat nulis nih
total 1 replies
Jenny Ruiz Pérez
Terima kasih udah bikin cerita keren kaya gini. Jadi pengen jadi penulis juga.💪🏼
nabila Nisa
Wah, seru banget nih ceritanya, author jangan berhenti ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!